Brand Battle Hijab Modern: Buttonscarves vs Klamby

Brand Battle Hijab Modern: Buttonscarves vs Klamby

Posted by Fullstop Indonesia on 03 April 2024

Menjelang lebaran, tentunya brand fashion hijab atau fashion baju muslim jadi makin trending atau jadi salah satu topik di social media platform teman-teman.

Iya nggak sih?

Atau FULLSTOP Branding Agency Surabaya aja yang mengalaminya?

Well, baju lebaran tentunya jadi salah satu MUST-HAVE ITEMS umat muslim di Indonesia sebelum hari raya tiba. Namun, sama seperti case study yang biasanya FULLSTOP Creative Agency Surabaya bahas, gimana sih marketing strategy atau branding strategy brand lokal fashion hijab supaya menarik perhatian?

Kali ini, FULLSTOP Branding Agency Surabaya akan bahas Buttonscarves dan Klamby sebagai salah satu top brand local yang cukup bikin penasaran. Secara tone color varian produknya sebenarnya hampir mirip, namun apa sih yang bikin orang lebih curi perhatian ke 2 brand ini? Coba intip engagement kedua Instagram brand ini, yuk!

Source: Official Instagram Buttonscarves

Source: Official Instagram Klamby

Keduanya sama-sama mengundang interaksi, dan membuat orang penasaran apakah mereka masih bisa order atau nggak? Dari social media activation ini juga terlihat bahwa varian baju muslim yang mereka launching selalu mengundang euforia yang cukup masif dari target marketnya. Berangkat dari sini, FULLSTOP Creative Agency Surabaya jadi penasaran dengan branding strategy dan marketing strategy keduanya. Yuk kupas tuntas bareng FULLSTOP!

Buttonscarves

Kehadiran brand fashion muslim satu ini menurut FULLSTOP Branding Agency Surabaya memang mengubah sudut pandang target marketnya terhadap model-model baju muslim itu sendiri. Mengapa?

Didirikan pada tahun 2016, keresahan owner Buttonscarves berangkat dari persepsi target marketnya yang juga sama. Dulu, ketika orang ingin memakai hijab maka persepsinya

“Terlihat kuno nggak sih?”

“Old-fashion banget. Nggak mau ah!”

Dari respon masyarakat umum ini, Buttonscarves ingin mengubahnya menjadi trendy dan fashionable. Terbukti perjalanan panjang Buttonscarves ini membuahkan hasil hingga hari ini. So, apa ya kira-kira yang bikin seseorang jadi selalu jatuh hati dengan model-model top brand local fashion muslim ini?

Brand Identity yang Kuat pada Logo Buttonscarves

Source: Wolipop Detik

Pernah denger kan, kalau logo Buttonscarves saking kuatnya (top-of-mind), sampai ada pihak-pihak yang melakukan plagiarisme dan ngaku-ngaku sebagai top brand satu ini. Logo yang jika dilihat dari berbagai sisi terlihat seperti huruf “B” dan “S” ini ternyata memang punya andil yang sangat kuat terhadap brand recognition Buttonscarves sendiri.

Seperti yang pernah FULLSTOP Creative Agency Surabaya sampaikan di sini, terdapat logo dengan jenis Pictorial Mark yang juga diaplikasikan oleh brand development team Buttonscarves pada logonya. Logo yang mewakili nama brand ini ternyata memang cukup menarik perhatian ya, teman-teman. Dari jauh seperti angka 8, dari dekat seperti huruf S. Secara nggak langsung, logo pictorial mark ala Buttonscarves ini dapat membuat seseorang terus mengingat-ingat logonya.

Nggak hanya sampai pengaplikasian design logo saja yang kuat, menurut FULLSTOP Branding Agency Surabaya Buttonscarves juga cukup jeli memanfaatkan strength dari logo bisnisnya ini sebagai branding strategy. Logo Buttonscarves ini juga sering diaplikasikan menjadi pattern dari beragam jenis produk mulai dari hijab, baju muslim, tas sampai aksesoris.

Wow, totalitas tanpa batas nggak sih branding strategy Buttonscarves satu ini. Bagaimana dengan Klamby?

Klamby

Pasti kalau teman-teman asli orang Jawa nggak akan asing dengan nama satu ini.

Yap, brand yang mengemas frasa Jawa “klambi’ menjadi “klamby” (yang bermakna baju) ini sepertinya sukses membuat target marketnya mengincar produk keluarannya.

Siapa sangka, brand yang lebih dulu lahir sebelum Buttonscarves satu ini ternyata telah menyelami dunia fashion muslim lebih senior. Pendirinya bernama Nadine Gaus ini mengawali karirnya sebagai business owner dengan berjualan baju bekas dan dipasarkan di Yogyakarta. Baru di tahun 2013, Nadine memberanikan diri untuk membuat brandnya sendiri bernama “Wearing Klamby”.

Ternyata brand ini cukup legend ya teman-teman. Hampir 12 tahun sama seperti usia FULLSTOP lho! Kira-kira apa ya marketing strategy atau branding strategy yang dapat dipelajari dari Klamby?

Menurut survey penelitian FULLSTOP Creative Agency Surabaya melalui sebuah jurnal ilmiah, brand satu ini ternyata cukup konsisten menunjukkan identitas ke-Indonesiaannya nggak hanya melalui nama brand. Namun juga tagline, dan pattern batik yang tersemat di setiap varian produk-produk Klamby ini.

Jadi, nggak hanya nama brand aja yang kuat menggambarkan “asli Jawa” atau “asli Indonesia”, tapi juga tema campaign dan design produknya yang juga seolah menggambarkan bahwa orang benar-benar sesuai tagline Klamby, yaitu “I’m wearing Klamby”.

Branding strategy Klamby ini berjalan hampir 12 tahun, bayangin aja gimana nggak top of mind di benak wanita muslimah Indonesia.

Keduanya Sama-Sama Go International. Siapa yang Paling Sukses?

Secara tahun berdirinya, dan branding strategy yang diaplikasikan dari masing-masing brand menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya nggak ada yang PALING SUKSES.

Intinya, keduanya sama-sama kuat secara brand identity sehingga orang-orang juga mudah sekali mengingat kedua brand ini. Yang namanya branding strategy dan marketing strategy sebenarnya nggak ada patokan dari success story satu brand aja kok teman-teman.

Oleh karena itu, FULLSTOP Branding Agency Surabaya rajin juga kan, sharing brand analysis atau marketing analysis ke teman-teman UMKM dan family business owner. Tujuannya ya, supaya teman-teman bisa belajar dan siapa tau terbersit golden idea yang cocok untuk pengembangan bisnis UMKM dan family business owner yang betah pantengin Blog FULLSTOP.

Masih pengen belajar tentang bisnis, marketing dan branding?

Stay tune terus ya di Blog FULLSTOP!

Back To List Blog