Brand Battle: Formula vs Pepsodent
Dalam industri pasta gigi, menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia dua brand legend ini memang mendominasi pasar Indonesia. Keduanya memiliki basis pelanggan sama-sama kuat dan telah bersaing sengit selama beberapa dekade.
Kali ini, FULLSTOP Creative Agency akan kupas tuntas alasan mengapa keduanya berhasil legend namun tetap ‘top of mind’ hingga saat ini. Alasan FULLSTOP Branding Agency juga untuk membahas keduanya karena keduanya punya brand positioning kuat meskipun banyak pesaing baru berusaha untuk menggeser posisi keduanya.
Namun sebelum menyelami lebih dalam tentang dua brand ini, penasaran nggak sih apakah keduanya sama-sama local brand atau justru brand luar?
Jawabannya, Formula merupakan local brand sedangkan Pepsodent merupakan pasta gigi milik Unilever yang ada sejak tahun 1920. Keduanya punya niche yang berbeda, namun konsisten sehingga begitu mudahnya kita semua mengenali karakter masing-masing brand. So, apa sih yang bikin keduanya juga se-LEGEND ini? Mengapa orang juga tetap menggunakan keduanya meskipun banyak brand pasta gigi baru berdatangan?
Sini-sini FULLSTOP Creative Agency jelasin!
Fokus Membangun Brand Recognition dengan “Senyum Sehat, Gigi Kuat”
Jika diperhatikan pada social media activation dan branding activation-nya, brand di bawah naungan Unilever satu ini lebih sering mengajukan diri sebagai sponsor atau partnership berbagai event. Selain itu, mengundang Brand Ambassador-nya untuk mengenalkan strength pada berbagai bentuk konten edukasi, Pepsodent memang seolah lebih fokus pada penguatan branding strategy.
Selain menguatkan branding strategy, Pepsodent juga menyediakan beberapa varian produk sesuai kebutuhan target marketnya. Diferensiasi produk ini tentu menjadi salah satu marketing strategy yang juga cukup ampuh.
Memperhatikan positioningnya sebagai solusi dari segala permasalahan gangguan pada gigi, Pepsodent meluncurkan produk Sensitive Expert untuk mengatasi gigi sensitif. Selain itu, Pepsodent juga menyediakan varian produk dengan bahan natural berupa Pepsodent Mouthwash Herbal Natural.
Terlihat bahwa Pepsodent konsisten menggunakan branding strategy dengan menguatkan antara edukasi dan aplikasi berwujud varian produk yang dibutuhkan konsumen. Sehingga, saat terdapat target market membutuhkan produk untuk mengatasi sakit gigi atau permasalahan gigi, Pepsodent seolah menjawab semua keluhan tersebut.
Boost Awareness dengan Product Knowledge di Social Media
Berbeda dengan Pepsodent, Formula lebih menekankan brand value dengan mengedukasi audience melalui product knowledge di social media. Brand pasta gigi yang juga lebih fokus menyediakan varian produk berupa sikat gigi travel-friendly ini terlihat hanya ingin menyasar audience tertentu.
Brand yang dinaungi Orang Tua Group ini, juga cukup berbeda dari Pepsodent saat aktif menjalankan social media activation di social media. Formula lebih konsisten untuk menata halaman profile-nya dengan rapi sesuai tone warna yang sesuai. Selain itu, Formula juga konsisten untuk mengedukasi bahwa produk ciptaannya selalu punya value yang lengkap sesuai dengan kebutuhan audience.
Terlihat sesekali melakukan interaksi dengan audience, Formula memang cukup cerdas juga untuk membangun brand recognitionnya agar eksis di negeri sendiri.
Fun Fact: Keduanya Pernah Ribut Soal Tagline ‘Strong’
Persaingan antar bisnis memang wajar terjadi, namun jika sampai mempermasalahkan kepemilikan seperti HAKI pada tagline menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia dapat menjadi pelajaran berharga bagi teman-teman UMKM dan family business owner.
Membuat tagline untuk sebuah brand tentu ada rumusnya tersendiri dan seharusnya dapat menjadi sebuah penguat USP yang tidak perlu diributkan. FULLSTOP Creative Agency juga pernah bahas soal ini dan spill ke teman-teman bagaimana cara membuat tagline yang mudah diingat dan mencuri hati target market.
Well, di balik kasus tersebut yang penting saat ini keduanya sama-sama menyepakati “win-win solution” dan tetap dapat eksis sampai hari ini. Eits, tapi kalau FULLSTOP Branding Agency Indonesia tanya ke teman-teman, apa sih yang bikin tagline dapat menguatkan brand identity sebuah bisnis tanpa harus ada indikasi “plagiarisme”?