Alfamart & Indomaret. Retail Marketing Strategy: Selalu Berdekatan Bikin Sales Naik Pesat?

Alfamart & Indomaret. Retail Marketing Strategy: Selalu Berdekatan Bikin Sales Naik Pesat?

Posted by Fullstop Indonesia on 31 August 2024

Masih ingatkah dengan pembahasan FULLSTOP Branding Agency Indonesia yang pernah bahas Alfamart dan Indomaret di artikel ini? Balik lagi dari sejarah keduanya, baik Alfamart maupun Indomaret sama-sama bisnis retail legend yang berhasil EKSIS sampai hari ini. Percepatan persebaran franchise ini juga cukup masif tidak hanya skala kota saja, namun juga menjadi pesaing toko kelontong di wilayah pedalaman.

Alfamart dan Indomaret juga secara strategi penjualan cukup cepat untuk mendistribusikan produk label “sendiri” untuk menjadi pesaing brand-brand terkenal yang juga dijajakan di etalase Alfamart dan Indomaret. Menawarkan harga yang juga lebih “low price”, awareness yang di-boost keduanya seolah juga tak ingin ketinggalan hadir di ‘ingatan’ audience.

Diferensiasi produk dari Alfamart dan Indomaret sendiri ini juga tentunya menjadi bukti bahwa, brand recognition yang dibangun keduanya nggak hanya ada pada distribusi franchise-nya saja. Namun ada juga pada masifnya produk-produk keluaran Alfamart dan Indomaret sendiri untuk melengkapi kebutuhan target marketnya. Nggak hanya menyediakan beragam jenis kebutuhan yang seolah “menyaingi” top brand, keduanya juga berani untuk menawarkan kebutuhan yang jarang dilengkapi oleh top brand nasional pun internasional.

Perlengkapan rumah tangga seolah juga menjadi produk yang dapat memancing daya beli masyarakat Indonesia terhadap 2 brand legend ini. Eitss, tapi kali ini FULLSTOP Creative Agency Surabaya nggak akan bahas marketing strategy dari segi diferensiasi produk. Yang akan FULLSTOP kupas tuntas kali ini adalah:

“Benarkah letak Alfamart dan Indomaret yang jaraknya dekat merupakan retail marketing strategy?”

Sini-sini kupas habis bareng FULLSTOP Branding Agency Indonesia!

Perilaku Konsumen Terhadap Bisnis Retail

Menurut observasi FULLSTOP Creative Agency Surabaya melalui beberapa jurnal penelitian, target market retail memang memiliki perilaku konsumen tersendiri dan bertahap. Perilaku ini dibagi ke dalam 2 tahapan:

  1. Perilaku Pre-Purchase

Sebelum membeli, target market retail biasanya akan melakukan kecenderungan perilaku untuk mencari informasi mengenai retail yang akan dituju. Baik dari media seperti TV, radio, koran, dan internet. Jika sudah mengenali brand image retail melalui media massa, audience akan mencari media agar mereka dapat tarik tunai uangnya sebelum berbelanja.

Nggak heran kan kalau di setiap Alfamart dan Indomaret sekarang ini selalu menyediakan mesin ATM, atau di kasir teman-teman juga dapat tarik tunai dan bayar menggunakan metode paling mudah untuk memberikan keefektifan mendapatkan uang pada audience retail. Ternyata marketing strategy ini dihubungkan dengan Alfamart dan Indomaret dengan kecenderungan perilaku konsumen terhadap bisnis retail lho!

  1. Purchase

Setelah pre-purchase, maka perilaku konsumen retail tentunya berada di tahapan “purchase” itu sendiri. Dalam tahapan ini, terdapat 5 sub tahap yang akan dilakukan target market retail:

  1. Store contact

Store contact sendiri merupakan tahapan saat audience melakukan kontak langsung dengan retail tersebut. Mengunjungi, mencari barang yang akan dibeli merupakan tahapan pertama yang akan dilakukan target market bisnis retail.

  1. Product contact

Tahap kedua merupakan tahapan saat audience menemukan barang yang akan dibeli dan membawanya ke kasir.

  1. Transaction

Di tahap ini, konsumen akan melakukan pembayaran. Kemudian, membawa produk ke tempat produk tersebut dikonsumsi.

  1. Consumption

Tahap keempat, konsumen benar-benar memakai produk sampai habis. Membuang produk, kemudian terdapat potensi untuk melakukan pembelian ulang.

  1. Communication

Perilaku konsumen di tahapan paling akhir ini sama halnya dengan review konsumen teman-teman setelah melakukan pembelian. Ada potensi konsumen akan menceritakan pengalaman penggunaannya terhadap kerabat atau keluarga dekat. Pun konsumen juga dapat menceritakan testimoninya pada karyawan retail.

Unconscious Marketing pada Lokasi Retail yang Berdekatan

Setelah mempelajari perilaku konsumen bisnis retail, FULLSTOP Branding Agency Indonesia jadi ingat tentang bagaimana ‘alam bawah sadar’ konsumen juga perlu dipantik oleh head of marketing dalam menyusun marketing strategy. Seperti dilansir dari Branding Mag, serupa tapi tak sama dengan ‘emotional marketing’, sepertinya retail marketing strategy dengan lokasi yang berdekatan juga cukup mempengaruhi alam bawah sadar audience-nya.

Lokasi yang berdekatan antara Alfamart dan Indomaret menurut analisa FULLSTOP Creative Agency Surabaya sama halnya dengan memancing perilaku impulsive buying konsumennya. Mengapa demikian?

Saat teman-teman UMKM dan family business owner berbelanja di salah satu retail ini, maka ada kemungkinan perilaku “bawah sadar” yang men-trigger seseorang untuk memilih salah satu di antaranya. Kondisi ini dapat terjadi saat konsumen juga membandingkan harga, kelengkapan, kemudahan, pelayanan, bahkan tatanan etalase yang disajikan.

Secara nggak langsung lokasi Alfamart dan Indomaret yang berdekatan seperti ini, tentu akan membangun impulsive buying seseorang untuk memilih salah satunya di saat poin perbandingan tadi dijadikan indikator penilaian seorang konsumen.

Dalam bisnis retail, branding strategy dan marketing strategy yang digunakan tidak hanya sekadar tentang diferensiasi produk, dan penentuan lokasi saja lho teman-teman. Penataan toko, terdapatnya coffee shop, atau bahkan terdapat gerai F&B yang dapat melengkapi kecenderungan konsumen saat berbelanja juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Oleh karena itu, Alfamart dan Indomaret juga mulai mengadopsi marketing strategy franchise luar seperti Family Mart dan Lawson yang pernah dibahas FULLSTOP Branding Agency Indonesia di artikel ini.

Perbedaan Penggunaan Marketing Strategy ini pada Retail vs E-Commerce

Sekilas mirip dengan e-commerce secara penataan etalasenya, lantas apa yang menjadi poin perbedaan dari marketing strategy keduanya? Menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya, perbedaan ada pada tahapan retail secara offline dan online.

Audience e-commerce tidak bisa menyentuh dan mempertimbangkan produknya secara fisik (langsung), serta mereka juga lebih mudah melakukan pembayaran secara online. Sedangkan audience retail secara offline lebih mudah untuk mempelajari kualitas packaging produk secara langsung, namun harus siap dengan pembayaran yang tersedia.

Meskipun begitu, keduanya sama-sama memicu impulsive buying, saat konsumen membandingkan satu toko dengan toko lainnya.

Kira-kira selain bisnis FMCG, apa lagi sih yang bisa dijual pada bisnis retail teman-teman?

Back To List Blog