Kekuatan Personal Branding Taylor Swift di Balik Kontrak Eksklusif Singapore & Eras Tour
Siapa di antara teman-teman UMKM dan family business owner yang juga Swifties? Penasaran nggak tentang bagaimana personal branding dari seorang penyanyi top ini? FULLSTOP Branding Agency Indonesia sih pastinya kepo gimana sih personal branding Taylor Swift ini bisa terus naik daun akhir-akhir ini!
Melansir dari Gramedia, Taylor Swift memulai debutnya pada tahun 2006 dengan album yang bernama ‘Taylor Swift’. Pada Grammy Awards tahun 2010, Taylor Swift juga mencatat sejarah barunya sebagai musisi termuda yang berhasil memenangkan Album of the Year.
Dilansir dari Wow Keren, pada masa kecil Taylor Swift, ia juga mengejutkan para wisatawan dengan penampilannya yang penuh semangat. Ia menyanyikan lagu "I Just Can't Wait to Be King" yang merupakan bagian dari soundtrack film "The Lion King" (1994), meskipun Taylor mengatakan bahwa aksi ini sangat kacau karena tidak ada persiapan, namun penampilannya tetap berhasil memberikan kejutan tersendiri bagi penonton.
Akhirnya, dua tahun setelah Taylor Swift debut, pada tahun 2008, Taylor Swift mulai sukses dengan album baru keduanya yang berjudul "Fearless". Album ini pun mengantarkan Taylor Swift meraih beberapa penghargaan di ajang Grammy, termasuk untuk kategori Album of the Year dan Best Country Album. Kesuksesannya sebagai penyanyi membuka pintu bagi Taylor untuk berani mencoba dunia akting. Dia tampil dalam beberapa film, termasuk "Hannah Montana: The Movie" dengan peran cameo, serta "Valentine's Day" di mana dia memerankan karakter Felicia.
Dilansir dari diskografi Taylor Swift melalui Wikipedia, hingga tahun ini, Taylor Swift telah memiliki 11 album, termasuk album terbarunya pada April 2024 lalu, berjudul “The Tortured Poets Department”. Taylor Swift juga telah berhasil membintangi 7 film, dengan film terakhirnya yaitu “Amsterdam” pada tahun 2022. Dengan 6 konser besarnya tersebut, Taylor Swift menjadi dikenal oleh seluruh dunia.
Dan tahun lalu, Taylor Swift memutuskan untuk membuat konser musiknya sendiri.
Adakah teman-teman pegiat UMKM atau family business owner di sini yang juga nonton konser Taylor Swift?
Kalau FULLSTOP Creative Agency belum sih, soalnya konsernya di bagian Asia Tenggara hanya ada di Singapura! Tapi ini yang bikin penasaran, kok bisa sih The Eras Tour di Singapura bisa mencapai 22 JUTA Penonton? Padahal penduduk Singapura sendiri jumlahnya cuman 5 JUTA?
The Eras Tour: Tur Seluruh Benua yang Sukses Cetak Rekor Dunia
Menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia, Taylor Swift membawa 10 era yang menandakan sekaligus merayakan 10 album yang telah dirilisnya selama 17 tahun berkarir musik, dimulai dari album debutnya pada tahun 2006 hingga album terbarunya yang berjudul "Midnights" yang dirilis pada tahun 2022.
Tribun News mengabarkan bahwa The Eras Tour Taylor Swift resmi diakui sebagai tur musik dengan pendapatan tertinggi oleh Guinness World Records. The Eras Tour merupakan konser pertama yang berhasil melampaui pendapatan sebesar USD 1 Miliar, atau sekitar Rp 15 triliun lebih. Kira-kira gimana sih cara Taylor Swift membuat euforia dari tur dengan penghasilan terbesar ini? Sampai-sampai yang bukan penggemar beratnya pun penasaran untuk nonton konsernya!
Dilansir dari TaylorSwift.com, The Eras Tour sendiri diadakan di banyak negara. Negara-negara ini seperti, United States of America, Los Angeles, Prancis, Sweden, Portugal, Spanyol, United Kingdom, Irlandia, dan masih banyak lagi. Tentunya konser ini tidak diadakan dalam waktu yang berdekatan ya, teman-teman.
Melansir dari CNN Indonesia, negara dengan penonton paling banyak adalah negara Singapura, karena mereka mengadakan konser selama 6 hari, yaitu 2-4 Maret 2024 dan dilanjutkan pada 7-9 Maret 2024. Sebelum konser dimulai pun, mereka mengatakan bahwa 300 ribu tiket penonton telah diincar sebanyak 22 juta penonton yang sudah ikut antre via Official Website Taylor Swift tersebut. Sedangkan, negara Singapura sendiri hanya memiliki warga negara sebanyak 5 juta orang loh!
Jangkauan marketing strategy konser ini gede banget nggak tuh,,,
Lalu, kok bisa sebesar itu ya fans nya? Menurut FULLSTOP Creative Agency, para penggemar bukan hanya melihat dari enak atau tidak nya lagu Taylor Swift, tapi mereka juga melihat bagaimana latar belakang seorang Taylor ini bisa berdiri hingga saat ini. Mereka melihat betapa cintanya Taylor Swift dengan musik, bagaimana ia sangat bersungguh-sungguh dalam belajar musik, dan bahkan menjadikan musik itu menjadi tempat cerita nya.
Hal-hal ini lah yang membuat banyak orang jadi menyukai bagaimana Taylor Swift bisa memancing banyak orang dan membuat mereka ikut belajar dari kisah hidup seorang Taylor Swift. Terus, apa ya kira-kira kisah hidupnya atau personal brandingnya yang membuat orang-orang ini terus mengikuti Taylor?
Bernyanyi Ala Storytelling
Taylor Swift bisa dibilang memiliki ciri khas yang susah ditemukan di penyanyi lainnya. Meskipun ia merupakan sosok artis terkenal, namun hal ini tidak mengurangi sifat humblenya kepada siapapun dan bahkan mau untuk terus belajar ilmu dari perkuliahannya. Ia juga sempat memberikan motivasi pada saat kelulusannya di suatu universitas dan hal ini sangat membuat banyak orang tersanjung akan pribadi Taylor yang sungguh baik.
Dilansir dari Forbes, inti dari personal brand Taylor Swift adalah kepribadian aslinya. Berpindah dari satu genre ke genre lainnya, ia tetap konsisten dengan dirinya sendiri. Pendekatan Taylor dengan musik dan persona publiknya sangatlah baik sehingga para penggemarnya pun jadi lebih menghargai kepribadiannya.
Keaslian Swift tercermin dalam lirik-liriknya, yang sering kali mengambil inspirasi dari pengalaman dan emosi pribadinya. Dengan secara terbuka memberikan kebahagiaan, kesedihan, dan perjuangannya dalam kata-kata yang menusuk membuat dia dan penggemarnya memiliki hubungan yang dekat. Kejujurannya ini memupuk rasa kepercayaan dan loyalitas, yang merupakan hal penting dari personal branding yang kuat.
Menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia, Taylor Swift juga selalu membuat lagu dengan bahasa inggris yang simple dan nggak susah untuk dinyanyikan. Bahkan untuk membuat sebuah lagu, Taylor membutuhkan waktu yang tidak singkat agar lagu tersebut 'relate' dengan penggemarnya. Sepertinya Taylor Swift juga melakukan 'deep research' ya teman-teman! Hal ini membuat para penggemarnya, Swifties, jadi ikut mendalami dan ikut menjadikan lagu ini bagian dari cerita hidup mereka juga.
Nggak hanya itu, bahkan lagu Taylor Swift ini sendiri juga sering digunakan oleh banyak orang (bahkan yang bukan fans sejatinya) untuk melamar pasangan mereka juga loh! Di lagu Taylor Swift yang berjudulkan ‘Love Story’ membuat banyak orang ikut mengerti arti dari lagunya dan bahkan menggunakannya untuk menjadi backsound engagement yang romantis. Nggak sedikit juga penonton konser Taylor Swift yang melamar langsung pada saat konser sedang berjalan.
Belajar dari Taylor Swift, Personal Branding Ternyata Juga Bisa Boost Business UMKM Lho!
Nah, jadi bagaimana menurut teman-teman UMKM dan family business owner?
Kalau menurut FULLSTOP Creative Agency sih, strategi dan konsistensi personal branding dari Taylor Swift ini bagus banget loh untuk diterapkan dalam suatu bisnis.
Seorang business owner yang memiliki personal branding tentunya dapat boost awareness dan menjangkau potential market yang juga besar ya, teman-teman. Seperti pelajaran yang didapat dari Taylor Swift, konsistensinya dalam berpersona dapat teman-teman jadikan lesson-learned dalam pengaplikasiannya pada bisnis yang sedang dikembangkan juga lho! Salah satunya seperti Apple.
Teman-teman pasti sudah tahu Steve Jobs kan? Well, sadar tidak sadar, penampilan Steve Jobs yang bersahaja secara tidak langsung juga memperkuat brand awareness style design Apple yang konsisten simple sampai sekarang. Steve Jobs juga merupakan pendiri Apple Computer yang konsisten membangun dan menjadi bagian dari Apple sampai beliau meninggal. Apple dan Steve Jobs begitu melekat di benak penggunanya, dan keberhasilan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Konsistensi personal branding seperti Taylor Swift (dalam konteks celebrity / influencer / content creator) perlu teman-teman pelajari juga, siapa tahu Anda bisa jadi business owner dengan personal branding yang melekat di benak target audience – just like Steve