Whatsapp vs Instagram. Mana yang Lebih Cocok untuk Marketing?
Dari kedua social media platform berikut manakah yang teman-teman paling sering gunakan? Sejauh hasil observasi FULLSTOP, keduanya merupakan social media platform yang paling sering digunakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. So, hal inilah yang membuat keduanya menarik untuk dianalisa lebih lanjut dalam hal fungsinya pada marketing bisnis.
Sebelum membahas jauh lebih dalam, kita napak tilas dulu yuk apa sih core value dari dua platform ini? Harapannya, dengan FULLSTOP sharing tentang core value brand keduanya, siapa tahu teman-teman UMKM atau Family Business Owner dapat ambil lesson-learnednya untuk bisnis yang sedang dijalankan.
Whatsapp pertama kali dipublikasikan oleh Jan Koum dengan konsep yang cukup simpel. Ia hanya ingin menawarkan aplikasi chat dengan munculnya status seseorang di sebelah namanya. Dan jika anda menyadari, Whatsapp hingga hari ini konsisten untuk tidak menyertakan iklan sebagai sumber incomenya. Sama seperti yang pernah FULLSTOP bahas di artikel ini, Jan Koum juga cukup tegas untuk menguatkan USP Whatsapp di tengah-tengah persaingan media sosial yang juga cukup ketat. Mulai tahun 2009 hingga hari ini, Whatsapp menjadi media komunikasi yang tumbuh cukup pesat bahkan menggeser SMS di semua negara yang ada di dunia..
Marketing strategy dan branding strategy yang dibangun Jan Koum cukup menarik, karena ia benar-benar tegas untuk menawarkan “solusi” lain dari media sosial lainnya. Awalnya, Whatsapp mendapatkan income dari payment para pelanggannya. Namun sejak diakuisisi Facebook (sekarang Meta), Mark Zuckerberg menghentikan kebijakan tersebut. Kebijakan ini digantikan oleh Whatsapp Business API agar Whatsapp bisa digunakan secara gratis oleh siapa saja. Whatsapp Business API ini fokus pada B2B yang dibangun Whatsapp untuk company di seluruh dunia agar memudahkan mereka membuat Customer Service melalui Whatsapp.
Di Indonesia sendiri, anda dapat melihat company besar menggunakan Whatsapp Business API dengan centang hijau pada profil Whatsapp Business mereka. Dari company yang berlangganan tersebut, Whatsapp menghasilkan cuan. So, core value dari Whatsapp sebagai branding strategy memang cukup otentik hingga hari ini. Simpel, mudah, cepat dan memenuhi kebutuhan. Kira-kira 4 kata itu cukup untuk menggambarkan Whatsapp pada target marketnya dan terbukti berhasil sebagai marketing strategy.
Sekarang, FULLSTOP akan share perjalanan Instagram yang branding strategynya juga menarik untuk diteliti. Awalnya, Instagram hanya dapat diunduh dari App Store iOS saja. Karena jumlah penggunanya bertambah dalam waktu singkat, Kevin Systrom dan Mike Krieger akhirnya memutuskan agar Instagram juga dapat digunakan melalui PlayStore. Seiring berjalannya waktu, Facebook pun mengakuisisi Instagram dan mengambil alih manajemen Instagram hingga hari ini.
Instagram memiliki persamaan dan perbedaan dengan Whatsapp dalam hal pengembangan bisnisnya membangun branding strategy. Kesamaannya ada pada konsistensi USP yang tidak pernah menghilangkan atau bahkan mengganti model platform gambar dan caption serta hashtag sejak dirilisnya pertama kali dulu. Hal inilah yang juga tidak didapatkan audience Instagram saat memakai Facebook, Twitter dan Whatsapp. Secara tidak sadar, kedua founder dan pendiri Instagram ini telah menggeser kedudukan album foto fisik dengan album foto di Instagram dan mengemasnya sedemikian menarik. Hayoooo apakah anda sadar dengan hal ini?
Semakin berkembang Instagram, maka semakin nempel juga nih penggunanya dengan Instagram. Mengapa bisa demikian? Karena Instagram selalu update fitur yang memanjakan para penggunanya. Mulai dari fitur Instagram Ads, Instagram Business, Instagram untuk Creator, membuat semua orang akhirnya juga menggunakan fitur-fitur ini pada bisnisnya. Sadar atau tidak, menjadi Selebgram (Selebriti Instagram) pun juga menjadi cita-cita anak kecil di era sekarang ini. Whoaa, sudah mulai paham yah bahwa core value (branding strategy) Instagram ada pada model penggunaannya dan fiturnya yang semakin lengkap.
Secara alam bawah sadar, kedua platform ini mengenal pain point audiencenya. Whatsapp fokus dengan model platform simpel dan mudah. Instagram fokus pada model platform yang estetik, elegan dan mewah dengan berbagi foto atau gambar dan video. Itulah mengapa core value mereka dapat bertahan lama di tengah persaingan yang juga tinggi. Keduanya juga menawarkan media komunikasi yang berbeda dari lainnya. Itulah juga alasan seseorang kembali lagi dan berkelanjutan menggunakannya.
”Your brand is a story unfolding across all customer touch points.” -Jonah Sachs
Menurut FULLSTOP sebagai branding agency Surabaya yang hampir 11 tahun berkarir menghandle berbagai macam klien, kekuatan sebuah brand memang terletak pada their relationship with customers. Semakin sering, semakin relate dan semakin dekat dengan audience, maka tidak perlu diragukan lagi soal menjadi “juara bertahan” di bidangnya masing-masing.
Mana yang Lebih Cocok untuk Marketing Bisnis Anda?
Whatsapp dan Instagram sama-sama memiliki beberapa fitur yang berfungsi saat digunakan dalam marketing strategy bisnis atau produk anda. Whatsapp Business, Whatsapp Business API, fitur kolaborasi pada Instagram, Instagram Ads (Boost Post), Instagram Page Profile untuk Creator dan Pebisnis, kesemuanya tentu akan sangat membantu marketing bisnis anda.
So, mana yang lebih cocok?
FULLSTOP sendiri menyarankan untuk memakai keduanya sesuai dengan kebutuhan anda. Mengapa? Karena ya memang tools marketing yang mereka tawarkan berguna di situasi dan kondisi tertentu. Instagram tetap sangat teman-teman butuhkan, karena di sinilah anda bisa menampilkan branding dari UMKM atau family business, untuk menjangkau audience seluas mungkin. Di platform Instagram juga, teman-teman bisa menjelaskan product knowledge, menampilkan product highlight, memanfaatkan viral marketing, dan tak lupa, menggiring target audience untuk melakukan conversion. Nah, conversion ini ada di berbagai macam tempat – bisa berupa offline store visit, bisa juga berupa marketplace sales, atau bisa juga berupa leads to Whatsapp. Tergantung bisnis keluarga anda ada di ranah yang mana! Kalau seperti beberapa client FULLSTOP misalnya Wizzmie atau WAHAHA, tentu saja store visit yang diharapkan. Kalau toko online – yang mana semua client FULLSTOP sekarang juga merambah ke sana – pastinya ya penjualan di marketplace. Kalau bisnis Horeca seperti contohnya, lagi-lagi keluarga FULLSTOP yaitu GoodEats Horeca, tentu yang diharapkan adalah sign-ups. Nah, sekarang, tinggal pintar-pintarnya teman-teman family business owner melakukan social media branding & marketing yang bisa mendorong target audience untuk melakukan berbagai macam jenis konversi ini. Sebenarnya, kalau boleh bilang secara jujur, poin inilah yang paling penting dalam social media management. Dan poin inilah yang selalu dilakukan oleh FULLSIGHT – divisi social media agency dari FULLSTOP Indonesia – supaya para client selalu mendapatkan hasil paling optimal. Bukan hanya sekedar membuat Instagram brand business menjadi cantik saja, tapi efeknya bisa terasa sampai ke sales!
Nah, lantas apa fungsi WhatsApp di sini?
Well, jangan salah. Di sinilah tugas utamanya. Instagram adalah tempat untuk berjejaring, sedangkan WhatsApp lebih ke arah komunikasi secara personal. Oleh karena itu, adanya audience di WhatsApp menandakan business-mu memiliki sejumlah orang yang benar-benar tertarik (bukan hanya sekadar aware lagi, tapi sudah di tahap consider) terhadap business anda. Oleh karena itu, tim admin atau operasional business harus pandai melakukan tugasnya untuk mempertahankan loyalitas audience di WhatsApp ini.
Jadi… keduanya memiliki fitur yang sangat bermanfaat untuk membangun branding bisnis anda sesuai core valuenya. Perbedaannya, Whatsapp membantu anda untuk melayani customer jadi lebih mudah. Sedangkan Instagram akan membantu anda untuk build brand awareness dan melakukan digital marketing jadi lebih cepat.
Sudah mengerti kan sekarang?