HOT NEWS! Pasar Tanah Abang Sepi, Pemerintah Beraksi Menutup TikTok Shop (Part 2)
Melanjutkan artikel sebelumnya, sepertinya pembahasan ini sampai hari ini pun masih seru ya, teman-teman. Karena objek study case kali ini cukup sering jadi pembahasan FULLSTOP Branding Agency Indonesia dan keduanya sedang dipertanyakan apakah memang saling menguntungkan atau justru merugikan satu sama lain?
Daripada pusing mikirin sendirian, mending riset bareng FULLSTOP Creative Agency Surabaya aja yuk biar sama-sama paham!
Kurang Meratanya Edukasi Digital Marketing
Di era digital 4.0 seperti sekarang ini, memang penting untuk teman-teman UMKM dan family business owner mempelajari betul bagaimana digital marketing dan social media activation dapat mendukung branding strategy.
Terlihat dari adanya keluhan pedagang Tanah Abang yang juga mencoba jualan online tapi SEPI, maka hal inilah yang menjadi poin FULLSTOP Branding Agency Indonesia untuk membuat hipotesa satu ini. Karena jualan online nggak hanya SEKEDAR live streaming dan cas ces cos di depan HP lho, teman-teman.
Seperti yang tim KOL Management FULLSTOP lakukan saat support opening Wizzmie. Butuh riset mengenai personal branding KOL maupun niche bisnis Wizzmie sendiri. Nggak gampang lho, Wizzmie bisa buka 14 cabang sampai hari ini! Terlihat gampang jika teman-teman melakukannya dengan riset dan analisa yang tepat.
Kunci riset yang tepat dalam berbisnis salah satunya adalah, up-to-date dengan trend yang ada. Hal inilah yang dilakukan FULLSTOP Creative Agency Surabaya saat opening Wizzmie Pasuruan kemarin. Highlight campaign dengan jokes yang sedang viral ala anak UGM, ‘Berchandya…Berchandyaaa..” ini sepertinya juga cukup efektif untuk menarik perhatian dan meningkatkan awareness brand teman-teman.
Memperhatikan hal yang sedang hype memang bisa saja ‘miss’ atau terlewatkan saat kita menyusun branding strategy dan marketing strategy. Namun jika teman-teman UMKM dan family business owner teredukasi lebih dini tentang salah satu kuncian digital marketing ini, sepertinya satu step ini akan diingat dan diaplikasikan dengan baik selama mengembangkan bisnis.
Apakah TikTok Shop Benar-Benar Ditutup?
Seperti yang FULLSTOP sampaikan di artikel sebelumnya, pemerintah hanya merevisi Permendag 50 Tahun 2020 menjadi Permendag 31 Tahun 2023 yang memperjelas adanya peran ganda pada media sosial menjadi social commerce. Adanya hal inilah yang menurut pemerintah perlu ditegaskan juga bahwa social media hanya boleh berjalan sesuai fungsinya (bersosialisasi di dunia maya), tidak boleh menyertakan adanya aktivitas transaksi di dalamnya.
Melansir dari Info Bank News, adanya revisi peraturan ini membuat Pemerintah memberikan batas waktu untuk para pebisnis memindahkan online storenya dari TikTok Shop ke e-commerce. Dalam waktu sepekan, pemerintah memberi kesempatan agar seluruh pebisnis yang semula berjualan atau memiliki akun TikTok Shop memindahkan official storenya ke e-commerce saja.
“Kita kasih waktu seminggu dari sekarang. Mereka bisa bermigrasi ke platform lain seperti Tokopedia, Lazada dan Shopee.” ujar Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan pada Rabu, 27 September 2023 lalu.
Dengan ketegasan ini pula, menandakan bahwa pemerintah ingin TikTok Shop segera menutup platformnya. Alasan Menteri Perdagangan sederhana, melansir dari Kompas hal ini disampaikannya agar tercipta ekosistem yang baik di bidang ini. Terlepas dari apakah TikTok Shop merupakan platform berdalih business strategy atau bukan, terlepas juga apakah ada indikasi TikTok sedang memonopoli bisnis social commerce agar menguasai pasar? Menurut pandangan FULLSTOP Branding Agency Indonesia, business strategy akan tetap wajar dilakukan asalkan nggak merugikan pihak lain.
Bagaimana pendapat dan sudut pandang FULLSTOP selaku branding agency dan salah satu TikTok Shop Partner mengenai hal ini? Well… risiko TikTok Shop ditutup memang ada, karena nama perusahaan TikTok terdaftar sebagai PSE saja bukan PMSE – dan ini sudah masuk ke ranah perpajakan dan regulasi yang terlalu panjang untuk dibahas di 1 artikel.
SECUIL INSIGHT nih teman-teman khususnya pemilik akun TikTok Shop yang khawatir sales-nya turun drastis kalau platform social commerce ini sampai ditutup. FULLSTOP Branding Indonesia sebagai salah satu TikTok Shop Partner juga secara rutin berkomunikasi dengan pihak TikTok dan sejauh ini, pihak TikTok sedang mengusahakan yang terbaik dan dalam tahap diskusi dengan pemerintah untuk mendapatkan jalan keluar yang tepat dan saling menguntungkan. Bisnis teman-teman masih bisa jalan seperti biasa, tapi tentu saja penting untuk berjaga-jaga dan menyiapkan toko di e-commerce lain. Karena pada dasarnya, kembali lagi, MARKETING ACTIVATION itu bukan sekedar jual omongan di livestream atau TikTok saja. Ada banyak banget social media activation yang bisa dilakukan di luar sana dan bisa meraup sales besar dari e-commerce maupun toko offline pada umumnya. Ingat bagaimana online shop berkembang di zaman ketika belum ada TikTok? So, jangan takut kalau sampai memang betul penutupan TikTok Shop ini terjadi!
Mari kita lihat saja bagaimana perkembangan diskusi pihak TikTok dengan pemerintah beberapa hari ke depan.
Kembali lagi, perubahan peraturan pemerintah ini dibuat bukan untuk menutup TikTok Shop, tapi meregulasi bagaimana social media DAN e-commerce, alias social commerce, beroperasi di Indonesia. If TikTok plays their card right, misal dengan memisahkan perusahaan social media dengan e-commerce, atau mungkin membayar biaya pajak lebih, tidak menutup kemungkinan TikTok Shop bisa beroperasi dengan normal.
Kita coba tarik ke kasus yang dialami Gojek tahun 2016, yuk! Serupa tapi tak sama, saat itu Gojek juga terancam ditutup karena dianggap mematikan nafkah para supir angkutan umum. Nyatanya? Sampai sekarang Gojek masih bertahan dan berhasil mengembangkan bisnisnya. Melansir dari Berita Satu, mikrolet dan bajaj di Jakarta sampai hari ini juga masih beroperasi melayani masyarakat.
Fokus Ke Beberapa Hal Berikut, Yuk!
Terlepas nantinya apakah TikTok Shop benar-benar ditutup atau nggak, menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia, lebih baik teman-teman fokus untuk build branding bisnis masing-masing. Entah via social media activation, atau dengan offline marketing strategy, atau memperkuat brand image business – intinya ada banyak banget to do list branding dan marketing yang perlu dilakukan secara terus-menerus! Bukan hanya direct sales jualan di TikTok saja.
Belajar dari pengalaman FULLSTOP Creative Agency Surabaya sejak tahun 2012, brand activation dan social media activation nggak terbatas karena adanya sebuah platform kok. Apalagi di era itu, FULLSTOP Branding Indonesia handle banyak client dengan perkembangan social media yang masih terbatas. Belum ada TikTok Shop, Shopee Live, bahkan Instagram pun belum ramai digunakan di Indonesia. Marketing strategy yang dilakukan mayoritas adalah gerilya marketing offline, tapi tetap WORKS bisa bangun branding bisnis yang optimal. Dan beberapa tahun kemudian, muncullah social media seperti Instagram. Tapi pada saat itu pun, social media activation hanya berperan benar-benar otentik untuk berinteraksi dengan target audience saja.
Poin yang ingin FULLSTOP Branding Indonesia sampaikan di sini adalah…
TikTok Shop merupakan salah satu marketing tools dan branding tools saja teman-teman. Kalau pun ditutup, kalau pun tiba-tiba nih TIkTok menghilang dari peradaban, it’s not the end of the world! Di luar ranah branding, ada banyak banget marketing strategy dan social media activation yang bisa dilakukan. Tidak harus digital activation, offline marketing yang konvensional seperti partisipasi di pameran atau toko offline juga masih efektif kok.
Salah satu contohnya adalah social media activation yang baru-baru ini diluncurkan oleh FULLSTOP Branding Indonesia untuk brand FUKUMI dan PRO EM-1.
Bukan sekedar jualan produk di livestream saja, tapi FULLSTOP Branding Indonesia mengatur strategi social media activation agar FUKUMI, PRO EM-1, dan komunitas diet bisa membentuk support system agar trust terhadap brand meningkat. Hal ini dilakukan dengan menggandeng public figure health influencer Hansboling, atau yang biasa dikenal sebagai Koko Kalori. Sudah lebih dari 1 bulan ini, Coach Hans mendampingi peserta program diet Inner Circle Premium. Belum sampai 90 hari, banyak pejuang diet yang sudah merasakan bagaimana nasi porang rendah kalori FUKUMI dan probiotik PRO EM-1 membantu perjalanan diet mereka.
Strategi social media activation satu ini memang diolah oleh FULLSTOP Branding Indonesia senada dengan marketing plan yang telah dirancang untuk Semester 2 tahun ini. Secara sangat soft-selling, tim branding & marketing FULLSTOP yang menghandle FUKUMI & PRO EM-1 sukses mengajak target marketnya untuk melihat bagaimana kedua brand bekerja dengan real saat digunakan dalam program ini.
Pelajaran yang bisa dipetik dari case study ini?
Yap, TikTok Shop bukanlah satu-satunya cara agar sebuah bisnis sukses ya teman-teman. Masih banyak jalan menuju Roma (istilahnya), untuk mencapai goals business teman-teman. Intinya, jangan pernah abaikan ‘interaction then conversion’ yang selalu FULLSTOP Branding Indonesia mention saat brand analysis di artikel sebelumnya. Interaksi nggak harus mengadakan live streaming di TikTok Shop kok, tapi interaksi ini juga bisa teman-teman aplikasikan dan dikemas menjadi sebuah branding strategy atau marketing strategy (baik secara digital maupun konvensional) seperti yang FULLSTOP Branding Agency praktikkan untuk FUKUMI dan PRO EM-1.
So, worry not!
FULLSTOP yakin teman-teman family business owner dan pegiat UMKM pasti cerdas dan bisa menemukan strategi branding, marketing, dan sales lain bagaimanapun situasinya.