Fenomena Korean Wave yang Selalu Viral Jika Dihighlight. Apa Sih Kuncinya?
Maraknya Korean Wave atau yang sering disebut dengan Hallyu ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2010. Dan sadarkah anda jika fenomena ini bahkan terkadang dijadikan branding strategy dan marketing strategy beragam brand yang ada di Indonesia?
Wah, the power of Korean Wave sepertinya memang sudah diproyeksikan Pemerintah dan instansi di Korea Selatan agar kepopulerannya bukan viral sewaktu-waktu saja namun bisa berumur panjang hingga hari ini yah, teman-teman.
Sebagai salah satu branding agency Indonesia, inilah yang membuat FULLSTOP tertarik untuk mengulik strategi Korea Selatan yang notabene adalah sebuah negara, menjadi role model negara-negara lain dalam hal kebudayaan yang juga digemari masyarakat dari negara lain. Bermula dari film, Korea Selatan berhasil membuat negara lain juga ikut ke dalam aplikasi budayanya yang justru semakin membuat Korean Wave booming.
Heran nggak sih, ada apa dengan Korea Selatan?
Heran doonggg, FULLSTOP saja cukup heran karena sebuah negara seperti memiliki branding strategy dan marketing strategy yang sukses dan bertahan bertahun-tahun lamanya (sama seperti sebuah brand legend yang pernah FULLSTOP bahas).
Pemerintahan yang Cukup Visioner
Menurut Indah Chartika Sari dan Ahmad Jamaan dalam penelitiannya yang berjudul “Hallyu Sebagai Fenomena Transnasional”, strategi penyebaran Hallyu atau Korean Wave ini sebenarnya dikepalai oleh pemerintahan Korea Selatan sendiri. Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan menjadi penanggung jawab menyebarnya Hallyu ini ke seluruh dunia. Di bawah badan kebudayaan ini, terdiri beberapa sub-instansi seperti Korea Creative Content Agency (KOCCA), Korean Tourism Organization dan Korea Foundation for International Cultural Exchange (KOFICE) yang juga ikut andil dalam menyebarkan kebudayaan Korea Selatan sampai sejauh ini. Semuanya melakukan tugasnya masing-masing dengan tetap meng-highlight kebudayaan otentik Korea Selatan.
Pernahkah kalian menyadari bahwa di setiap TV Shownya, Korea Selatan secara soft selling telah mempengaruhi alam bawah sadar kita untuk menyukai budaya kesopanannya dan menggilai gimmick aktor-aktornya berbahasa Korea Selatan seperti,
“Saranghae..”
“Annyeonghaseyo..”
“Kamsahamnida..”
Seperti layaknya branding strategy, kebudayaan, tema cerita K-Drama, lagu-lagu K-Pop yang Korea Selatan suguhkan tidaklah jauh-jauh dari keseharian penggemarnya. Hal ini juga termasuk branding strategy yang Korea Selatan lakukan agar mereka para penontonnya tetap jatuh cinta dan susah move-on dari fenomena Korean Wave. Marketing strategy Korea Selatan juga tidak pernah berhenti agar tetap mengikuti zaman. Seperti hadirnya film Parasite yang menghasilkan jutaan penonton sehingga lagi-lagi, alam bawah sadar kita sering disentil untuk mengingat ikut tenggelam dalam Fenomena Korean Wave.
Lagi-Lagi, Ini Tentang ‘USP yang Konsisten’
Bagaimana FULLSTOP memaknai USP yang konsisten yah teman-teman? Karena FULLSTOP seringkali mention poin dari branding strategy satu ini, maka kita kulik sejenak, yuk!
Apakah USP yang konsisten berarti tidak perlu adanya pengembangan produk?
Atau, USP yang konsisten berarti justru harus sering melakukan pengembangan produk namun tetap memiliki USP yang dimention terus-menerus?
Unique Selling Proposition merupakan kepanjangan dari USP. Nah, USP yang Korea Selatan gaungkan tidak pernah menghilangkan core value dari budayanya yang juga akhirnya mengakar di benak masyarakat seluruh dunia. Kemampuan Korea Selatan untuk duduk bersanding seperti Jepang dan Amerika yang berhasil membuat budayanya digandrungi masyarakat seluruh dunia adalah dengan tidak pernah menanggalkan brand identity-nya untuk kemudian digantikan dengan brand identity budaya lain ‘yang sedang hype’. Big NO.
Korea Selatan cukup cerdas untuk terus menggunakan core value culturenya di setiap pergantian zaman. Diselipkan di setiap pertunjukkan budaya yang dapat mengikuti interest target marketnya, Fenomena Korean Wave tidak pernah gagal menjadi viral.
Tentunya, USP ini juga fleksibel dan bisa beradaptasi dengan perkembangan-perkembangan yang ada. Contohnya, untuk mempromosikan dan mengajak warga dunia liburan ke Korea, kementerian pariwisata membuat sebuah video TikTok yang mana 2 model mengenakan baju tradisional khas Korea (hanbok) sedang menari-nari di area Istana Kerajaan Gyeongbokgung. Berkat keunikan dan fans yang memang sudah fanatik dengan budaya Korea, video tersebut langsung viral. Tidak hanya di Korea saja, tapi kemana-mana. Terutama di Asia Tenggara yang mana, seperti kita ketahui, merupakan daerah dunia dengan fanbase Korea terbesar.
Mempertahankan USP? Checked.
Fleksibel dan bisa beradaptasi? Checked.
Karena dua faktor ini jalan beriringan, tak pelak apabila branding strategy & marketing strategy Korea Selatan kian mendunia!
Viral Marketing is Korean Wave
Pernah melihat brand asli Indonesia mempercayai aktor Korea Selatan menjadi Brand Ambassador?
Atau mungkin anda pernah melihat jingle sebuah brand yang diremake dari budaya-budaya Korea?
Atau bahkan bukan “pernah”, tapi seringggg banget menemukan fenomena-fenomena seperti ini?
Hehehe, that’s the power of Korean branding.
Dengan penggemar K-Pop tertinggi di tahun 2021 versi Goodstats, tidak heran Korean Wave menjadi branding strategy dan marketing strategy baik company branding maupun personal branding. Inilah yang menjadi alasan mengapa viral marketing adalah Korean Wave itu sendiri. Semakin sering dibahas, dipakai, digunakan, dire-make, dire-create, maka semakin viral juga Korean Wave milik Korea Selatan ini. Belakangan terakhir, ingatkah anda dengan video salah seorang Content Creator yang viral memberi tutorial cara dance JISOO - Flower? Lucunya, ia memberi tutorial dengan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, namun malah semakin diingat dan dipahami penontonnya dan BOOM! Viral!
Tentunya yang diingat penonton selain Content Creatornya sendiri, JISOO - Flower dan tariannya juga tak kalah viral, lho!
So, The Main Point Is…
Jangan pernah remehkan yang namanya konsistensi dan ketekunan. Kalau kita semua belajar dari Korea Selatan yang mulai berhasil menyebarkan budayanya ke hampir seluruh dunia sejak 2010, bahkan dipupuk mulai tahun 90-an, bayangkan saja, betapa besar family business anda bisa berkembang beberapa tahun ke depan. Mungkin di tahun 2023 ini, family business teman-teman masih berupa UMKM. Who knows, 10-20 tahun lagi, sudah bisa menginjakkan kaki sebagai korporasi bahkan sampai IPO.
Well, that’s not impossible, you know..
Tapi memang membutuhkan konsistensi, ketekunan, marketing strategy, business development, dan tentunya operasional yang kuat. Apalagi kalau didukung dengan brand identity yang kuat agar bisnis anda juga lebih menonjol dan mudah dipercayai oleh customer dibandingkan dengan brand kompetitor.
P.S: Bukan berarti teman-teman harus cepat-cepat cari endorser artis Korea lho ya~~ Pernah kita bahas bersama-sama di artikel FULLSTOP Branding Agency Indonesia sebelumnya bahwa tidak semua endorsement atau brand ambassadorship is going to work effectively. Pesan moral dari artikel hari ini adalah supaya teman-teman bisa mempelajari dan terinspirasi oleh konsistensi dan ketekunan Korea Selatan dalam membentuk brand identity yang kuat, agar teman-teman bisa mengaplikasikannya pada bisnis teman-teman semua.
The process won’t be easy, but it’s definitely worth it.