Texas Chicken yang Menutup Seluruh Gerainya Ini Sebenarnya Milik Siapa Sih?
Pernah denger brand franchise F&B satu ini? Atau di antara teman-teman pernah mencoba salah satu menunya dan dine-in di salah satu outletnya?
Yap, Texas Chicken merupakan salah satu restoran franchise milik George W. Church Sr. yang didirikan pada 17 April 1952 di San Antonio, Georgia, Amerika Serikat. Di sana, Texas Chicken dinamakan Church Chicken.
Melansir dari Bisnis Indonesia, seiring berjalannya waktu, Texas Chicken mengembangkan bisnisnya pada tahun 1960 dengan membuka 100 cabang di 7 negara bagian. Di tahun yang sama saat itu, George W. (Bill) Church Jr. mengambil alih kepemilikan dari sang ayah (George W. Church Sr.) karena sang ayah telah meninggal dunia.
Di tahun 1970, Church bergabung dengan bursa efek New York, The Wall Street Journal dengan klaim perusahaan dengan pengelolaan pertumbuhan terbaik di dunia. Memasuki masa mature dalam bisnisnya, pada tahun 1980 Texas Chicken berhasil mencetak rekor penjualan Sandwich Ayam mencapai 1.400 pesanan dalam sehari.
Dalam masa maturenya ini, mulailah Texas Chicken masuk ke Indonesia pada tahun 1984 di bawah PT. Cipta Selera Murni atas pemegang hak waralabanya saat itu. Texas Chicken di Indonesia tersebar di beberapa kota seperti Surabaya, Medan, Pekanbaru, Pontianak, Banjarmasin dan Bandung.
Memiliki produk utama berupa ayam goreng seperti KFC dan McDonalds, apa sih yang sebenarnya membuat Texas Chicken nggak bisa survive di tengah kompetisi bisnis ini? Di tengah isu dan wacana yang ada, bagaimana pandangan dan analisa FULLSTOP Branding Agency
pada Texas Chicken yang sayangnya mengalami kerugian ini? Yuk simak penjelasannya berikut!
Kurang BOLD dengan Collaborative Marketing
Seperti yang pernah FULLSTOP Creative Agency bahas di sini, McDonalds saja beberapa kali berani melakukan Collaborative Marketing dengan K-Pop yang sedang naik daun. Apa kabar dengan Texas Chicken?
Sepengetahuan FULLSTOP Branding Agency, Texas Chicken di Indonesia belum pernah ada menu yang menarik perhatian karena BERBEDA dari franchise-franchise lainnya. Dengan pengembangan bisnis yang monoton seperti ini, maka nggak salah juga jika Texas Chicken akhirnya harus merelakan gera-gerainya ditutup begitu saja.
Source: Pergi Kuliner
Seperti yang pernah FULLSTOP Branding Indonesia mention juga saat membahas Wizzmie. Keberanian diperlukan untuk menentukan marketing strategy atau branding strategy yang teman-teman sedang bangun di bisnis masing-masing. Beda cerita saat FULLSTOP Creative Agency Surabaya membantu Wizzmie untuk membuka cabang lebih banyak. Saat itu, kami juga memikirkan dengan detail apa saja core idea branding strategy di setiap opening outletnya. Oleh karena itu, opening Wizzmie selalu ramai di tengah gempuran persaingan franchise mie viral lainnya.
Inilah mengapa keberanian untuk ‘explore and develop’ perlu konsisten dilakukan dalam menyusun marketing strategy atau branding strategy bisnis teman-teman UMKM dan family business owner. Perjalanan bisnis memang penuh liku teman-teman, sama seperti yang FULLSTOP alami selama 11 tahun terakhir ini. Ada masanya bisnis kita jatuh dari titik stabil (mature), ada kalanya juga bisnis kita benar-benar punya performa yang OKE BANGET.
Nah, untuk mensiasati ketidakstabilan inilah kita perlu punya marketing strategy dan branding strategy yang kuat. Menurut FULLSTOP Branding Agency, Texas Chicken sepertinya belum punya pondasi yang kuat untuk melakukan keberanian mengembangkan dirinya sendiri. Selain dari segi collaborative marketing, Texas Chicken sendiri juga nggak punya keberanian untuk menawarkan varian ayam seperti Korean Fried Chicken (mengikuti trend yang sedang benar-benar hype).
Padahal, Korean Fried Chicken seperti ini sedang memiliki atensi besar dari mereka para fans Korean Wave di Indonesia. Dari tren ini seharusnya Texas Chicken juga belajar untuk melakukan awareness yang lebih besar agar mendapatkan jangkauan baru yang meluaskan brand identitynya sendiri.
Texas Chicken Sudah KONSISTEN Tapi Belum Tangible
Menjalani petualangan bisnisnya sendiri sejak tahun 1982 di Indonesia, Texas Chicken termasuk brand legendary yang seharusnya bisa kuat di tengah kehadiran franchise fried chicken lainnya.
Dari segi logo, brand identity memang sudah KONSISTEN. Namun apa yang membuat Texas Chicken nggak termasuk dalam brand legend dengan tangible yang kuat? Menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia, langkah yang diambil Texas Chicken masih sangat standard dan cenderung seperti kurang kuat dalam hal strategi bisnisnya. Alias tidak ada UNIQUE SELLING POINT!
Kira-kira kalau dianalogikan seperti itu. Nggak hanya konsisten ya, teman-teman untuk melegenda seperti brand-brand besar. Seperti Minyak Kayu Putih Cap Lang yang pernah FULLSTOP bahas. Secara sangat soft-selling, Cap Lang berani membuat diferensiasi produk tanpa menanggalkan core businessnya. Menciptakan minyak telon, minyak urut sampai balsem, Cap Lang tetap konsisten dengan core value productnya namun berkembang dalam beragam jenis obat-obatan travel-friendly yang juga dapat diguanakan secara long-term.
Begitu juga kalau kita melihat keberanian McDonalds. Brand legend satu ini berkembang darimana sih? McDonalds selalu berani melakukan collaborative marketing beberapa tahun terakhir ini. Dan McDonalds cukup cermat untuk menjaring jangkauan pasar Korean Wave yang cukup luas (nggak hanya punya massa di Indonesia). Keberaniannya untuk berinovasi dari segi collaborative product membuat seseorang tentunya penasaran dengan rasa dan perbedaan apa yang ditawarkan McDonalds. Dengan melakukan hal seperti ini, McDonalds tetap punya kharisma di setiap marketing strategy yang disusunnya.
Apakah Perlu Jangka Waktu untuk Memutuskan Sebuah Marketing Strategy?
Menyusun sebuah marketing strategy atau pun branding strategy sebenarnya bukan masalah pada jangka waktu ya teman-teman.
Tapi pada RESEARCH & DEVELOPMENT yang perlu controlling secara berkala. Ada masanya target market bisnis teman-teman bisa saja memiliki kecenderungan perilaku yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Interest dan pain point audience tentunya juga perlu diupdate sebelum memutuskan sebuah marketing strategy.
Apa yang dilakukan Texas Chicken bukanlah langkah yang salah ya teman-teman. Namun perjalanan bisnis ada kalanya harus memutuskan keputusan pelik seperti ini. Karena saat teman-teman mengembangkan bisnis, tentunya bisnis ini berjalan dengan banyak aspek di dalamnya. Dari segi finansial, modal, karyawan, akomodasi, operasional semuanya juga berpengaruh terhadap branding strategy dan marketing strategy.
Yuk, sama-sama belajar dari perjalanan Texas Chicken yang harus merelakan banyak gerainya ini. Jangan lupa untuk buat list analisa risiko bisnis teman-teman di setiap menyusun marketing strategy dan branding strategy yaa.