Sering Jadi Brand Ambassador, Personal Branding Seperti Apa yang Dibangun Nagita Slavina?
Brand ambassador dan personal branding merupakan satu kesatuan yang menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia tidak bisa dipisahkan.
Mengapa?
Keduanya sama-sama menonjolkan image atau karakter seseorang untuk menyampaikan value dari sebuah brand. Tanpa personal branding, maka tolok ukur keberhasilan seseorang dalam membawa sebuah ‘brand’ akan berjalan tanpa penopang (tanpa kekuatan). Begitupun saat teman-teman UMKM dan family business owner memilih seorang public figure atau influencer untuk menjadi seorang BA atau Brand Ambassador. Tentunya terdapat andil sebuah value personal branding yang cukup kuat sehingga teman-teman menentukan orang tersebut untuk menjadi BA business anda.
Sama halnya saat FULLSTOP Creative Agency Surabaya coba mengulik seorang artis papan atas Indonesia, Nagita Slavina. Beliau seperti langganan untuk menjadi Brand Ambassador berbagai TOP Brand di Indonesia. Seperti contohnya MS Glow dan Mom Uung yang merupakan brand besar dengan Nagita Slavina sebagai seorang Brand Ambassador.
Yang bikin penasaran, sebenarnya apa sih rahasia seorang Nagita Slavina sampai pada akhirnya dicari-cari oleh business owner, baik itu family business, national brand, bahkan UMKM untuk jadi brand ambassador?
Apakah ketenaran cukup kuat menjadi alasannya?
Atau terdapat branding strategy yang perlu teman-teman pelajari di dalamnya?
Yuk kita kupas bersama-sama dengan FULLSTOP Branding Agency Indonesia!
Jenis Personal Branding
Melansir dari Iksan Bangsawan yang juga merupakan hasil research New York Times (2011), terdapat 6 jenis Personal Branding yang bisa teman-teman UMKM dan family business owner pakai.
- Altruist
Tipe ini merupakan pembentukan citra diri untuk membentuk brand ‘image’ kedermawanan. Melalui citra diri ini selain dapat ‘menginspirasi’ banyak orang, juga dapat keterlibatan emosi audience. Contohnya seperti Personal Branding yang dibangun oleh Bill Gates dan Angelina Jolie.
- Careerist
Tipe ini lebih sering menonjolkan kehidupan dalam dunia kerjanya. Biasanya tipe ini cocok untuk teman-teman sebagai business owner yang ingin menguatkan personal branding melalui aktivitasnya. Contohnya seperti Personal Branding yang dibangun Elon Musk pada akun social medianya.
- Hipster
Tipe ini merupakan gabungan dari Altruist dan Careerist. Seseorang yang membangun personal branding dengan gaya ini, akan menonjolkan dirinya sebagai seorang dermawan dan membagi kehidupan bisnis atau pekerjaannya pada audience. Menurut FULLSTOP, contoh yang cocok untuk tipe ini ada pada Atta Halilintar di setiap kontennya.
- Boomerang
Tipe ini sedikit kontroversial, karena terkadang muncul dengan membangun konflik dan memicu adu argumen dari audience. Boleh setuju atau tidak, contoh yang sering terlihat di media-media pada tipe Personal Branding ini adalah Nikita Mirzani dan Lucinta Luna.
- Connector
Tipe ini biasanya mudah sekali menjadi komunikator antara satu pihak ke pihak lainnya – khususnya kepada komunitas followers. Seseorang yang membangun Personal Brandingnya pada tipe ini, biasanya akan sering mengedukasi audience tentang product knowledge sebuah product secara kreatif. Contoh public figure yang cukup melekat menggunakan tipe Personal Branding ini adalah, Ria Ricis.
- Selective
Tipe ini ada pada konsistensi core idea konten seorang public figure atau influencer. Personal Branding yang akan terbangun berhubungan dengan topik konten apa yang sering dihighlight? Contohnya seperti Hansboling dengan topik utama tentang kalorinya atau Aldio Ogut yang juga terkenal karena sering berbagi tutorial menjadi Content Creator.
So, mana sih yang termasuk tipe personal branding Nagita Slavina?
Begini penjelasannya teman-teman!
Personal Branding Ala Nagita Slavina
Menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya, personal branding yang berhasil di era social media activation seperti ini nggak bisa semata-mata langsung disimpulkan melalui keenam jenis Personal Branding yang sudah disebutkan tadi. Apalagi dilatarbelakangi dengan adanya profesi public figure yang dapat dikatakan awareness seorang Nagita Slavina tentunya sudah cukup meluas di seluruh Indonesia.
Dilihat dari style penggunaan social media, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina memiliki branding strategy cukup berbeda. Ketika pasangan artis lainnya memiliki masing-masing 1 akun profile saja, mereka memilih untuk menjadikan akunnya 1 dan menamai dengan nama mereka berdua raffinagita1717. Dari strategi ini saja, keduanya tentu lebih mudah menjangkau audience dari personal branding keduanya. Ibaratnya 1 akun yang biasanya menggambarkan 1 personal branding, namun akun ini dapat bercerita bagaimana personal branding keduanya di social media.
Secara interest akan dapat 2 sosok sekaligus, pun secara jangkauan. Tidak heran kan, akun mereka punya followers 74.2 M sampai hari ini!
Kita bergeser ke jenis konten atau personal branding apa yang dipakai oleh keduanya. Jika dilihat dari jenisnya, Nagita Slavina lebih sering menggunakan tipe personal branding careerist. Sebagai istri dari Raffi Ahmad dengan lini bisnis yang juga banyak, Nagita Slavina dengan sangat soft-selling membangun story-selling di setiap kontennya. Baik sadar maupun tidak, coba teman-teman perhatikan. Dengan sering membagi cerita kesehariannya, Nagita Slavina justru mendapat banyak atensi. Mengapa? Karena keseharian ini tentunya disuguhkan tanpa dibuat-buat, senatural mungkin dan menjadi cerita yang cukup menarik untuk ditonton siapapun. Secara tidak langsung juga, apapun aktivitas Nagita Slavina tentu di-kepo-in oleh fans maupun followersnya.
Dengan personal branding Nagita Slavina yang cenderung sering menggunakan tipe Careerist di setiap kontennya, Nagita Slavina sukses meningkatkan sales tanpa perlu hardsell ala penjual-penjual di pasar. Coba lihat deh konten-konten yang mana Nagita Slavina adalah seorang Brand Ambassador. Nagita Slavina jarang sekali memberikan offering pada sebuah brand secara hard-selling meskipun ia sedang berada di event-event marketing brand yang mempercayainya sebagai BA.
Setiap aktivitasnya, Nagita Slavina selalu tampil natural, “tanpa ada yang dibuat-buat”. Nah menurut analisis FULLSTOP Branding Agency Indonesia, hal inilah yang menjadi alasan utama banyak sekali brand-brand Indonesia yang ingin menggaetnya sebagai BA. Tidak perlu membuat persona “berlebihan”, tetap menjadi diri sendiri dan mendeliver brand image dengan tepat, menjadi kunci Nagita Slavina laris dilirik untuk menjadi BA. Apalagi, sales bisa meningkat pesat secara otomatis karena fans Mama Gigi di seluruh Indonesia otomatis langsung melirik brand dan juga memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap produk-produk kesukaan keluarga Andara ini.
KOL vs. Brand Ambassador: Manakah yang Cocok untuk Bisnis Saya?
Tentunya 6 tipe Personal Branding tadi tidak bisa jadi acuan pakem ya, teman-teman. Algoritma platform yang teman-teman gunakan dan bagaimana interaksi yang terbangun dari audience juga menentukan kesuksesan sebuah personal branding – baik secara digital (alias social media influencer / KOL) maupun offline (yap, orang biasa pun bisa memiliki personal branding yang kuat!). Dan sebagai business owner, tentunya personal branding dari orang-orang yang akan dipakai sebagai “marketing strategy” ini perlu dipertimbangkan baik-baik. Sama seperti bagaimana FULLSTOP Branding Indonesia melakukan research ketika melakukan social media activation berupa KOL marketing. Entah social media activation ini ditujukan untuk resto seperti Wizzmie, Sego Akherad, Bowie, atau pun untuk brand FMCG seperti FUKUMI dan Jay’s Kitchen… semua KOL marketing telah melalui proses research dan kurasi agar social media activation juga sesuai dengan brand identity dari masing-masing brand (dan sesuai harapan / goal business owner tentunya).
Nah, mungkin sekarang teman-teman family business owner dan UMKM bertanya,
“Apa sih bedanya KOL dan Brand Ambassador?”
“Manakah yang lebih cocok untuk bisnis saya?”
Well… positioning antara Brand Ambassador dan KOL berbeda ya, teman-teman.
Brand Ambassador bisa sampai ikut menjaga reputasi brand, dialah wajah dari brand tersebut, dan biasanya dikontrak dengan jangka waktu yang lama. Contohnya seperti Mama Gigi alias Nagita Slavina yang merupakan Brand Ambassador dari Mom Uung. Dan sebagai Brand Ambassador, kewajiban Nagita Slavina tidak hanya endorsement atau social media activation saja, tapi juga mengikuti aktivasi marketing strategy Mom Uung lainnya, seperti Roadshow, printed collateral, dan lain sebagainya.
Lain halnya dengan KOL atau influencer. Meski wajah mereka sama-sama dapat terpampang di akun social media brand business, tapi perjanjian dengan KOL atau influencer hanyalah sebatas social media activation saja. Memang, ada terms and condition tertentu – misal kontrak 3 bulan, atau kontrak beberapa konten, dan tentunya konten pun direview terlebih dahulu oleh tim atau KOL manager, seperti yang FULLSTOP Branding Indonesia lakukan. And that’s it!
Ibarat kalau dulu sebelum ada social media, family business owner atau pegiat UMKM bagi-bagi produk ke ibu RT, atau guru senam, atau siapa pun deh yang memiliki komunitas atau jumlah pengikut banyak saat acara-acara offline. Intinya tugas influencer adalah memperkenalkan dan membujuk komunitasnya untuk mencoba dan menggunakan produk yang di-endorse. Hanya saja, sekarang, akibat social media yang makin merajalela, social media activation via KOL marketing pun menjadi sebuah “hal baru” bahkan membuka profesi untuk orang-orang bekerja full time murni sebagai influencer saja.
Dan kalau ditanya, manakah yang lebih cocok untuk bisnis anda?
Ya… itu semua tergantung kesiapan bisnis anda dan budget marketing yang siap dikeluarkan. Karena tentunya, menggaet seseorang menjadi Brand Ambassador membutuhkan biaya yang tidak murah – apalagi kalau Brand Ambassador-nya sekelas selebriti nasional. Tapi tidak menutup kemungkinan, anda sebagai business owner justru menjadi “wajah” dari brand itu sendiri ya. Dan tidak menutup kemungkinan, “wajah” dari brand bisnis anda berubah selang beberapa tahun kemudian.
Ada atau tidaknya Brand Ambassador atau social media activation via influencer marketing, bisnis anda perlu untuk MENJEMPUT BOLA dengan merambah ke komunitas – entah itu secara digital maupun offline. Dengan adanya “hook” marketing berikut, dijamin deh, akan terbentuk sendiri market demand dan loyal audience pada bisnis anda.
Mumpung 2024 masih beberapa hari lagi, yuk siapkan matang-matang marketing plan untuk tahun depan!