Strategi Branding Kopi Tuku di Balik “Cipete Raya Tuku”

Strategi Branding Kopi Tuku di Balik “Cipete Raya Tuku”

Posted by Fullstop Indonesia on 18 January 2025

Melansir dari Paxel, Kopi Tuku mengawali karirnya sebagai brand kopi di Indonesia sejak 2015. FULLSTOP Creative Agency Indonesia sendiri juga baru tahu kalau Kopi Tuku ternyata telah mengembangkan dirinya selama 10 tahun terakhir. Baby steps yang dijalankan Andanu Prasetyo sendiri untuk merintis Kopi Tuku awalnya justru menjalani bisnis distro terlebih dahulu dengan kakaknya.

Menurut Kompas, di 2012 Tyo kemudian memutuskan untuk mulai buka kafe bernama Toodz House. Seolah sambil mencari ‘benang merah’ dari kesuksesan Kopi Tuku sejak itu, Tyo mendirikan sebuah perusahaan bernama PT Makna Angan (MAKA). Selain Toodz House, Kopi Tuku juga termasuk yang dibawahi perusahaan tersebut.

Awalnya, Kopi Tuku buka cabang di Cipete Jakarta Selatan. Berangkat dari niat Tyo yang melihat potensialnya kopi lokal Indonesia, dari cabang pertama inilah Tyo mengenalkan menu andalannya Kopi Susu Tetangga. Nama menu ini juga punya filosofi yang unik. Dalam pencarian formula bahan kopi yang tepat, saat itu Tyo juga meminta pendapat tetangga (orang sekitar) Kopi Tuku. Karena formula yang tepat itu berasal dari tetangga, maka menu di Kopi Tuku juga diberi nama Kopi Susu Tetangga.

Menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia, building brand yang dijalankan Tyo dan Kopi Tuku juga cukup unik. Bukan lahir dari nama yang rumit, tapi perlu teman-teman UMKM dan family business Indonesia pelajari juga bahwa brand identity juga perlu perhatian se-detail itu agar mudah dikenal. User-friendly jadi keyword utama saat FULLSTOP Creative Agency Surabaya melakukan brand analysis ataupun research untuk develop brand identity client.

Nama ‘tetangga’ ternyata nggak cukup sampai menu saja, teman-teman. Sebutan ini digunakan Kopi Tuku sebagai panggilan untuk audience-nya. Seolah menguatkan ikatan emosional dengan pelanggan, Kopi Tuku menurut FULLSTOP Branding Agency Surabaya juga cukup berhasil membangun dirinya sendiri menjadi “dekat” dengan audience. Yang lebih menarik, baru-baru ini Kopi Tuku membeli nama Stasiun MRT Cipete.

Bagaimana strategi branding Kopi Tuku satu ini menurut FULLSTOP Creative Agency Indonesia? Sini-sini FULLSTOP Branding Agency Indonesia jelasin!

Strategi Branding 10 Tahun: Dari Cipete dan Tetap di Cipete

FULLSTOP Creative Agency Surabaya sendiri cukup kagum dengan soft-selling yang dijalankan Kopi Tuku sejak awal, sampai hari ini. Selalu membangun cerita dan kedekatan secara konsisten, pembelian nama Stasiun MRT Cipete seolah juga menyimpan makna yang mendalam.

Sengaja atau tidak, FULLSTOP Branding Agency Surabaya melihat Kopi Tuku seolah re-call audience-nya agar mengingat bahwa perjalanan karir di dunia kopi sejauh ini telah menginjak tahun ke-10 di tahun 2025. Mengawali buka cabang di Cipete juga, kabar baik ini juga masih ada di Stasiun MRT Cipete.

Source: marketing.co.id

Cipete Raya Tuku menjadi nama yang terpampang di Stasiun MRT Cipete. Dilewati banyak pekerja berangkat dan pulang, strategi branding ini menurut FULLSTOP Creative Agency Indonesia cukup cerdas dilakukan oleh Kopi Tuku. Bukan sekadar informasi bahwa terdapat outlet Kopi Tuku di sana, tapi juga mencuri perhatian orang-orang terhadap cerita di baliknya.

Fun Fact: Terdapat 9 Brand Membeli Naming Rights Stasiun MRT Jakarta

Melansir dari Beautynesia, MRT Jakarta faktanya memang menyediakan hak nama stasiun untuk berbagai brand. Terdapat 9 brand yang namanya telah terpampang berdampingan dengan nama berbagai stasiun MRT Jakarta. Salah satunya Lebak Bulus GRAB dan Blok M BCA.

FULLSTOP Branding Agency Indonesia melihat fakta ini sebagai strategi branding yang unik, namun jika diibaratkan scoop jangkauannya maka setiap brand akan meningkatkan brand awareness selama nama brand mereka terpampang di stasiun MRT Jakarta. Keunikan yang FULLSTOP Creative Agency Surabaya lihat ada pada ide bisnisnya. Menjadikan nama stasiun berdampingan dengan nama brand membuat keduanya menghasilkan “catchy tune” yang mudah diingat dan mudah diucapkan.

Nggak hanya itu saja, tapi menurut FULLSTOP Branding Agency Surabaya strategi branding seperti ini dapat menimbulkan pertanyaan di benak orang seperti,

“Memangnya Stasiun MRT Blok M itu miliknya BCA?”

“Atau di Stasiun MRT Lebak Bulus paling banyak Grabnya ya?”

“Stasiun MRT Cipete Raya sekarang punyanya Tuku, lho!”

Dari “catchy tune” maka muncullah brand image yang juga merupakan bentuk interaksi audience.

Benarkah Naming Rights Termasuk Strategi Branding?

FULLSTOP Creative Agency Surabaya rasa, masih bisa disebut strategi branding ya.

Bisnis yang dijalankan Stasiun MRT Jakarta untuk menyediakan pembelian nama seperti ini tentu juga akan mendukung ekosistem UMKM dan bisnis keluarga Indonesia ke depannya.

Strategi branding atau strategi marketing akan sah dijalankan selama tidak merugikan pihak manapun ya, teman-teman. Sama seperti pembahasan FULLSTOP Branding Agency Indonesia di sini, brand positioning akan menguatkan strategi branding dan dapat melahirkan strategi marketing berikutnya.

Kepo nggak sih, FULLSTOP Creative Agency Indonesia punya nggak ya client yang menjalankan strategi dengan baby steps seperti Kopi Tuku, namun juga sukses? Coba teman-teman, tebak!

Back To List Blog