Social Commerce Dilarang. Akankah TikTok & Tokopedia Bekerja Sama?

Social Commerce Dilarang. Akankah TikTok & Tokopedia Bekerja Sama?

Posted by Fullstop Indonesia on 29 November 2023

Setelah Pemerintah Indonesia meresmikan larangan adanya Social Commerce, TikTok nggak ingin menutup peluang cuannya rapat-rapat. Kabarnya menurut beberapa media hasil riset FULLSTOP Branding Agency Indonesia, TikTok akan berkolaborasi dengan Tokopedia. Di antaranya juga ada yang menyebutkan bahwa TikTok akan berkolaborasi dengan GoTo (Gojek Tokopedia). Benarkah isu ini?

Terlepas benar atau salah, FULLSTOP Creative Agency Surabaya setuju apabila memang TikTok ingin menjalin kerjasama untuk menggantikan TikTok Shopnya yang harus ditutup. Bagaimanapun juga, kasus yang dialami TikTok tetaplah seperti quote berikut

“Business is a business”

Mengutip makna dari Merriam Webster, idiom seperti quote berikut memiliki makna seperti ini, ‘Bagaimanapun bisnis berjalan, tetaplah sebuah bisnis. Saat bisnis ini berkembang, kemungkinan dapat mengecewakan banyak orang atau bahkan menyakiti.’ Tentunya ditutupnya TikTok Shop banyak menghilangkan lapangan kerja sebagian orang, pun mengecilkan skala peluang penjualan teman-teman UMKM atau family business owner, dan dari TikTok sendiri.

Selain itu, TikTok Shop yang memiliki fitur live streaming berjualan selama 24 jam ini tentunya juga menjadi media marketing yang cukup up-to-date karena pengguna TikTok di Indonesia sendiri menurut data dari Databoks Katadata, menempati peringkat ke-2 terbanyak setelah Amerika Serikat.

Wowww jika kita membayangkan sebagai Head of Marketing dan Brand Development TikTok tentunya sedih yaa kehilangan attention dari target marketnya yang ada di Indonesia. Masih melansir dari Databoks Katadata, pangsa pasar TikTok Shop di Indonesia saja meningkat jauh dari 4,4% (2022) menjadi 13,2% (2023).

Hal ini pernah jadi pembahasan FULLSTOP Branding Agency Indonesia di sini, dan memang sangat disayangkan jika sistem yang ada di e-commerce dan social media manapun menjadi bulan-bulanan Pemerintah. Seolah seperti tidak mendukung pengembangan bisnis UMKM dan family business owner, yang padahal menurut FULLSTOP seharusnya keduanya saling mendukung satu sama lain.

Bisakah TikTok Mengajak Brand Non E-Commerce?

Selain mengajak Tokopedia, ternyata TikTok juga diisukan mengajak kerjasama e-commerce lainnya seperti Lazada, Blibli, dan Bukalapak.

Pertanyaan FULLSTOP Creative Agency Surabaya menanggapi rumor ini dengan sebuah case study semisal, “Bisakah TikTok berkolaborasi membuat e-commerce dengan brand non e-commmerce yaa?”

Tentunya bisa asalkan punya VISI yang sama. Namun menurut analisa FULLSTOP Branding Agency Indonesia langkah ini diambil oleh TikTok agar e-commerce keluarannya nanti berkembang dengan partner yang telah berpengalaman membangun dan mengembangkan e-commerce.

Nggak memungkinkan juga, TikTok mengambil langkah ini untuk menjangkau audience Indonesia secara lebih mudah. Apalagi soal data buyer dan seller melalui calon partnernya nanti. Tentunya penting juga untuk TikTok agar tidak kesusahan membangun dari nol dan mendapatkan traffic melalui social media activation. Hal-hal seperti ini juga perlu diperhatikan ya teman-teman sebelum kalian menyepakati sebuah kerja sama bisnis.

Kabar yang beredar, TikTok dan Tokopedia akan membangun sebuah e-commerce baru dengan jenis kerja sama bisnis berbentuk joint venture. Joint venture merupakan salah satu kerja sama bisnis dengan melakukan ‘patungan’ di antara kedua belah pihak. So, ‘patungan’ ini kalau menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya termasuk dalam kerja sama apa ya? Sini, FULLSTOP jelasin! 

TikTok x Tokopedia: Termasuk Co-Funding, Co-Distributing atau Co-Producing?

Melansir dari OPaper, kolaborasi bisnis terdiri dari 3 jenis. Pertama, Co-Funding yang merupakan sebuah kolaborasi 2 bisnis untuk menggabungkan saham untuk penyediaan modal membangun bisnis bersama. Kedua, Co-Distributing yang merupakan bentuk kerja sama di antara 2 brand dengan jalur distribusi yang luas. Terakhir, Co-Producing yang merupakan kolaborasi untuk saling melengkapi. Biasanya brand pertama akan supply sumber daya kemudian brand partner akan mendukung dengan sebuah ide kreatif.

Dilihat dari definisi masing-masing kolaborasi, FULLSTOP Branding Agency Indonesia sendiri belum bisa menyimpulkan TikTok dan Tokopedia akan melakukan kolaborasi bisnis yang mana. Meskipun disebut-sebut akan berkolaborasi dalam bentuk joint venture yang lebih mengarah ke Co-Funding, namun dilihat dari ketiga jenis kolaborasi bisnis tersebut ketiganya berpeluang dilakukan oleh TikTok x Tokopedia.

Intinya mana saja yang akan digunakan TikTok x Tokopedia nantinya, VISI, GOALS dan OUTPUT marketing strategy dan branding strategy harus ada di dalam irisan yang sama (persepsi yang sama). Karena jika berbeda, dikhawatirkan justru melemahkan marketing strategy dan branding strategy brand e-commerce barunya nanti.

Kira-kira kolaborasi mereka akan launching tahun ini atau tahun depan ya, teman-teman?

Sudah siapkah menerima tantangan baru dan belajar lagi dengan platform kolaborasi ini nantinya?

Back To List Blog