Belajar Branding: Red Ocean Strategy vs Blue Ocean Strategy
Ingatkah teman-teman bahwa FULLSTOP Branding Agency Indonesia pernah membahas tentang oposisi dari Blue Ocean Strategy dan Red Ocean Strategy di artikel ini?
Yap, mulai dari analisis strategi pada pembahasan artikel tersebut, FULLSTOP Creative Agency Surabaya sebenarnya sudah lama tergelitik untuk mengulik tentang Blue Ocean Strategy saat dilihat dari sudut pandang strategi bisnis yang lebih ‘general’.
Kira-kira apakah teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Indonesia pernah menjalankan salah satu dari dua strategi ini? Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih dalam, melansir dari Glints, Blue Ocean Strategy yang dikenalkan oleh Professor W. Chan. Kim dan Reneé Mauborgne merupakan strategi bisnis yang belum punya pesaing. Blue Ocean Strategy juga merupakan strategi bisnis yang perlu teman-teman UMKM dan family business owner lakukan untuk menyasar target market yang minim persaingan. Apakah Blue Ocean berarti branding strategy ini lebih low-risk alias minim risiko? Well, tentu saja tidak ya. Berdasarkan pengalaman FULLSTOP Branding Indonesia yang merupakan branding agency / creative agency asal Surabaya sejak 2012, masing-masing strategi branding memiliki risiko dan kelebihan masing-masing.
Sedangkan untuk Red Ocean Strategy sendiri merupakan branding strategy pada existing market dengan sudah adanya “pemain besar”. Artinya, branding strategy ini lebih menekankan bermain pada market yang tingkat competitive-nya cukup tinggi.
Source: The Strategy Institute
Sampai di contoh aplikasinya, The Strategy Institute menjelaskan bahwa se-kontras inilah perbedaan antara Red Ocean Strategy dan Blue Ocean Strategy saat teman-teman akan menggunakannya pada pengembangan bisnis.
So, setelah mengenali perbedaan keduanya, kira-kira kapan ya BEST TIME teman-teman UMKM dan family business owner pakai untuk bisnis Anda? Sini-sini FULLSTOP jelasin!
Bersaing di Pasar yang Sama, Pakai Red Ocean Strategy
Branding strategy satu ini digunakan teman-teman saat rilis produk yang jenisnya “sama” atau serupa seperti di pasaran. Strategi satu ini sebenarnya punya workflow yang cukup efektif karena teman-teman UMKM dan family business owner nggak perlu memakan waktu banyak untuk memikirkan riset produk serta analisa kompetitifnya.
Saat teman-teman menggunakan Red Ocean Strategy, biasanya teman-teman hanya perlu melakukan ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) sebuah produk untuk dijadikan varian produk baru yang ditawarkan pada target market yang sama.
Contohnya dapat teman-teman pelajari pada banyaknya bisnis rokok yang sekarang ini juga semakin beragam. Brand legend rokok seperti Dji Sam Soe, Gudang Garam, dan Marlboro sekarang ini punya pesaing cukup banyak dengan harga yang juga lebih ramah kantong untuk target market yang sama.
Kalau dipelajari dari masing-masing penggunaan Red Ocean Strategy pada brand rokok berikut, di antaranya sekilas hanya seperti ingin membuat ‘ombak’ inovasi tersendiri saja meskipun market leader dari ide tersebut juga cukup susah disaingi.
Dan bagaimana cara supaya bisa unggul di “red ocean” ini? Jawabannya, tidak lain tidak bukan, adalah dengan menggencarkan marketing sebesar-besarnya. Tak pelak kalau market leader di red ocean adalah big brands karena budget marketing mereka jauh lebih besar daripada UMKM atau small family business. Tapi bukan berarti tidak bisa bersaing ya. Sekelas Matahari saja, bisa kok dikalahkan sales-nya oleh UMKM atau family business yang aktif secara digital di Shopee dengan ROAS (return on ads spend) yang sangat memuaskan. Padahal mereka sama-sama bermain di red ocean, alias market fashion dengan target audience yang sama!
Contoh lain juga bisa ditemukan pada brand client FULLSTOP Creative Agency Surabaya, Jay’s Kitchen. Market leader bumbu masak seperti Royco dan Masako juga nggak gampang tersaingi.
Untuk mengantisipasi risiko ini, FULLSTOP bantu Jay’s Kitchen untuk boost awareness melalui ads dengan skala yang juga cukup besar. Selain itu, cari Brand Ambassador yang tepat seperti Chef Bara, dan mempunyai inovasi produk berupa Zip-Lock sachet yang travel-friendly untuk masak dimana aja. FULLSTOP Branding Agency Indonesia juga support event offline Jay’s Kitchen agar awareness target market juga semakin meluas.
Dan perlu teman-teman note dari awal, bahwa brand yang menggunakan Blue Ocean Strategy pada awal rilisnya, juga nggak menutup kemungkinan akan bertransformasi mengaplikasikan Red Ocean Strategy saat pertumbuhan kompetitor juga semakin masif.
Blue Ocean Strategy: Sebuah Solusi & Membangun Audience Baru
Sebenarnya strategi ini susah-susah gampang menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia saat teman-teman akan mengaplikasikannya pada bisnis Anda.
Mengapa?
Benar memang skala kompetisinya cukup kecil. Namun, secara inovasi bisnis dan aplikasinya membutuhkan ‘keberanian’ untuk menciptakan gebrakan baru di tengah-tengah homogennya varian produk.
Mengaplikasikan strategi ini menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya juga membutuhkan analisa mendalam karena teman-teman UMKM dan family business owner nggak hanya menciptakan sekadar ‘gebrakan’ baru tapi juga menciptakan inovasi produk yang solutif untuk memperluas jangkauan audience.
Contoh Blue Ocean Strategy yang BERHASIL ada pada inovasi beras porang yang dilakukan salah satu client FULLSTOP juga: FUKUMI. Di tengah-tengah maraknya permasalahan kesehatan seperti diabetes, obesitas, penyakit yang menyerang jantung, serta pencernaan, FUKUMI hadir sebagai solusi untuk mencegah dan mengantisipasi jumlah penyerta dari penyakit ini.
Kandungan kalori dan rendah gula pada beras porang FUKUMI, membuat banyak orang punya opsi lain untuk makan nasi namun tetap sehat dan aman untuk jangka panjang. Selain kandungan nutrisi di dalamnya, FUKUMI juga menjadi pengembangan produk yang user-friendly di tengah-tengah kebutuhan seseorang akan produk FMCG.
Kemasan sachet dan pouch FUKUMI yang mudah dibawa dan dimasak di mana pun dan kapan pun membuat Beras Masa Depan satu ini sangat cocok untuk kebutuhan kelompok masyarakat era 4.0 sekarang ini.
Red Ocean vs Blue Ocean: Manakah Keputusan yang Terbaik?
Tidak ada opsi yang lebih baik daripada opsi satunya. Semua tergantung dengan kemampuan atau kapabilitas yang dibawa oleh masing-masing business owner.
Apakah Anda memiliki inovasi baru?
Apakah Anda siap untuk mengambil risiko dengan membangun market baru?
Apakah Anda percaya diri dengan produk yang Anda perkenalkan?
Kalau iya, berarti Anda sebagai business owner harus melakukan blue ocean strategy untuk launching business Anda. Di sinilah Anda bisa memonopoli market baru, asalkan dilakukan dengan branding strategy dan market activation yang tepat.
Atau…
Apakah Anda prefer produk yang sudah dikenal masyarakat?
Apakah Anda siap berperang melawan ratusan, ribuan, bahkan jutaan kompetitor?
Apakah Anda percaya dengan strategi marketing untuk memenangkan target market?
Kalau Anda sebagai business owner lebih mengarah ke opsi yang kedua ini, maka red ocean strategy-lah yang harus Anda lakukan. Buat apa mencoba membentuk market baru, kalau memang produk yang ditawarkan sama saja dengan existing market. Itu sama saja target market Anda adalah red ocean. Tapi itu juga tidak masalah, asalkan Anda percaya dengan keunggulan kompetitif produk Anda yang bisa membuat target market lebih memilih brand business Anda daripada kompetitor. Entah secara harga yang lebih terjangkau, pelayanan lebih berkualitas, bahan lebih premium, dan lain sebagainya.
Lagi-lagi untuk mengaplikasikan sebuah marketing strategy atau branding strategy sebenarnya FULLSTOP Creative Agency Surabaya sepakat jika tidak ada PAKEM yang PATEN.
Mengapa?
Karena seluruh branding strategy dan marketing strategy yang pernah FULLSTOP share ke teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Indonesia, semuanya hanya perlu di-manage bersama tim dan manajemen agar dapat mengantisipasi risiko ataupun konsekuensi dari strategi yang sedang digunakan. Semakin sering teman-teman UMKM dan family business owner memetakan sebuah strategi beserta opsi-opsi lainnya, maka dari sinilah juga bisnis teman-teman sedang dikontrol risikonya.
Kira-kira nextnya FULLSTOP akan share insight branding strategy atau marketing strategy apalagi ya?
Stay tuned terus di Blog FULLSTOP Branding Indonesia, creative agency asal Surabaya dengan ratusan client nasional & internasional!