Menanti Pemilu 2024: Seberapa Penting Personal Branding Calon Presiden Indonesia?
Tahun 2023 akan berakhir, dan tahun depan kita memasuki Tahun Politik yang sepertinya menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia akan seru banget! Melihat kandidat Capres-Cawapres yang sudah mendaftarkan diri, beragam latar belakang pendidikan dan track record masing-masing pasangan memang telah berhasil membentuk persepsi sendiri di benak pendukung masing-masing pasangan.
Hal inilah juga yang menarik bagi FULLSTOP Creative Agency Surabaya untuk membahas personal branding sebagai salah satu branding strategy dalam Pemilu Presiden yang selalu diadakan setiap 5 tahun sekali ini di Indonesia.
Yap, Personal Branding merupakan salah satu branding strategy yang nggak hanya berfungsi membangun personal brand teman-teman family business owner saja. Tapi, branding strategy ini juga cukup penting diaplikasikan oleh para Capres-Cawapres yang akan bertanding mengkampanyekan program-programnya di ajang Pemilu 2024 besok.
Seberapa penting sih?
Mengapa FULLSTOP Branding Agency Indonesia menghighlight Personal Branding dalam brand analysis kali ini?
Personal Branding Menentukan Positioning
Sering baca nggak sih di beberapa artikel FULLSTOP Creative Agency Surabaya sebelumnya cukup sering mention brand positioning?
Positioning sendiri merupakan persepsi yang dibuat oleh target market/audience terhadap personal branding atau brand identity seseorang. So, poin Personal Branding kali ini sebenarnya punya definisi yang sama saat Tim KOL Management FULLSTOP Branding Agency Indonesia research untuk keperluan beberapa client yang membutuhkannya.
Personal Branding dari setiap Key Opinion Leader juga perlu dihubungkan dengan niche brand client FULLSTOP Creative Agency Surabaya. Berangkat dari sini, jika ditarik pada case Capres-Cawapres, maka Personal Branding tentunya juga perlu membangun komunikasi yang baik agar relate dengan pain point yang sejauh ini dirasakan masyarakat.
Melansir dari Website Resmi DPR, kualitas komunikasi seseorang menentukan kualitas Personal Brandingnya. Komunikasi di sini ter-mention karena apapun pesan yang disampaikan dan apapun retorikanya (gaya komunikasi), kesemuanya akan menjadi penting agar Personal Branding seseorang tersebut dapat diterima. Hal inilah juga yang menentukan bagaimana Positioning seseorang dari Personal Branding dan kampanye yang dibangunnya. Melansir dari Kompas, Personal Branding ini FULLSTOP ambil contoh seperti yang dilakukan Presiden Joko Widodo saat Pemilu tahun 2014 lalu. Saat itu Presiden Joko Widodo yang mengkampanyekan “Revolusi Mental” pada saat itu.
Dari pemilihan frasa “Revolusi Mental” saja sudah cukup berpengaruh terhadap Positioning Presiden Joko Widodo saat itu. Saat diwawancarai media, Presiden Joko Widodo menyampaikan maksud frasa tersebut dan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut prihatin dengan adanya mindset dan habit yang berpengaruh terhadap mental korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dari kampanye tersebut, FULLSTOP Branding Agency Indonesia dapat menyimpulkan bahwa jika retorika Presiden Joko Widodo yang cukup dekat dengan masyarakat tidak terbangun, sepertinya Personal Branding presiden kita satu ini juga belum tentu berhasil membawanya hingga 2 periode kepemimpinan hingga saat ini.
Hal inilah yang jika FULLSTOP Creative Agency Surabaya tarik dalam ranah branding strategy, maka Personal Branding memiliki mutual interpretation yang cukup kuat terhadap profile seseorang. Contohnya, Saat Tim KOL Management FULLSTOP telah membuat konsep campaign Opening Wizzmie, maka campaign ini juga harus ada pada seorang KOL dengan Personal Branding yang tepat. Nggak hanya asal pilih, tapi bagaimana gaya komunikasi KOL terhadap audiencenya pun dapat membawakan message campaign Wizzmie berhasil menjangkau lebih banyak pengunjung.
Selain Opening Wizzmie, apalagi sih yang bisa dianalogikan pentingnya Personal Branding pada brand development menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia?
Campaign dalam Branding Strategy = Kampanye Capres dalam Personal Branding
Karena yang akan terbangun adalah Positioning, dari sini FULLSTOP Creative Agency Surabaya bisa spill sedikit bahwa beberapa komponen dalam brand development ternyata cukup relate dengan Personal Branding yang dibangun oleh seseorang.
Hubungan yang berkaitan ini FULLSTOP Branding Agency Indonesia kaitkan pada kata benda yang selalu muncul pada branding strategy yaitu: Kampanye / Campaign.
Kalau teman-teman UMKM atau family business owner perlu menyusun konsep campaign di setiap brand development ataupun marketing strategy, maka sama halnya dengan Capres-Cawapres yang perlu juga menyusun kampanyenya sebelum mempromosikan diri agar programnya dipahami berbagai lapisan masyarakat.
Definisi “Kampanye” di kedua sisi ini tentu berbeda, namun memiliki goals yang sama: menanamkan sebuah persepsi dalam benak target market (Positioning). Contoh campaign yang FULLSTOP Creative Agency Surabaya build untuk Fukumi. Campaign ini bertajuk #TerasaKenyangLebihLama. Tentunya campaign ini bukan sembarang campaign. Perlu research di sisi pain point audience Fukumi dan tentunya harus relate dengan USP Fukumi sendiri. Sama halnya saat kita membahas kampanye Presiden Joko Widodo bertajuk “Revolusi Mental” tadi. Kasus korupsi dan topik mental health yang mulai hype untuk jadi bahasan sejak tahun 2012 ini, sepertinya cukup relate untuk permasalahan yang dialami masyarakat Indonesia sendiri saat itu. Nggak heran jika hasilnya saat itu Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memenangkan perhelatan Pemilu Presiden di tahun 2014.
Soft Selling dalam Marketing Strategy = Counter Narrative dalam Personal Branding
Selain campaign, marketing strategy berupa soft selling menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya juga cukup berhubungan dengan Counter Narrative yang biasa dibuat para kandidat Pemilu untuk menggaungkan kampanyenya.
Melansir dari Website Resmi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Counter Narrative merupakan narasi kumpulan argumen yang dikemas layaknya cerita dengan penokohan sehingga berpengaruh terhadap persepsi pembacanya. Counter Narrative atau yang biasanya disebut juga narasi tandingan ini merupakan branding strategy yang dibutuhkan seseorang untuk menguatkan argumennya terhadap argumen tandingan lawan.
Hal ini sama halnya dengan marketing strategy soft-selling yang terkadang dikemas dalam bentuk konten Trivia, atau konten Informatif yang sebenarnya menguatkan USP brand itu sendiri. Tentu teman-teman UMKM dan family business owner pernah membuat konten sejenis kan? Maka jika ditarik dalam ranah Capres-Cawapres, biasanya soft-selling ini dikemas dalam bentuk Counter Narrative.
Dari analogi ini, FULLSTOP Branding Agency Indonesia ingin menyampaikan bahwa teman-teman dapat menyusun sebuah marketing strategy atau branding strategy dengan perspektif yang cukup luas. Baik sebagai business owner maupun sebagai personal, kedua subjektivitas ini punya strategi yang dapat membantu perkembangan bisnis teman-teman. Apalagi medianya saat ini juga cukup memudahkan.
Gimana nih teman-teman?
Sudahkah teman-teman juga membangun Personal Branding sebagai business owner dari bisnis yang sedang dibangun?