Lagi-lagi Bikin Heboh, Elon Musk Rebranding Twitter
Selain mengubah beberapa fitur dan membatasi juga beberapa aktivitas user-nya, lagi-lagi Elon Musk bikin heboh warga Twitter dengan mengumumkan perubahan logo dan brand identity-nya 25 Juli 2023 lalu. Terkesan seperti viral marketing nggak sih, teman-teman? Apalagi beliau mengumumkannya saat Meta mengumumkan juga persaingan sengitnya dengan kehadiran Threads.
Wahhh, apakah ini pertanda Musk masih dalam emosi yang menggebu-gebu dan melakukan langkah yang gegabah?
Atau justru inilah kunci untuk bersaing dengan Meta?
Apakah hasil riset branding strategy dan marketing strategy menunjukkan perlunya rebranding untuk Twitter?
Ya… sebenarnya, tidak ada yang tahu jawaban pastinya, kecuali orang dalam.
Kalau menurut teman-teman UMKM dan family business owner bagaimana?
Kali ini, seperti biasa FULLSTOP Creative Agency Indonesia akan mengajak teman-teman untuk melakukan brand analysis dan menemukan ‘the reasons why’ Elon Musk melakukan rebranding pada Twitter? Dan apakah sah-sah saja sebuah brand legend melakukan hal ini?
Oke deh, sebelum membahas terlalu dalam, supaya nggak semakin bingung, menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya, ada baiknya jika kita mengenal terlebih dahulu, apa sih Rebranding itu?
Apa Sih Rebranding Itu?
Rebranding memiliki makna yang sama dengan akronim ini sendiri. Yap, membranding ulang menjadi makna yang cukup untuk menggambarkan arti rebranding. Rebranding biasanya dilakukan sebuah perusahaan dengan beberapa alasan tertentu, yang tentunya juga memiliki tendensi adanya marketing strategy di dalamnya.
“Emang biasanya rebranding dilakukan untuk apa sih?”
Alasan Perusahaan Melakukan Rebranding
Nggak semua UMKM, family business owner ataupun brand-brand besar melakukan rebranding. Bukan karena rebranding itu buruk, tapi karena ya… kalau tidak perlu dan bukan waktunya untuk peremajaan brand identity, buat apa gitu lho dilakukan rebranding. Ya kan teman-teman?
Nah, tapi apabila waktunya tepat dan memang situasi membutuhkan, berikut ini beberapa alasan umum di balik rebranding seperti yang dilakukan oleh Twitter saat ini.
Pertama, Adanya Perubahan pada Brand Identity
Seperti yang diumumkan Elon Musk, kemungkinan Twitter mengubah brand identity-nya juga karena ada beberapa perubahan lain seperti visi misi, “produk” yang diberikan, dan brand recognitionnya sendiri yang diubah oleh tim brand development dan head of marketing agar lebih sesuai dengan fungsi brand itu sendiri. Apalagi logo burung biru yang telah populer beserta nama ‘Twitter’ sendiri juga sepertinya nggak akan bisa relevan dengan brand identity tampilan baru ke depannya. Tentunya Elon Musk mengubah keseluruhan ini agar lebih relate dengan goals utama brand Twitter yang baru nanti.
Kedua, Perubahan Zaman
Pada umumnya, brand baik yang besar maupun kecil melakukan rebranding karena mengikuti perkembangan zaman. Logo atau brand guideline yang sebelumnya efektif di masa tahun 1920, belum tentu akan efektif ketika diaplikasikan di abad ke-21. Pasti dong, target audience-nya aja udah berubah. Oleh karena itu, bahkan brand besar sekelas Coca-cola dan McDonald’s pun melalui proses rebranding dari awal berdiri hingga sekarang. Begitu pula dengan Samsung, yang berhasil me-rebranding brand family business raksasa miliknya dari yang awalnya adalah semacam toko kelontong, kini dengan logo yang modern dan trustworthy, menjadi brand terdepan soal elektronik khususnya handphone. Ya memang sih, perubahannya tidak terlalu ekstrim seperti Twitter yang sampai merubah nama brand. Tapi tetap saja, rebranding is still rebranding. Tidak ada yang tahu kecuali tim market research dari Twitter / X, mengapa nama brand X ini terpilih. Dan tebakan FULLSTOP sebagai branding agency Indonesia, salah satu faktornya adalah perkembangan zaman supaya Twitter / X bisa menggaet user-user generasi baru yakni late Gen Z dan Generasi Alpha.
Ketiga, New Marketing Strategy
Menjadi alasan sebuah marketing strategy dijalankan dalam keputusan rebranding juga nggak bisa FULLSTOP Branding Indonesia pungkiri menjadi kemungkinan yang bisa saja terjadi. Karena rebranding akan mengganti beberapa elemen pada sebuah brand, maka tentunya hal ini dapat menjadi perhatian target audience (menjangkau audience baru dari sebuah brand). Apalagi kalau rebranding sukses menuai kontroversi hingga menjadi bahan pembicaraan sedunia seperti yang terjadi sekarang di kasus Twitter / X. Memang pada awalnya viral negatif karena banyak yang nggak suka dengan perubahan ini. But let’s face it, manusia memang agak susah kalau disuruh berubah secara ekstrim dengan cepat. Tapi tampaknya, kalau sudah kebiasaan aktif terus di Twitter, bahkan ketika hari ini tampilan logonya sudah berubah menjadi X pun, user-user terus aktif nih.
Nggak tanggung-tanggung, ada pula kontroversi Apple yang tidak mau merubah Twitter menjadi X di aplikasinya. Nah tuh, orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki aplikasi Twitter, jadi terdorong pingin download nggak sih?
Lantas, Apakah Sebuah Kebetulan Elon Musk Mengumumkan Rebranding Setelah Meta Launching Threads?
Tidak ada yang tahu selain Elon Musk dan team creative atau branding-nya sendiri.
Ya… memang bisa saja kebetulan. Namun selain itu bisa saja juga memang sebuah kesengajaan. Tendensi sebuah business owner untuk melakukan rebranding menurut Para Puan, bisa saja karena adanya reputasi yang menurun dari brand itu sendiri.
Seperti yang pernah FULLSTOP Branding Agency Indonesia sampaikan di sini, Elon Musk yang terlalu sering bikin heboh warga Twitter akhir-akhir ini sepertinya memang sedikit menurunkan reputasi Twitter sendiri. Hal ini juga terlihat saat Elon Musk menunjukkan data statistik adanya peningkatan jumlah user Twitter di dua kuartal terakhir tahun 2023 berikut.
Source: Official Twitter Elon Musk
Munculnya pesaing di dunia microblogging, yakni Threads oleh Meta, maka tentunya Twitter harus gerak cepat untuk mempertahankan user-user setianya supaya tidak berpaling hati. Selain itu, perlu adanya marketing strategy juga biar nama Twitter tidak tenggelam begitu saja di tengah-tengah hiruk-pikuk launching Threads.
Apakah rebranding nama Twitter menjadi X lantas menjadi solusi paling ampuh?
Ya… lagi-lagi, tidak ada yang tahu pasti selain Elon Musk dan team creative atau branding team di balik layar.
Yang pasti, sejauh FULLSTOP Creative Agency Indonesia bisa melihat, rebranding yang dilakukan Elon Musk ini sukses menuai virality yang dibutuhkan untuk membuat nama Twitter dan X dibicarakan secara intensif – di level yang sama seperti orang-orang membicarakan Meta Threads.
X Punya Goals yang Sama Seperti Threads: All-In-One in One Platform
Melansir dari Tribun Techno, CEO Twitter Linda Yaccarino menyampaikan bahwa rebranding Twitter ini merupakan langkah awal untuk mendorong aplikasi ke arah yang baru, nantinya.
“X merupakan keadaan masa depan dari interaksi tanpa batas. Berpusat pada audio, video, perpesanan, pembayaran perbankan, menciptakan pasar global untuk ide, barang, layanan dan peluang. Disupport oleh AI, X akan memberikan kita koneksi dengan cara baru.” ujar Linda Yaccarino menjelaskan kehadiran X (rebranding Twitter).
Bukankah hal ini sama dengan tujuan Mark Zuckerberg membuat Threads?
Dan sedikit unsur TikTok dengan fitur all-in-one pada TikTok Shop?
Instagram yang berhasil membangun brand recognitionnya sebagai social media platform paling OKE dalam hal sharing foto dan video, nggak mau kalah untuk membangun microblogging yang harapannya akan menyaingi Twitter.
Jadi… Twitter atau X pun juga jangan mau kalah dong!
Rebranding Twitter menjadi X ini adalah simbol new beginning untuk X sebagai platform yang tidak hanya menyediakan akses microblogging saja, tapi juga fitur-fitur lain agar makin memudahkan pengguna-penggunanya.
So, Apakah Ini Jawaban Musk untuk Tantangan Zuckerberg?
Melihat momennya, sepertinya FULLSTOP Branding Indonesia setuju jika memang ini merupakan alasan utama Elon Musk untuk menyaingi Mark Zuckerberg. Mengapa tidak?
Sah-sah saja kan membalas viral marketing dengan marketing strategy yang sama?
Tentu SAH dong!
Kalau FULLSTOP Branding Agency Indonesia sih melihatnya masih dengan sudut pandang objektif. Dan masih dalam ranah yang wajar untuk Twitter rebranding brandnya yang sudah melewati satu dekade. Begitupun yang dilakukan Instagram dengan menghadirkan social media platform mirip dengan Twitter. Justru hal ini menandakan bahwa brand recognition Twitter memang begitu kuat. Sama halnya saat kita memakai kacamata Elon Musk saat melihat Instagram. Fitur yang lengkap pada Instagram ternyata juga dilirik Musk untuk membangun Twitter menjadi lebih bagus daripada Instagram, dengan platform-nya yang all-in-one atau one-stop solution (eh… kayak tagline FULLSTOP Branding Indonesia aja, one-stop creative solution!).
Makin penasaran nggak sih dengan brand development apa lagi yang dipersiapkan Threads dan X yang sedang panas-panasnya ini?
Kita lihat saja nanti perkembangannya bagaimana.
Stay tuned terus untuk mampir di halaman blog FULLSTOP untuk update berikutnya atau brand analysis lainnya ya!