Theme Park Brand Battle: Universal Studios vs Disneyland

Theme Park Brand Battle: Universal Studios vs Disneyland

Posted by Fullstop Indonesia on 22 May 2024

Siapa yang pernah liburan ke salah satu Theme Park populer ini teman-teman?

Gimana nih, lebih suka main di Universal Studios atau Disneyland? Well, keduanya punya ciri khas tersendiri dan sejauh analisa FULLSTOP Creative Agency Surabaya keduanya juga sama-sama punya target market yang berbeda.

Eits namun sebelum membahas Universal Studios dan Disneyland lebih dalam, mendengar sebutan “Theme Park” untuk keduanya, FULLSTOP Branding Agency Indonesia jadi penasaran apa bedanya dengan Amusement Park ya?

Melansir dari Detik News, sebenarnya keduanya cukup berbeda lho teman-teman. Amusement Park merupakan taman hiburan pada umumnya. Sedangkan untuk Theme Park merupakan taman hiburan tematik yang menyertakan pengunjungnya dalam sebuah cerita yang disuguhkan di setiap wahana. So, sebuah theme park dibangun nggak hanya untuk dikunjungi saja, atau ‘sekadar’ memberikan wahana menarik untuk pengunjungnya. Namun pengunjung juga diajak untuk “seolah” berada di vibes / ambience / dunia lain yang berbeda sesuai dengan alur cerita atau konsep dari wahana tersebut.

Selain itu, sesuai dengan observasi FULLSTOP Creative Agency pada beberapa jurnal ilmiah yang meneliti theme park, ternyata jenis taman hiburan ini memiliki beberapa karakteristik:

  1. Memiliki identitas tematik yang menentukan alternatif wahana.
  2. Mempunyai 1 atau lebih wahana tematik.
  3. Areanya tertutup dengan akses yang dikendalikan.
  4. Rata-rata operasional wahana yang ditawarkan berdurasi 5-7 jam.
  5. Pengelolaannya terpusat.

Melansir dari Republika, theme park ala Walt Disney yang diberi nama Disneyland ini telah dibangun sejak 17 Juli 1955. Walt Disney membangun taman hiburan ini dengan tujuan agar dapat memberikan edukasi serta hiburan baik bagi orang dewasa maupun anak-anak penggemar kartun Disney. Beda cerita dengan Universal Studios yang dibangun sejak tahun 1912, namun tujuan utamanya digunakan sebagai tempat produksi film. Melansir dari Bagafeh, pada tahun 1964 Universal Studios berubah fungsi sebagai theme park yang dibuka untuk umum.

Bagaimanapun sejarah keduanya, yang menjadi pertimbangan utama FULLSTOP Branding Agency Indonesia mengangkat menjadi topik artikel kali ini adalah, keduanya dinaungi sebuah Production House film terkenal (seluruh dunia) dan keduanya juga masih menjadi destinasi wisata impian banyak penggemar di seluruh dunia (saat mengunjungi negara tempat dibangunnya kedua theme park ini). Kira-kira apa ya branding strategy dan marketing strategy yang membuat keduanya sama-sama sukses hingga hari ini? Yuk pelajari bareng FULLSTOP! 

Universal Studios: Menyajikan “Wahana” Seperti di Film-Film

Beberapa referensi yang FULLSTOP Creative Agency Surabaya temukan menyatakan bahwa Universal Studio punya target market orang dewasa.

Dilihat dari jenis wahananya sendiri, Universal Studios memang menyajikan pengalaman berbeda yang dapat dinikmati potential marketnya tanpa memandang usia. Sampai hari ini, melansir langsung dari Official Website Universal Studios Hollywood, terdapat beberapa wahana yang ditawarkan Universal Studios.

Seluruh wahana Universal Studios tentu dapat memanjakan kerinduan teman-teman UMKM dan family business owner terhadap film garapan Universal Pictures yang dikemas menjadi lebih “nyata” dan seolah dapat dimainkan perannya.

Seperti wahana Super Nintendo World dan The Wizarding World of Harry Potter, Universal Studios cukup cerdas membangun experiential marketing di dalamnya. Dibalut dengan sangat “soft-selling”, sepertinya menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia marketing strategy ini jika dijalankan bersamaan dengan rilisnya sebuah film (yang dijadikan wahana), maka peluang Universal Studios dan Universal Pictures merogoh gunung cuan agak memungkinkan ya, teman-teman.

Namun sepertinya marketing strategy tersebut membutuhkan modal yang tidak sedikit. So, untuk mengontrol keuangan bisnis ini, konsep wahana yang ditawarkan tetap berasal dari cerita pada film-film lawas. Meskipun begitu, experiential marketing ini tetap BERHASIL karena justru membangun emotional marketing pada ingatan-ingatan seseorang akan alur cerita dari Mario Bros atau Harry Potter.

Marketing strategy lain yang dilakukan Universal Studios agar tetap mengundang pengunjung datang, ada pada special offering pada membership, menyediakan resort terdekat agar dapat melayani liburan keluarga yang dapat dilakukan pada satu tempat.

Disneyland: Ajak Anak Bertemu Tokoh Kartun Kesukaannya

Siapa di antara teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Indonesia di sini yang saat Disneyland dibangun belum lahir?

Yap, theme park berusia hampir 70 tahun ini sejak dibukanya sampai hari ini FULLSTOP Creative Agency Surabaya rasa belum surut dari animo penggemarnya. Beragam wahana edukasi dan hiburan lengkap dan konsisten disajikan Walt Disney sampai hari ini. Melansir dari Official Website Disneyland, Disneyland juga cukup menyajikan informasi wahananya lengkap agar potential target marketnya pun dapat sekaligus mempelajari sebelum mengunjungi satu di antaranya.

Memang berbeda dari Universal Studios, Disneyland lebih fokus pada edukasi dan hiburan untuk anak-anak daripada pengembangan wahana bermain dari film produksi Disney. Tertera pada Official Website Disneyland sebanyak 139 wahana dapat teman-teman temukan di Disneyland dan beberapa di antaranya juga dapat langsung dinikmati anak bersama orang tuanya.

Meskipun di antaranya juga terdapat wahana yang merupakan aplikasi dari film, namun Disneyland sepertinya cukup cerdas untuk membranding dirinya sendiri sebagai theme park dengan wahana yang cukup variatif. Sehingga saat potential marketnya mengunjungi, Disneyland menjadi tempat favorit karena wahananya yang lengkap. Sadar atau nggak, Disneyland yang usianya juga lebih tua dari Universal Studios sepertinya telah disiapkan Walt Disney agar tempat tersebut tetap digandrungi anak-anak sepanjang masa. Founder yang cukup visioner ya teman-teman! 

Marketing strategy seperti adanya penginapan juga ditawarkan Disneyland untuk para pengunjungnya. Dari “things-to-do” yang tersedia, terlihat juga bahwa Disneyland lebih memperhatikan setiap detail “needs” dari audiencenya. Mulai dari Spa, Magic Band Experiences, Character Experiences, kesemuanya dikemas menjadi sebuah packaging berlibur yang nggak hanya menyenangkan tapi juga LENGKAP.

Apakah Membangun “Theme Park” Merupakan Business Strategy?

Well, setelah mempelajari wahana yang ada di top brand theme park ini, FULLSTOP Branding Agency Indonesia jadi penasaran.

Karena keduanya sama-sama company group dan berangkat dari industri film, maka pertanyaannya apakah “theme park” yang dibangun long-term ini termasuk sebuah marketing strategy atau branding strategy?

Sepertinya sama-sama bisa disimpulkan sebagai marketing strategy, namun bisa juga menguatkan branding strategy pada film-film yang telah dirilis. Dua-duanya sama-sama cerdas untuk membangun brand positioningnya secara konsisten dan tetap berani ambil opportunity sebagai marketing strategy mengikuti perkembangan teknologi.

So, kuncian ini jugalah yang menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya perlu teman-teman UMKM dan family business owner pegang teguh selama mengembangkan bisnis.

Anyway happy holiday dan tetap stay tuned di Blog FULLSTOP untuk dapatkan insight marketing strategy dan branding strategy lainnya ya!

Back To List Blog