Local Franchise Brand Battle (Part 1): Indomaret vs Alfamart
Melansir dari Gopay, konsep jual-beli dengan pertemuan antara penjual dan pembeli seperti ini telah ada sejak zaman Kerajaan Hindu di Indonesia. Bahkan di zaman itu, juga berlaku tawar-menawar lho teman-teman.
Beranjak dari konsep pedagang kaki lima, di tahun 1963 diprakarsai oleh Presiden Soekarno didirikanlah toko serba ada bernama Sarinah di Jalan MH Thamrin. Sebenarnya keberadaan toko ini didirikan untuk menstabilkan perekonomian Indonesia saat itu. Terinspirasi dari konsep supermarket di AS yang melayani petani saat terjadi depresi ekonomi, Presiden Soekarno seolah memodifikasi konsep ini untuk dijadikan pelopor toko serba ada pertama di Indonesia.
Menawarkan kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau untuk ibu-ibu dengan golongan ekonomi menengah ke bawah, Sarinah menjadi evolusi dari konsep perdagangan menggunakan tawar-menawar di zaman kerajaan Hindu sebelumnya. Beralih dari runtuhnya Orde Lama dan berganti kepemimpinan Indonesia dipegang oleh Soeharto, Sarinah diperbarui menjadi lebih modern. Tidak lagi dijadikan badan sosial, Sarinah dikembangkan menjadi swalayan dengan fasilitas yang lengkap.
Swalayan di sini memiliki definisi bahwa pembeli dapat mengambil kebutuhan pilihannya sendiri saat berbelanja. Konsep ini dinilai sangat cocok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Membawa vibes “calming” saat berbelanja, kelahiran Orde Baru membawa evolusi besar berupa adanya retail modern berkonsep supermarket seperti Hero, Ramayana, dan Matahari. Dari sinilah, minimarket menyusul muncul di tahun 1980-an sebagai solusi baru dari perkembangan supermarket yang ada.
Didirikan oleh Djoko Susanto Alfamart pertama kali berdiri di Indonesia dan kemudian mayoritas sahamnya dijual kepada PT. HM Sampoerna Tbk pada tahun 1989. Perusahaan bernama PT. Sumber Alfaria Trijaya ini, telah memulai pengembangan bisnisnya menjadi waralaba sejak tahun 1994.
Lebih senior dari Alfamart, Indomaret didirikan oleh CEO Indofood Anthony Salim pada tahun 1988. Bermula membangun toko untuk kebutuhan karyawannya, Indomaret berkembang menjadi minimarket yang cukup pesat pertumbuhannya hingga hari ini.
So, apa sih rahasia keduanya hingga tetap jadi BRAND LEGEND minimarket yang EKSIS hingga hari ini? Yuk, intip penjelasan FULLSTOP Branding Indonesia berikut!
Rahasia Indomaret Tetap Eksis Sejak Tahun 1988
Seperti yang di-spill FULLSTOP Creative Agency di intro artikel ini, Indomaret berdiri dengan goals semula untuk memenuhi kebutuhan karyawan PT. Indomarco Prismatama. Seiring dengan perkembangan zaman untuk memenuhi kebutuhan target market melalui konsep toko yang lebih modern, maka Indomaret pun berkembang sesuai dengan eranya. Selain memperhatikan audience behavior dari poin ini, Salim Group selaku perusahaan yang mengepalai Indomaret, juga berpikir bagaimana menggunakan strategi lokasi usaha yang optimal.
Menggunakan strategi lokasi dengan membangun cabang Indomaret dekat perkantoran, apartemen, perumahan, dan tempat wisata, beginilah awal mula minimarket ‘top of mind’ ini mengepakkan sayapnya lebih lebar. Melansir dari Harian Haluan, pada tahun 1997, Indomaret mulai ekspansi pasarnya dengan membentuk kerjasama berupa bisnis waralaba.
Source: Hops
Marketing strategy berupa penentuan strategi lokasi usaha dan waralaba sendiri telah menjadi bukti bahwa Indomaret berhasil EKSIS dan tetap banyak pengunjung sampai hari ini. Selain itu, secara branding strategy ditinjau dari brand identitynya menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia, sama seperti brand legend pada umumnya, Indomaret juga tidak banyak melakukan perubahan pada logonya.
Dominasi warna merah, biru dan kuning menonjol dan selalu menjadi pusat perhatian target market Indomaret dimana saja. Karena berhasil menjadi pioneer minimarket di Indonesia, brand identity ini jugalah sepertinya sangat membantu awareness seseorang untuk menyadari lokasi Indomaret di sudut manapun.
Seiring dengan pertumbuhan waralabanya, Indomaret nggak ketinggalan juga untuk menggunakan marketing strategy dengan pelayanan pembayaran seperti BPJS, Listrik, PDAM, agar brand recognitionnya sebagai minimarket yang ‘lengkap’ tetap melekat di benak target marketnya. Selain itu, adanya Point Coffee dan tersedianya Indomaret Point (yang lebih luas), menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya menjadi marketing strategy yang juga cukup cerdas.
Marketing strategy ini juga didukung dengan adanya aplikasi Klik Indomaret yang semakin memudahkan pembeli berbelanja di Indomaret. Inovasi bisnis seperti ini tentunya juga terbukti SUKSES di tengah adanya pandemi yang telah berlalu tahun 2020-2021 lalu.
Konsistensi Indomaret untuk melakukan boost awareness melalui distribusi dimana saja seperti ini, membuat FULLSTOP Branding Agency Indonesia nggak heran Indomaret berhasil top-of-mind sampai hari ini.
Alfamart Berani Menjangkau Target Market Hingga Filipina
Melansir dari Bizhare, ternyata meskipun tidak lebih senior dari Indomaret namun Alfamart sedikit lebih gercep untuk menggunakan marketing strategy dalam ekspansi pasarnya melalui bisnis waralaba di tahun 1994.
Tentunya marketing strategy yang lebih gercep satu ini juga menjadi alasan Alfamart berhasil menjadi pesaing kuat Indomaret diiringi pertumbuhan cabangnya yang juga cepat. Karena di tahun 2002, Alfamart telah berhasil memiliki 500 gerai tersebar di Bandung, Jawa Barat.
Di tahun 2010, Alfamart telah membuka 5.000 gerainya di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dari sinilah Alfamart Group mulai menjalankan marketing strategy berbeda agar dapat bertahan di tengah persaingan sengitnya dengan Indomaret.
Tahun 2013, Alfamart launching konsep gerai terbarunya yang lebih simpel di lahan yang juga kecil bernama “Alfamart Express”. Konsep pengembangan cabang seperti ini, menurut FULLSTOP Creative Agency Indonesia menjadi ide yang cukup jenius. Mengapa? Karena bentuk Alfamart Express yang mungil ini cocok ada di tengah perkotaan yang padat. Namun di lain sisi, kebutuhan target market yang juga memerlukan Alfamart tetap hadir dengan konsep yang “lengkap”, membuat ide ini sayangnya tidak dilanjutkan sampai hari ini.
Hampir sama dengan strategi yang digunakan Indomaret, Alfamart Group akhirnya membuat retail dengan konsep yang lebih luas dinamakan dengan Alfamidi. Bangunannya lebih luas dari Alfamart pada umumnya, tentu varian produk yang ditawarkan juga lebih memanjakan pengunjung Alfamidi di tengah kota ataupun pemukiman yang padat.
Seolah nggak mau kalah dengan Indomaret, melansir dari Kumparan di tahun 2014 Alfamart berani memperluas jangkauan audiencenya hingga Filipina. Melalui usaha patungan dari anak perusahaannya Alfamart Retail Asia Pte. Ltd, Alfamart Group mendirikan Alfamart Trading Philippines Inc.
Berangkat dari strategi ini, Alfamart semakin sukses melakukan ekspansi pasarnya di Filipina. Di tahun 2018, gerai Alfamart di Filipina telah mencapai 500 gerai. Kemudian di tahun 2020, Alfamart semakin berkembang di Filipina karena telah berhasil membangun 15.000+ gerai dan 3 gudang sekaligus.
Masih nggak mau kalah dengan Indomaret, di tahun 2019 Alfamart juga meluncurkan aplikasi belanja online bernama Alfamind (sekarang berubah nama menjadi Alfagift).
Belajar dari Indomaret dan Alfamart
Dari marketing stratetgy dan branding strategy yang dipelajari, keduanya sama-sama “cepat” dalam menjalankan masing-masing strategi.
Baik Indomaret dan Alfamart, keduanya juga sama-sama cukup teliti untuk mengukur sejauh mana kebutuhan target marketnya terhadap kehadiran outlet-outletnya di setiap wilayah. Seolah “serupa tapi tak sama”, Alfamart dan Indomaret memberikan kita pelajaran penting bahwa memanfaatkan peluang yang ada cukup penting untuk sebuah strategi bisnis.
Bayangkan jika Indomaret tidak memutuskan untuk mengembangkan waralaba di tahun 1997, akankah dapat bersaing dengan Alfamart yang lebih dulu menjadi bisnis franchise di tahun 1994?
Begitupun dengan strategi penentuan lokasi usaha yang digunakan Indomaret sejak awal. Bagaimana jika Alfamart kurang cermat dengan strategi ini? Akankah Alfamart tetap menjadi kompetitor utama Indomaret?
Sama halnya saat keduanya menyesuaikan diri sesuai dengan perkembangan teknologi. Menciptakan aplikasi belanja online tersendiri, menggambarkan keduanya juga konsisten untuk terus memperluas jangkauan audience dimana saja.