3 Brand Persona Serial Harry Potter Sampai Di-Reboot Warner Bros
Sudahkah teman-teman UMKM dan family business owner baca artikel ini?
Topiknya hampir SAMA, namun poin penting yang akan FULLSTOP Branding Agency Indonesia bahas tentu BERBEDA.
Sama-sama karya fiksi yang akan diangkat menjadi sebuah TV Series, Harry Potter merupakan satu karya fiksi terlaris nggak hanya di negara asalnya. Pun dengan One Piece, Harry Potter juga telah ditulis JK Rowling menjadi 8 seri buku mulai dari tahun 1996-2016.
Nggak hanya sampai di situ, untuk mengundang perhatian penggemarnya buku ini juga diadaptasi menjadi film yang SUKSES LARIS pada masanya. Kali ini FULLSTOP Creative Agency Surabaya nggak akan bahas mengapa karya JK Rowling ini apapun mediumnya tetap LARIS. FULLSTOP akan lebih fokus tentang Brand Persona dari film ini.
Apakah teman-teman UMKM dan family business owner pernah dengar tentang brand persona?
Melansir dari StickEarn, Brand Persona merupakan representasi yang dibentuk untuk mengenali kepribadian atau brand value sebuah bisnis. Karakter ini biasanya juga cukup detail dijelaskan sebagai gambaran sebuah brand agar mudah dikenal. Contohnya seperti apa ya? Apa bedanya juga dengan Brand Ambassador dan Maskot pada sebuah brand?
Perbedaan Antara Brand Persona, Brand Ambassador, dan Maskot
Menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia, ketiganya dapat disamakan sebagai gambaran yang mewakili brand identity. Namun ketiganya juga punya perbedaan yang menonjol.
Brand Ambassador (BA)
Seseorang yang ditunjuk sebagai BA biasanya adalah mereka yang memang terkenal. Seperti artis, tokoh masyarakat, atau seseorang yang memang memiliki “pengaruh” terhadap lingkungan sekitarnya. Fungsi BA juga sebagai seseorang yang harus aktif boost awareness brand. Selain itu, BA juga harus bisa merepresentasikan brand positioning melalui interaksi audience yang juga tepat.
Maskot
FULLSTOP Creative Agency pernah menjelaskan bahwa, maskot merupakan penggambaran brand value dari sebuah bisnis. Dari maskot teman-teman lebih bisa menggambarkan juga bagaimana brand identity direpresentasikan pada sebuah tokoh.
Brand Persona
Brand persona juga merepresentasikan brand value dan brand identity sama seperti BA dan maskot. Perbedaannya, brand personalah yang menjadi acuan BA dan maskot agar mudah saat direpresentasikan ke medium yang berbeda. Baik menjadi karakter pada seorang public figure as Brand Ambassador maupun pada sebuah maskot. Brand persona jugalah yang mendeskripsikan karakter dengan jelas dan detail, sehingga target market pun cukup mudah menggambarkan sebuah brand.
Melansir dari MTarget, contoh brand persona pada aplikasi sebuah brand ada pada Nike yang jika teman-teman analisa seolah memiliki brand persona tentang lifestyle, inspiratif dengan kepribadian yang juga “cool”. Begitupun dengan Zalora, brand fashion ini merupakan seorang wanita dengan kepribadian percaya diri, trendy dan tentunya fashionable.
So, balik ke topik utama artikel kali ini. Brand persona apa aja sih yang sampai di-reboot Warner Bros di TV Seriesnya tahun 2026 mendatang? Kepoin bareng FULLSTOP, yuk!
The One and Only Harry Potter
Sama halnya dengan vokalis pada sebuah band.
Atau peran teman-teman as owner (CEO), maka pemeran utama sebuah karya fiksi tentunya juga mencuri perhatian penikmatnya. Harry Potter menjadi salah satu tokoh yang juga dicari-cari atau lebih tepatnya sering “dibayangkan” baik bagi pembaca setia maupun penonton setia Harry Potter.
Melansir dari Liputan 6, TV Series dengan Executive Producer-nya adalah JK Rowling sendiri ini akan menyajikan cerita yang berbeda dari film-film yang telah tayang beberapa tahun lalu. Layaknya ‘re-call’ penggemar karya fiksi satu ini, nggak heran bahwa tim hebat di belakang karya ini perlu me-reset tokoh utama di dalamnya.
Mengapa demikian?
Menurut FULLSTOP Creative Agency, melekatnya Daniel Redcliff memerankan tokoh utama ini dari film ke film juga tentu jadi alasan kuat perlunya pergantian pemain di cerita seri barunya. Agar boost awareness tim marketing series Harry Potter juga tetap berhasil mengundang ‘curiosity’, maka pemeran Harry Potter pun perlu dijadikan sebuah ‘misteri’ sampai series ini tayang. Apalagi diisukan bahwa audisi pemain series ini pun dibuka untuk anak-anak usia 9-11 tahun.
Si Cantik & Pintar Hermione Granger
Alasannya masih sama, karena begitu kuat peran Emma Watson dari mulai ia kecil hingga dewasa dalam perjalanan film Harry Potter, maka sutradara series barunya juga perlu memperbarui karakter si cantik nan cerdas ini. Wanita yang logis tergambar sebagai Hermione Granger ini, saking seringnya diperankan oleh aktris yang sama tentunya juga dapat membangun persepsi seseorang terhadap Emma Watson. Persona yang terbangun sepanjang filmnya selalu rilis ini tentu seolah melekatkan dua sosok menjadi satu karakter yang sama.
Di sisi lain, secara marketing strategy memang akan membangun ‘curiosity’ namun menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia munculnya series ini jika ditarik menjadi kacamata strategi branding, perlu juga dilakukan. Analoginya, usia Harry Potter yang telah mencapai hampir 30 tahun perlu refreshment yang dilakukan agar series ini juga TERJUAL.
Sahabat Harry: Ron Weasley
Tokoh yang dibangun JK Rowling berasal dari keluarga penyihir handal ini, juga cukup menentukan bagaimana jalan cerita Harry Potter cukup bikin penasaran. Karakter dengan kepribadian pemarah, tidak ceria, dan mudah tersinggung satu ini juga takut dengan laba-laba.
Selain itu, tokoh yang diperankan Rupert Grint ini juga sangat benci mengucapkan kata ‘Voldemort’. Ron Weasley juga termasuk dalam tokoh utama Harry Potter yang di setiap ceritanya akan memberikan warna berbeda sehingga berpengaruh terhadap alur cerita.
Nggak heran kan, production house TV Series Harry Potter di HBO cukup memperhatikan detail juga alasan di-rebootnya brand persona (karakter) Harry Potter?
Belajar dari Branding Strategy & Marketing Strategy Karya Fiksi
Beberapa kali FULLSTOP Branding Agency mengangkat topik tentang larisnya film dan anime yang juga tentunya perlu marketing strategy dan branding strategy agar terjual sesuai target.
Intinya, dari TV Series Harry Potter ini kita semua dapat belajar bahwa penggunaan marketing strategy dan branding strategy nggak hanya berlaku untuk sebuah produk/brand/bisnis. Tapi, untuk sebuah karya fiksi juga cukup berperan penting dengan mempelajari audience behavior audience.
Seolah menganalisa product life cycle Harry Potter, JK Rowling dan PH yang ikut bekerjasama di dalamnya juga tetap ingin launchingnya karya ter-UPDATE ini mengundang perhatian loyal customer dan dapat menjangkau customer baru dimanapun berada.
Selama perjalanan 12 tahun FULLSTOP Creative Agency support brand nasional dan internasional, coba teman-teman tebak: “Brand apa yang product life cycle-nya cukup dinamis?”