Intip Strategi Branding Tiap Provinsi di Indonesia untuk Menarik Wisatawan Selama Lebaran: Part 1
Berhubung pandemi Covid-19 dapat dibilang sudah tidak lagi menjadi ancaman di Indonesia, angka lonjakan mudik dan pariwisata diprediksi akan meningkat yah teman-teman di tahun ini.
Sama seperti bisnis, tentunya setiap provinsi memiliki branding strategy agar tetap menawan di mata wisatawan yang merantau atau berlibur ke kota lain. Menarik untuk dibahas, kali ini FULLSTOP sebagai salah satu branding agency di Indonesia akan memberikan insight baru pada teman-teman, mengenai branding strategy tiap provinsi. And who knows, mungkin setelah lebaran nanti, kita bisa nilai apakah branding strategy yang mereka terapkan ini bekerja efektif atau tidak!
Sebelum terlalu jauh, jika ditanya “Memang apa sih tujuan tiap provinsi membranding wilayahnya?” Desa wisata yang sedang digaungkan begitu keras oleh Menparekraf Sandiaga Uno di tiap-tiap provinsi juga punya fungsi dan tujuan lain yang tidak kalah krusial loh, teman-teman. Membangun ekosistem ekonomi di daerah-daerah terpencil tentunya menjadi harapan besar bagi Menparekraf untuk berpeluang menghasilkan UMKM baru yang juga tidak kalah potensial dengan brand-brand besar “yang menghidupi” Indonesia. Sumber daya alam dan sumber daya manusia menjadi kekayaan Indonesia yang tentunya penting untuk dilestarikan sesuai dengan core value dari setiap wilayah. Jadi, sudah paham yah alasannya apa?
Yuk kita mulai satu-satu membedah branding tiap provinsi di part 1 ini.
Banda Aceh
Terkenal dengan wilayah yang religius, Banda Aceh juga punya sumber daya alam yang kaya dan menarik untuk dikunjungi. Baru-baru ini dilansir dari Disbudpar Aceh, Kota Sabang di Aceh yang sering disebut Sandiaga Uno sebagai wilayah yang potensial diresmikan sebagai Desa Wisata terbaik. Memiliki kekayaan alam berupa pantai yang sangat indah, kota Sabang sekarang berhasil menjadi idaman para wisatawan dari seluruh Indonesia.
Branding strategy yang diangkat oleh Disbudpar Aceh ini dengan cara mengunggulkan desa wisata dengan kekayaan sumber dayanya yang cukup potensial.
Sumatera Utara
Sedangkan di Sumatera Utara, Danau Toba tetap menjadi juara. Sejak terselenggaranya F1 Powerboat Februari lalu, Bupati Toba Poltak Sitorus mengungkapkan bahwa pengunjung Danau Toba terus meningkat. Dan Bupati Toba juga telah menyiapkan jika arus wisatawan ini juga meningkat di momen lebaran nanti, Poltak Sitorus telah menyiapkan arus lalu lintas dan jalur wisatawan lebaran agar tetap lancar.
Berbeda dengan Aceh, branding strategy Medan masih kuat dengan adanya keindahan Danau Toba yang selalu jadi idaman siapa saja.
Sumatera Barat
Dilansir dari Tribun News, Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Barat mengatakan bahwa lebaran tahun ini cukup banyak agenda Festival yang akan diadakan menyambut para wisatawan lebaran di kota Padang. Terdiri dari 9 Festival, tentunya festival ini juga terdiri dari agenda pelestarian budaya lokal Sumatera Barat yang dapat anda kenali dan nikmati. Seperti pada Festival Muaro Padang, terdiri dari Selaju Sampan, Festival Bakcang, Padang Fashion Carnaval, dan Festival Jemur Bonsai.
Branding strategy yang diangkat oleh Dinas Pariwisata Sumbar merupakan salah satu bentuk soft selling mengenalkan beberapa budaya lokal dan mengemasnya menjadi berbagai bentuk Festival.
Jakarta
Ibukota Indonesia ini, terkenal dengan kepadatan penduduk, kemacetan dan menjadi salah satu kota idaman bagi para perantau. Oleh karena itu, menarik bagi FULLSTOP saat mengulik apakah Ibukota juga memiliki branding strategy saat lebaran tiba?
Jawabannya tentu punya strategi tersendiri. Dengan tempat wisata yang juga cukup banyak, Jakarta menarik pelancong di area sekitar Jabodetabek bahkan wisatawan dari luar Jawa untuk berlibur dengan menikmati mall-mall hits dan tempat wisata yang hanya bisa ditemukan di ibu kota. Apalagi, hampir dikata tiap kali lebaran, jalanan di Jakarta pasti jauh lebih sepi daripada biasanya karena pekerja kantoran di sana mudik semua! Wah, unique selling point-nya cukup kuat, bukan? Kapan lagi bisa berwisata di Jakarta tanpa macet, guys!
Daerah Istimewa Yogyakarta
Sejak bulan Maret lalu, dilansir dari Tribun News, Sekretaris Daerah Khusus Istimewa Yogyakarta menyampaikan bahwa adanya keinginan untuk kawasan cagar budaya Kotabaru agar dilirik oleh para pelancong dan lebih berkembang.
Keinginan ini diwujudkan dengan memperkuat branding Kotabaru sebagai wisata malamnya Jogja. Faktor pendukung Kotabaru ingin diperkuat brandingnya adalah karena lokasinya yang berada di pusat kota. Selain itu, dekat dengan museum, perpustakaan coffee shop, membuat Kotabaru menjadi lokasi paling pas untuk membranding wisata malam Yogyakarta ini.
Persiapan pemerintah daerah Yogyakarta ternyata tidak main-main, ya. Kota pelajar satu ini memang selalu terkonsep. Tentunya hal ini juga disiapkan pemerintah daerah Yogyakarta untuk membuat betah wisatawan saat lebaran nanti.
Bali
Menjadi kota wisata ‘paling diincar’ selama masa Pandemi, dilansir dari Tribun Bali pengamat Pariwisata Prof Dr Drs I Putu Anom BSc MPar menyatakan bahwa akan ada banyak pengunjung wisatawan domestik untuk berlibur ke Bali saat libur lebaran nanti. Bahkan, jauh-jauh hari sebelum lebaran, banyak tempat-tempat wisata di Bali menginvestasikan social media advertising budget-nya untuk menggencarkan brand awareness di kalangan pelancong. WAHAHA (restoran spesialis Pork Ribs di Bali), sebagai salah satu client social media management dan advertising di FULLSTOP Branding Agency Indonesia, juga tidak ketinggalan dong. Bahkan, dari sejak awal Ramadan, sudah ada beberapa social media advertisement yang didedikasikan khusus untuk “potential Bali travellers” baik di dalam negeri maupun luar negeri. Tujuannya? Tentu saja untuk mengingatkan mereka kalau ada WAHAHA di Bali, so jangan lupa untuk berkunjung saat lebaran nanti!
City Branding at Its Finest
Yap, kalau soal konsep dan brand activation, seluruh provinsi mengusung unique selling point yang sama-sama kuat, dan tentunya menonjolkan keunikan dari daerah masing-masing. Ada daerah yang lebih mengunggulkan kebudayaannya, ada yang “menjual” pemandangan, dan ada pula yang memberikan rasa modernisme di tempatnya. Masing-masing tentunya di-”customise” secara khusus sesuai dengan brand identity dari daerah tersebut serta goal brand activation yang diharapkan oleh pemerintah setempat.
Apa pun itu brand activation-nya, tampaknya ada 1 branding atau marketing strategy yang dilakukan oleh seluruh daerah. And that branding strategy is to optimise DIGITAL ACTIVATION a.k.a SOCIAL MEDIA. Mulai dari Facebook, Instagram, hingga TikTok, pemerintah memaksimalkan penggunaan social media marketing untuk memberi influence soal wisata dalam negeri ini.
Gimana nih teman-teman?
Modernisasi perkembangan pariwisata dan ekonomi kreatif ala Mas Menteri Sandiaga Uno kira-kira bakal efektif untuk meningkatkan angka wisatawan daerah di lebaran kali ini nggak ya?