Why We Need to 'Divorce' Some Clients or Projects
Beberapa waktu yang lalu saya menulis sebuah blog dengan judul 'Why We Quit Clients' (Anda dapat membacanya di sini). Kali ini saya akan kembali membahas topik serupa dengan sudut pandang yang sedikit berbeda. Saya akan membawa Anda ke dapur kami untuk lebih memahami alasan lebih dalam di balik alasan 'Why We Quit Clients'.
Mungkin beberapa dari Anda ada yang bertanya-tanya, mengapa bisa terjadi perbedaan visi kalau agency bertugas untuk mengantarkan sebuah brand mencapai visinya. Bukankah otomatis agency akan mengemban misi dan visi yang sama? Kalau orang Jawa bilang, "Yo gak ujug-ujug, Rek!"
We build a working system in our own agency
Mutual respect is a must. Seringkali sebuah brand gagal memahami bahwa agency juga adalah sebuah perusahaan yang memiliki budaya dan sistem kerjanya sendiri. Ketika dua belah pihak setuju untuk bekerjasama, kedua belah pihak punya tanggung jawab untuk beradaptasi terhadap sistem kerja masing-masing perusahaan. Tidak mungkin bagi kami untuk mengubah dan meninggalkan budaya perusahaan untuk sebuah project yang tidak bersedia untuk "meet us in the middle". After all, our culture got us this far.
We are a company that consists of a group of professionals
Ketika Anda setuju untuk bekerjasama dengan kami, Anda mempercayakan sebuah project atau brand tersebut pada kami. Kami memiliki expertise yang brand Anda butuhkan dan kami akan mengerjakan dengan sebaik-baiknya dan kami perlu kerjasama Anda sebagai brand owner. Ketika brand owner tidak mendukung kami sebagai partner dan justru mengintimidasi, kerjasama yang baik tidak akan terjadi dan perkembangan brand akan menjadi tidak sehat.
Sebagai perusahaan, kami akan menghindari pengaruh negatif bagi budaya dan prinsip-prinsip perusahaan kami dan memilih untuk mundur.
Progressing is our priority
Ketika sebuah brand tidak dapat mengawinkan sistem kerja dan beradaptasi dengan kami, perkembangan bagi kedua belah pihak akan sulit terjadi. Kami menyukai tantangan. Hampir setiap pekerja di bidang kreatif memahami ini. Tapi apabila tantangan tersebut tidak membangun dan justru mengecilkan mental, kami memilih untuk tidak mengorbankan budaya perusahaan dan kesehatan tim lebih jauh. Dari sebuah project, kedua belah pihak harus mengalami kemajuan. Kami menjunjung tinggi komitmen. Namun, yang perlu diingat adalah komitmen termasuk komitmen terhadap tim dan budaya perusahaan kami sebagai branding agency yang percaya dengan progres.
Time is our absolute value
Waktu adalah uang? Waktu adalah peluang untuk berkembang, peluang untuk menjadi lebih baik. Kami tidak akan menunggu project yang menghambat perkembangan yang kami tahu kami bisa alami tapi tidak alami. Waktu adalah kesempatan. Kami tidak bisa membuang terlalu banyak kesempatan untuk project yang tidak mengembangkan brand dan agency secara bersamaan.