Peran Story Selling pada Marketing Strategy UMKM & Family Business
Apakah teman-teman UMKM dan family business owner pernah mendengar istilah ‘Story Selling’?
Apakah ini hanyalah plesetan salah satu jenis marketing strategy?
Menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia sepertinya bisa IYA, bisa juga TIDAK. Lantas, siapa sih yang pertama kali menemukan istilah ini? Makin penasaran? Sini-sini FULLSTOP jelasin!
Melansir dari Fahmi Casofa dalam buku trilogi Secret-nya, Russel Brunson menjelaskan tentang Story Selling cukup detail. Salah satu marketing strategy ini memiliki framework yang perlu teman-teman perhatikan saat membuatnya. Terdiri dari Hook-Story-Offer, Story Selling akan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika diaplikasikan dengan tepat.
Eits, tapi sebelum membredelnya dengan detail, FULLSTOP Creative Agency Surabaya akan menjelaskan secara bertahap terlebih dahulu di poin berikutnya.
Story Selling Relate dengan Emotional Marketing
Masih ingat dengan marketing strategy analysis FULLSTOP untuk brand GU? Dari marketing strategy seperti ini, teman-teman tentu baik secara sadar ataupun tidak akan cukup relate dengan iklan yang disajikan.
Jauh dari keluarga karena keperluan kuliah atau pun kerja, tentunya akan menyentil respon emosi masing-masing dari diri kita. Apalagi custom message yang dapat mengekspresikan beragam perasaan saat jauh dari keluarga, tentunya secara langsung akan punya ruang spesial tersendiri di benak kita.
Marketing strategy cerdas ala GU satu ini tentunya secara tidak langsung merupakan rangkaian cerita (story selling) tersendiri yang mempersuasi alam bawah sadar audience ikut sampai alur cerita berakhir.
Mengapa FULLSTOP Branding Agency Indonesia membahas poin emotional marketing di awal? Karena supaya teman-teman UMKM dan family business owner juga paham bahwa story selling biasanya nggak jauh-jauh dari daily life target market, keresahan mereka, dan pain point yang mereka alami, sehingga saat teman-teman menyentuh emosi audience, momen ini juga penting untuk trigger mereka memperhatikan alur cerita dari awal sampai selesai.
Story Selling Menurut Russel Brunson
Emotional marketing yang dibahas FULLSTOP Creative Agency Surabaya sebelumnya, merujuk pada framework Hook-Story-Offer hasil dari analisa Russel Brunson berikut.
Masih melansir dari Fahmi Casofa, ketiga poin framework dalam Story Selling ini cukup penting saat teman-teman menyusunnya saat proses funneling. Jika ketiganya berjalan tidak baik, maka tentunya story selling tidak dapat disebut ‘sukses’ karena ketiganya juga tidak optimal. So, gimana sih cara menyusun ketiganya? Yuk pelajari berikut!
1. Hook
Hook serupa dengan intro dalam sebuah iklan atau headline pada sebuah copywriting. Sehingga hook menjadi penentu utama apakah story selling teman-teman bisa mencuri perhatian atau tidak. Apalagi, hook ini merupakan step sebelum story memainkan emosi dan respon target market kalian.
So, pertimbangkan betul-betul ya bagaimana stopping point pada Hook ini bekerja!
2. Story
Story merupakan tahapan utama untuk mendapatkan awareness dari audience. Meskipun audience tidak langsung mengiyakan atau melakukan closing pada tahap offer nantinya, tahapan story akan menentukan seberapa kuat pesan-kesan yang terbangun, emosi apa yang cukup mengena, dan sejauh apa keterkaitannya dengan audience?
Story yang kuat tentunya akan diingat dan mudah sekali untuk diingat oleh target market teman-teman.
3. Offer
Offer secara sederhana dapat teman-teman aplikasikan dalam bentuk ‘Call to Action’. Namun perlu digarisbawahi bahwa tahapan Offer tidak harus berupa ‘Shop Now’, ‘Order Now’ ya teman-teman.
Teman-teman juga bisa membangun kedekatan dengan audience melalui offering untuk follow, subscribe, like dan comment supaya interaksi dengan mereka juga tidak putus begitu saja di tengah jalan.
Peran Story Selling untuk UMKM & Family Business Owner
Dari insight tersebut, apa sih sebenernya peran Story Selling untuk teman-teman?
Well, seperti yang sedang kita pelajari dan aplikasikan sampai hari ini, perkembangan teknologi berpengaruh terhadap metode marketing dan branding yang digunakan. Dulu, marketing cukup efektif hanya melalui pintu ke pintu, mulut ke mulut dan iklan TV serta radio saja.
Namun dengan adanya media sosial yang tidak hanya menjadi media komunikasi saja, membuat UMKM dan family business owner tentunya perlu mengikuti interest audience pada media ini juga. Media sosial lebih sering menyajikan story yang cukup menarik agar di 5 detik pertama, content yang tersajikan akan ditonton sampai menit terakhir.
Story selling punya peran yang cukup penting untuk meningkatkan brand awareness serta marketing strategy dari bisnis teman-teman. Pengaplikasian story selling nggak hanya berlaku pada saat teman-teman sedang develop brand saja, namun juga cukup berpengaruh terhadap stopping point marketing strategy yang ada.
Diselipkan pada konten promosi, bisa.
Dijadikan content awareness saja, bisa.
Bahkan dijadikan peningkatan TRUST melalui sebuah review dan testimoni juga BISA lho, teman-teman.
Tertarik nggak sih untuk mengaplikasikan Story Selling untuk pengembangan bisnis teman-teman?
Yuk, kepoin insight marketing strategy dan branding strategy lainnya dengan stay tune di Blog FULLSTOP ya!