Unik dan Klasik! Yuk Intip Strategi Branding 3 Cafe Retro di Malang Ini!

Unik dan Klasik! Yuk Intip Strategi Branding 3 Cafe Retro di Malang Ini!

Posted by Fullstop Indonesia on 01 July 2023

Kota dengan branding pusat pendidikan yang juga memiliki suhu cukup dingin ini, memang cocok untuk menjadi best spot tempat nongkrong dan liburan. Melansir dari Times Malang, kota yang memiliki 62 kampus (kalkulasi perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta) ini, menjadi kota wisata yang juga digandrungi perantau maupun wisatawan domestik yang memang merindukan udara sejuk kota Malang. Konsep ‘retro’ yang juga menjadi tema pada brand analysis FULLSTOP Creative Agency Surabaya kali ini, mengingatkan tentang personal relevance yang pernah dibahas di artikel sebelumnya.

Menurut penelitian Yazid Fathurrohim dalam penelitiannya (Perancangan Interior Retro Center di Bandung), retro dapat didefinisikan sebagai penggambaran tren yang dikenal dari masa lalu. Retro artinya “mundur” atau bisa juga diartikan pada “masa lalu”. Pada dasarnya, retro dapat diartikan gerakan untuk mengingat masa lalu atau bernostalgia. Branding strategy seperti ini menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia memang akan selalu memiliki ruang memori tersendiri di benak audience sebuah brandnya. Karena medium sebuah cafe cukup luas untuk dilakukan brand activation, maka hal inilah yang memberangkatkan FULLSTOP Branding Indonesia untuk coba mengulik lebih dalam beberapa cafe retro yang ada di Malang. Penasaran nggak sih, apa aja yang sebenarnya menjadi branding strategy beberapa cafe retro di Malang dan dapat anda pelajari? Simak penjelasannya berikut, yuk!

  1. Luma Coffee and Eatery

Source: Instagram Luma Coffee and Eatery

Dari pertama kali melihat design bangunannya saja, Luma telah menggambarkan bahwa karakternya bergaya retro. Dengan design bangunan lawas yang juga dipadukan interior design kontemporer yang terlihat pada tatanan ruangnya, Luma cukup inovatif untuk menggabungkan keduanya tanpa menanggalkan gaya vintagenya. Kombinasi warna putih tulang dan hijau yang dominan dari luar maupun dalam, membuat Luma kuat dengan gaya bangunan zaman Belandanya.

Source: Instagram Luma Coffee and Eatery

Di beberapa sudut ruangan, terdapat beberapa barang lawas yang menguatkan kesan retro dari Luma. Namun, di satu sisi jika anda memperhatikan pemilihan sofa dan penataan outdoor dari Luma terkesan masih juga mengimbangi dengan konsep interior yang kontemporer. Adanya tribun di area outdoor dengan adanya colokan yang disediakan menggambarkan bahwa Luma tidak ingin terkesan terlalu ‘jadul’ dengan gaya retronya.

Melansir dari Interior Design, pemilihan warna pada sebuah ruangan ternyata juga akan berpengaruh secara psikologis penghuninya. Warna hijau yang dominan pada Luma, menunjukkan bahwa Luma juga ingin digambarkan dekat dengan alam, membawa ketenangan dan kenyamanan pengunjungnya. Branding strategy yang dibangun Luma sepertinya tidak full 100% “retro”, tapi retro mix dengan a little touch of contemporary element. Dengan beberapa gaya kontemporer yang juga terlihat menjadi gaya interior dan eksteriornya, menunjukkan bahwa Luma juga ingin diingat oleh audiencenya sebagai cafe retro yang tetap trendy.

  1. Kedai Tjie.Liek

Source: Instagram Kedai Tjie.Liek

Dari looks bagian depan kedai satu ini, gaya bangunan Kedai Tjie.Liek memang masih cukup jadul. Memilih ejaan lawas pada nama brandnya juga menunjukkan bahwa Kedai Tjie.Liek ini ingin mengenalkan brand identity-nya sebagai salah satu cafe retro yang ada di Malang. Cafe yang jika dibaca dengan menggunakan ejaan era ini berbunyi “Kedai Cilik” ini juga menunjukkan konsistensi makna nama brandnya sendiri dengan luas cafe yang tidak begitu besar.

Source: Instagram Kedai Tjie.Liek

Mengenalkan diri sebagai cafe kecil yang homey, Kedai Tjie.Liek juga selalu menyertakan ejaan lama pada setiap copywriting social media content-nya. Pada copy di design dan caption postingannya, Kedai Tjie.Liek benar-benar ingin membawa audiencenya untuk kembali ke masa lalu dengan ejaan-ejaan Bahasa Indonesia yang jika ditulis saat ini cukup rumit juga yah teman-teman.

Secara interior, Kedai Tjie.Liek juga masih menyuguhkan suasana interior dan eksterior kontemporer untuk para pengunjungnya. Tribun yang ada di area outdoor mengesankan bahwa Kedai Tjie.Liek juga punya area yang asyik dan comfy untuk nongkrong dan ngobrol-ngobrol. Branding strategy yang dibuild oleh tim brand development Kedai Tjie.Liek ini sangat kuat dari pemilihan ejaan pada nama brand, brand awareness melalui social media activation hingga besarnya area cafe sendiri benar-benar runut dan terkonsep secara struktural.

Tidak begitu meng-highlight konsep retronya, Kedai Tjie.Liek menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya cukup tertata untuk membuat mind mapping pada konsep branding strategynya agar setiap pengunjungnya mengingat-ingat tentang core branding miliknya.

  1. Ten Thirty Coffee & Eatery

Source: Instagram Ten Thirty

Cafe retro satu ini cukup kuat untuk membuat pengunjungnya fokus pada fitur dan layanan cafe yang cukup berbeda. Menyajikan listening room yang dipenuhi dengan kaset-kaset lawas beserta musik yang diputar melalui piringan hitam, membuat Ten Thirty menjadi cafe retro yang cukup unik dan otentik. Membangun branding strategy sekaligus marketing strategy dengan adanya listening room, Ten Thirty terlihat memang menguatkan brand identitynya untuk kaum-kaum pecinta musik-musik lawas.

Secara design interior dan eksterior, cafe ini masih sama dengan Luma dan Kedai Tjie.Liek tetap membubuhi konsep kontemporer agar terkesan masih menjadi cafe retro yang ‘kekinian’ dan nggak ketinggalan jaman. Selain itu, terdapat game corner di salah satu sudut ruangan Ten Thirty. Game corner ini menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia menunjukkan bahwa Ten Thirty membangun branding strategynya dengan memberikan user-experience melalui bermain di sudut game corner ini.

Wahh cukup unik yah Ten Thirty mengkonsep branding strategynya melalui sebuah fitur dan layanan sebuah cafe.

Bagaimana Agar Bisa Menjadi Salah Satu Dari Ketiganya?

Sama seperti yang FULLSTOP Creative Agency Surabaya mention di artikel sebelumnya, brand-brand yang masuk dalam brand analysis bukanlah sebuah patokan keberhasilan dan kesuksesan.

Tentunya selain konsisten dan pantang menyerah dalam melakukan ‘trial and error’, jangan sepelekan juga proses dalam riset dan analisa core brand bisnis atau produk anda sendiri. Perhatikan saat Kedai Tjie.Liek benar-benar mengonsep gaya retronya mulai dari nama brand sampai brand awareness pada social medianya. Begitu juga saat Ten Thirty menyuguhkan user-experience yang berbeda melalui aktivitas “bernostalgia” di listening room yang disediakannya. Atau seperti branding strategy Luma Coffee yang memberikan kesan trendy pada konsep retro-nya sehingga bisa menjadi spot Instagramable bagi para pengunjung lokal. Kesemuanya merupakan sebuah tahapan riset yang tentunya tidak mengabaikan kehadiran buyer persona dari target market bisnis dan produk anda. Susun pelan-pelan business plan dan brand identity anda, kemudian jika menemukan kesulitan, FULLSTOP Branding Agency Indonesia siap membantu dalam perjalanan anda menyusun branding strategy.

Are you ready to dive deeper with us? Contact us ASAP!

Back To List Blog