Kopi Keliling: Evolusi Brand Activation Coffee Shop Kekinian
Setuju nggak sih kalau FULLSTOP Branding Agency Indonesia persepsikan kopi keliling ini sebenarnya hampir mirip dengan pedagang kaki lima minuman sachet-an yang lebih dulu ada? Sadar atau nggak, sebenarnya konsep kopi keliling ini merupakan gabungan dari pedagang minuman kaki lima dengan coffee shop yang ada.
Melansir dari Warta Kopi, di Yogyakarta sendiri terdapat brand kopi keliling bernama ‘Koling’, namun berkonsep beda seperti Kopi Keliling yang tren di akhir 2023 lalu. Namun untuk penyediaan kopi yang benar-benar diseduh dari biji kopinya, Koling juga menggunakan konsep ini. Perbedaannya, Koling menggunakan marketing strategy event partnership dan lebih berbentuk seperti kedai kopi pinggir jalan, namun menyajikan kopi ala coffee shop.
Well, jika dipelajari dari awal mulanya, kopi yang dijajakan agar lebih dekat dengan audience ini sebenarnya telah dijalankan dari dulu. Namun seiring perkembangan zaman dan dibutuhkannya inovasi pada marketing strategy, muncullah Jago Coffee, disusul Kopi Sejuta Jiwa dan Huling (Haus Keliling) yang juga ‘join the trend’ untuk menjangkau target marketnya. Selain menjangkau target market, sebenarnya apa lagi sih goals atau aplikasi branding strategy yang terselip di kopi keliling ini?
Pasti teman-teman UMKM dan family business penasaran, gimana sih point of view FULLSTOP Creative Agency Surabaya melihat evolusi brand activation ini? Yuk simak penjelasan FULLSTOP Creative Agency!
Jeli Ambil Peluang di Antara ‘Problem’ Target Marketnya
Berdiri sejak tahun 2019 seperti dilansir dari Hops, Jago Coffee memang memulai karirnya as 1st Cafe on Wheels di sekitaran Jakarta. Menjemput pelanggannya terlebih dahulu, membuat Jago Coffee cukup berani menjalankan inovasinya. Tidak seperti kompetitor lainnya yang menjual ‘ambience’ di setiap gerai yang disebar, Jago Coffee lebih melihat peluang untuk seolah menjadi ‘penetral pasar’ di antara strategi brand kopi lainnya.
Nggak berambisi untuk membangun cafe, nggak obsesif juga untuk mengubah sistem penjualannya, Jago Coffee lebih fokus pada problem target marketnya di tengah banyaknya coffee shop yang ada. Persaingan harga menjadi poin penting yang diperhatikan Jago Coffee untuk menjadi ‘hook’ pada brand-nya.
Kedua, Jago Coffee juga lebih fokus pada bagaimana audience-nya dapat menemukan mereka. Kepada siapa juga Jago Coffee lebih tepat diberikan? Lagi-lagi, seperti yang FULLSTOP Branding Agency Indonesia sering mention ya, teman-teman. Bahwa mengenali audience behavior cukup penting karena dari sini teman-teman UMKM dan family business owner nggak perlu susah-susah untuk berusaha menjangkau audience di skala yang luas. Tapi, teman-teman UMKM dan bisnis keluarga juga dapat ‘grab the attention’ kelompok target market di antara kategori target market yang cukup luas.
Jago Coffee nggak tersebar di seluruh Indonesia, namun Jago Coffee konsisten dengan tagline-nya as 1st Cafe on Wheels, bagaimana hasilnya? Memang Jago Coffee nggak se-viral top brand coffee shop lainnya, tapi Jago Coffee bisa jadi solusi bagi target marketnya di kala tanggal tua dan sibuk dengan banyak agenda sampai nggak sempat take away kopi di kedai terdekat.
Ketiga, Jago Coffee lebih fokus juga pada kesehatan audience-nya saat konsumsi kopi sachet yang sering jadi pilihan akhir target marketnya. Konsumsi kopi sachet tentu tidak lebih sehat daripada konsumsi kopi hasil dari seduhan biji kopi langsung. Dari sinilah Jago Coffee maju ke depan dan menjemput audience-nya langsung dekat dengan area mereka. Tersebar di beberapa titik di Jakarta, Jago Coffee menjemput bola di sana.
Strategi Utama, Di-Remake Brand Lainnya
Seperti yang FULLSTOP Branding Agency Indonesia sebutkan pada judul artikel ini, apa yang dilakukan Jago Coffee memang bukan untuk sebuah marketing activation. Jago Coffee membangun brand positioningnya sesuai dengan tagline-nya. Konsistensi ini juga dijalankan secara istiqomah sampai di akhir 2023 lalu, akhirnya Jago Coffee berhasil menjadi berita viral melalui branding strategy-nya.
Yang perlu teman-teman UMKM dan family business owner pelajari dari perkembangan bisnis Jago Coffee, ada pada konsistensi dan keberaniannya untuk terus highlight USP yang dimilikinya. Meskipun tidak begitu ‘terlihat’ dan menjadi kaum marginal di antara brand coffee shop populer lainnya, tapi Jago Coffee nggak berhenti dengan satu strategi saja. Seolah menjadi pelopor evolusi dari brand activation coffee shop yang beralih menjadi cafe kaki lima, Jago Coffee juga punya layanan Birthday Party untuk target marketnya.
Perluasan audience yang dilakukan Jago Coffee ini tentu telah mencuri perhatian dan memang efektif untuk boost awareness secara offline. Strategi ini juga digunakan Janji Jiwa dan Haus untuk menjangkau audience kaki limanya dengan Kopi Sejuta Jiwa dan Huling-nya. Ketika brand activation teman-teman UMKM dan family business owner berhasil men-trigger ketertarikan audience, maka brand positioning Anda juga akan diuji saat kompetitor melakukan hal yang sama. Penyajian kopi yang juga disiapkan Jago Coffee ini nggak ribet lho, teman-teman.
Kopi yang sampai di tangan audience-nya ini, telah siap dikemas dalam sebuah cup dengan suhu yang juga dikontrol dengan baik. Jadi, target market Jago Coffee juga nggak perlu lama-lama untuk menunggu kopi disajikan pedagangnya. Murah dan mudah terjangkau, memang menjadi STRENGTH Jago Coffee untuk lebih dekat dengan audience-nya.
Brand Activation vs Marketing Activation
Menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya, pergerakan Jago Coffee nggak se-gercep top brand coffee shop saat menyebarkan gerainya di berbagai sudut kota. Namun Jago Coffee memang tepat hadir di saat audience sedang ditempa pandemi 2020 lalu. So, sepertinya branding strategy yang digunakan Jago Coffee juga tepat untuk membangun ‘top of mind’ di ingatan audience-nya sampai hari ini.
Audience-nya nggak perlu repot pesan ojek online untuk pesan kopi.
Mereka juga nggak perlu repot melindungi diri saat take away kopi. Cukup di rumah atau kantor saja, Jago Coffee siap dengan kopi murah nan sehatnya.
Berawal dari membangun brand identity-nya seperti ini, maka sebenarnya mana yang perlu didahulukan? Brand activation atau marketing activation? Keduanya sama-sama punya goals yang sama, untuk mendekat ke audience Anda. Namun brand activation lebih efektif saat teman-teman ingin target market mudah mengenali brand Anda. Sedangkan marketing activation dilakukan memang untuk soft-selling produk Anda ke target market yang membutuhkannya. Keduanya sama-sama bisa digunakan di momen apa saja, bergantung dari tingkat jangkauan dan keterkenalan brand teman-teman juga.
Jago Coffee melakukan strategi ini, karena memang hadir sebagai “pembeda” yang solutif di antara persaingan ketat yang ada. Jadi, diperlukan adanya brand activation dan branding strategy bertahap yang cukup kuat untuk dijalankan. Lain halnya dengan Kopi Kenangan yang juga pernah FULLSTOP Branding Agency Indonesia bahas sebelumnya. Highlight “kenangan” dan bermain di masa lalu serta menyediakan ambience yang juga mendukung, Kopi Kenangan perlu marketing activation untuk percepatan keterkenalannya.
Kalau teman-teman sendiri, sedang mempersiapkan marketing activation atau branding activation dalam waktu dekat? Sharing ke FULLSTOP Creative Agency yuk!