Why We Quit Clients
Ada kalanya sebuah kerjasama antara brand dengan agency harus berakhir. Bukan karena perseteruan ataupun masalah biaya. Tapi banyak faktor yang menjadikan berakhirnya kerjasama adalah jalan yang terbaik bagi kedua belah pihak. Beberapa hal di bawah ini adalah beberapa hal yang dapat saya angkat sebagai faktor pendukung yang pernah kami alami sebagai agency:
- Perbedaan visi
Klise memang kedengarannya. Tapi perbedaan visi antara owner dan agency adalah hal paling mendasar yang menjadikan sebuah agency tidak bisa menangani brand tersebut.
Pada awal pertemuan ketika agency dan owner menemukan titik temu untuk setuju bekerjasama, visi menjadi salah satu pertimbangan utama. Ke mana brand akan diarahkan dan ingin dijadikan seperti apa brand di kemudian hari.
Seiring dengan berkembangnya sebuah brand, visi pada awal agreement dapat bergeser, hal ini bukanlah hal yang pasti tidak baik. Yang jadi masalah adalah ketika agency dan brand owner akhirnya memiliki pendapat yang berbeda. Kami sebagai agency bekerja dengan tujuan yang kami yakini dan akan terjadi banyak kendala ke depannya apabila keyakinan dan tujuan yang diharapkan berbeda.
- Gagalnya memahami bahwa agency adalah partner
Banyak brand owner yang beranggapan bahwa brand agency adalah solusi praktis. Bahwa brand agency dapat menjalankan bisnis tanpa perlu lagi brand owner untuk turun tangan. Anggapan ini salah besar. Brand owner dan brand agency adalah mitra kerja yang keduanya diperlukan untuk bekerjasama demi kesuksesan brand di pasar.
Sebuah brand, seberapapun besar skala bisnisnya, akan selalu memerlukan bimbingan dari owner / pemimpinnya, langsung ataupun tidak. Kami sangat memahami bahwa waktu Anda terbatas dan mungkin saja bisnis Anda yang dipercayakan pada kami bukan satu-satunya. Tapi kami percaya bahwa sebuah brand haruslah diperlakukan seperti anak. Karena itulah, brand Anda juga perlu perhatian Anda. Dan ketika Anda tidak memberikan perhatian dan menyerahkan seluruhnya pada agency dengan harapan agency dapat memenuhi setiap kebutuhan brand termasuk ‘kasih sayang dari orang tuanya’, brand akan kehilangan personal touch. Brand akan kesulitan berkembang ke arah yang diharapkan, seberapapun keras kerja sebuah agency. Karena agency bukanlah owner.
- Brand yang tidak mampu memaksimalkan fungsi agency
Sebaliknya, apabila sebuah brand gagal memaksimalkan kerja agency, brand juga akan kesulitan berkembang. Tim in-house dan brand owner harus memahami betul mana yang menjadi bagian dari agency dan mana yang bukan. Karena apabila brand kesulitan memberi kepercayaan pada agency, akhirnya agency jadi “nganggur” dan hasilnya tidak akan bisa maksimal.
Jika hal ini terjadi, kami sebagai agency akan memilih untuk mundur dan mengembalikan kembali tanggung jawab kepada brand owner dan tim in-house.
Setiap keputusan untuk menerima client dan memulai kerjasama adalah komitmen dan janji yang akan kami usahakan semaksimal mungkin untuk dipenuhi. Apabila salah satu atau kedua belah pihak tidak dapat lagi memenuhi komitmennya, dalam dunia bisnis dan secara profesional, kami rasa jalan terbaik adalah tidak memperpanjang hubungan kerjasama agar tidak terjadi kerugian yang berlarut-larut.
Sebaliknya, keputusan untuk menggunakan jasa branding dari pihak luar adalah keputusan yang memerlukan kesiapan dari pihak in-house. Sudahkan brand Anda siap?