Valentine’s Day Adalah Peak Season Sebuah Bisnis — Yes or No?
Siapa sih yang nggak nungguin momen Valentine’s Day demi bisa spend the best moment with special one?
Memang sih, Valentine’s Day bukan hari besar dan hari libur yang diberlakukan secara nasional maupun internasional. Namun Valentine’s Day ini menjadi special di beberapa target market bisnismu. Apalagi jika bisnismu sangat dibutuhkan oleh mereka yang berpasangan, tentunya bisnismu bisa kamu konsep semenarik mungkin di Valentine’s Day.
Perayaan Hari Kasih Sayang setiap 14 Februari ini ternyata bisa menjadi pencuri perhatian jika kamu menariknya dengan sebuah marketing strategy. Eits, namun perlu diingat yah, dalam marketing strategy dan branding strategy kadang kamu perlu melakukan interaction untuk mendapatkan conversion. Bagi sebagian orang, momen Valentine’s Day tidak begitu penting bahkan diabaikan. Namun bagi dua sejoli yang sedang menjalin cinta, hmm rasanya candu bagaikan rindu *eh hehehe..
Interaction dan conversion ini menjadi kunci utama yang perlu teman-teman perhatikan agar branding strategy yang ingin dijalankan menghasilkan traffic yang juga tepat. Saat membranding audience mengenai Valentine’s Day, teman-teman harus perhatikan kapan waktu yang tepat untuk melakukan interaksi, dengan siapa teman-teman melakukan interaksi dan konten apa yang perlu jadi topik saat melakukan interaksi. Karena tanpa ini semua maka branding strategy teman-teman untuk mengangkat momen Valentine bisa jadi sia-sia.
Seperti yang dimention FULLSTOP di artikel berikut, family business apapun bisa memanfaatkan momen untuk menjangkau audience awareness dan interaction yang lebih luas sekaligus mendorong sales conversion yang tinggi. Nah, mungkin sampai di sini, teman-teman family business Indonesia dan para pegiat UMKM bertanya-tanya, apakah ada peak season selain libur hari raya yang bisa dimanfaatkan? Kalau iya, apakah Valentine’s Day salah satunya?
Well, let’s dive deep into finding the answer!
Jawabannya, Yes!
Hayoooo tebakan teman-teman benar atau nggak?
Meskipun salah, jangan bersedih. Karena FULLSTOP justru akan memberikan insight mengapa Valentine’s Day bisa juga disebut Peak Season.
Sama halnya seperti Natal, Imlek, dan Lebaran, tiap hari raya sebenarnya diiringi dengan target market dan tradisi tersendiri. Ada audience tersendiri untuk setiap momen-nya sehingga family business owner dan pegiat UMKM bisa memanfaatkan hari-hari besar untuk melakukan branding di target market tersebut. Nah, begitu pula dengan Valentine’s Day. Meskipun bukan merupakan hari libur, tapi ada target market tersendiri di momen ini. Target market yang spesifik dan kuat karakternya ini akan menjadi pendukung teman-teman family business owner untuk membuat campaign Valentine’s Day. Dan tentunya, bagaimana campaign atau product highlight ini bisa dikemas dengan marketing strategy dan branding strategy yang tepat untuk menyasar ke niche market Valentine.
Source: katalogpromosi.com
Sama seperti yang dilakukan Pizza Hut dan sub company-nya Pizza Hut Delivery. Di Februari kali ini, Pizza Hut membuat 1 diferensiasi produk khusus bulan kasih sayang dan diberi nama Pizza Heart. Selain itu, bentuknya pun menyerupai ‘hati’. Selain Pizza Heart, Pizza Hut juga membuat 1 produk lagi dengan nama Rose Pizza dan bentuknya pun menyerupai bunga mawar. Keunikan kreasi Pizza Hut ini pun digaungkan secara massive di seluruh outlet, mulai dari collateral yang ada di mall hingga digital activation. Marketing strategy yang dilakukan ini tidak tanggung-tanggung lho, karena ada begitu banyak influencer dari tiap-tiap daerah yang turut menggaungkan product highlight Valentine ini.
Gimana menurutmu?
Sangat memperhatikan momen dan benar-benar menarik perhatian mereka yang merayakan momen Valentine, kan?
Interaction Is A Must!
Karena memiliki target market yang spesifik dan bukan menjadi hari perayaan yang besar-besaran dirayakan, so you must raise awareness about it to get people’s attention & interaction.
Buat teman-teman para family business owner dan pegiat UMKM yang melakukan semua aktivasi marketing sendiri, well don’t worry. Di sini, FULLSTOP Branding Agency Indonesia akan membantumu untuk mulai membangun brand awareness dan audience interaction di momen peak season ini. So, first thing first, teman-teman harus mengonsep campaign Valentine’s Day agar tepat sasaran sesuai target market dan produk atau servis yang ada. Kedua, mulai membuat konten reminder tentang Valentine’s Day. Ketiga, apabila ada budget, teman-teman bisa memanggil influencer juga – bisa di TikTok, Instagram, di mana pun deh, asalkan platform itu cocok dan memiliki massa target audience yang kuat. Tidak lupa, teman-teman harus membangun komunikasi dengan target market juga. Komunikasi yang dimaksud di sini contohnya adalah topik-topik Valentine’s Day yang relatable dengan kehidupan para pasangan di Indonesia.
Dari sini juga, teman-teman bisa tahu sejauh mana jangkauan komunikasi teman-teman dengan audience.
Apakah brand awarenessnya sudah berjalan efektif atau belum?
Apakah diperlukan promo Valentine’s Day atau aktivasi digital marketing lainnya seperti giveaway?
Dari interaksi yang dihasilkan, teman-teman juga bisa membaca bagaimana animo audience terhadap sajian konten yang disuguhkan. Apakah sudah engage atau belum?
Itulah mengapa sebelum berharap untuk mendapatkan conversion, teman-teman harus melakukan interaction. Sama kok dengan peribahasa “Tak kenal maka tak sayang” – interaksi merupakan salah satu branding strategy yang juga penting, karena dari sini, barulah marketing strategy yang ingin teman-teman gunakan bisa dieksekusi.
Perhatikan Momen, Kebutuhan dan Strategi
Dari branding strategy yang sudah teman-teman lakukan saat interaksi, saatnya melakukan marketing activation agar momen Valentine’s Day bisa menjadi peak season.
Momen Valentine’s Day sangat didambakan bagi mereka para pasangan suami istri ataupun pasangan kekasih. Dengan momen ini, perhatikan kebutuhan mereka dan mulai atur strategi. Berikut beberapa contoh konsep promosi untuk momen Valentine’s Day yang bisa diaplikasikan pada bisnis keluarga anda.
Paket Valentine
Promo dengan bundling package atau menghighlight promo seasonal memang selalu menarik di hampir seluruh kalangan masyarakat (kecuali untuk keluarga konglomerat mungkin ya, hehehe). Jadi, promosi dalam bentuk apapun, apabila dikemas dengan tepat dan sesuai dengan selera dan shopping behaviour target audience, bisa dijamin marketing strategy itu dapat mendatangkan sales conversion yang besar dan dalam waktu yang singkat. Apalagi jika teman-teman menginformasikannya dengan harga coret. Ini merupakan salah satu marketing strategy yang berpengaruh terhadap psikologi pembeli, loh. Disebut psikologi harga, teknik harga coret bisa teman-teman gunakan untuk menarik perhatian pembeli dengan harga tanpa coret yang tentunya jauh lebih hemat. Stimulasi harga coret ini juga bisa kok digunakan teman-teman untuk momen promosi kapanpun. Pakai harga coret untuk membandingkan saat harga sebuah produk dibeli dalam skala bijian dan saat dibeli dengan cara bundling package.
Source: foodierate.com
Salah satu brand atau bisnis yang menjalankan strategi Valentine’s Day Package adalah XXI Cafe. Seperti yang tertera pada foto di atas, XXI Cafe menyediakan 1 produk khusus Valentine dengan konsep surprise box dan jika audience berhasil membeli ini, maka akan mendapatkan beberapa FREE Product dan diskon juga. Tentunya promo ini menarik bagi mereka yang ingin merayakan Valentine’s Day di XXI, yah.
Buy One Get Two
Yang kedua, teman-teman bisa menawarkan gratis 1 produk untuk pembelian selama momen Valentine. Karena Valentine’s Day selalu identik dengan kasih sayang, beri atensi lebih pada mereka yang berpasangan agar mendapatkan 1 produk dengan membeli 1 produk. Tentunya pasangan ini nantinya bisa menggunakan produk secara bersamaan atau teman-teman juga bisa menanggalkan momen sweetness dengan pemberian free product ini.
Bonus untuk Pembeli Pertama
Menciptakan kompetisi di antara target market termasuk marketing strategy yang cukup jitu. Apalagi kalau teman-teman iming-iming dengan limit waktu dan limit kuota saat melakukan campaign di hari Valentine.
“Untuk 10 pembeli pertama, akan mendapatkan FREE Booking Penginapan Bersama Pasangan!”
“Untuk 5 pembeli pertama, akan mendapatkan Sweet Merchandise!”
Strategi ini tentunya tidak dapat lepas dari market analysis yang bisa teman-teman lakukan sebelum menentukan gift apa agar strategi ini bisa berjalan sesuai dengan kebutuhan target market.
Push & Pull Marketing
Di akhir artikel ini, FULLSTOP ingin membagikan salah satu marketing strategy yang juga penting untuk bisnis teman-teman. Namanya Push & Pull Marketing.
Marketing strategy ini better teman-teman lakukan setelah momen Valentine’s Day berakhir. Push Marketing fungsinya untuk mencari new customer. Sedangkan Pull Marketing bisa teman-teman gunakan saat ingin menarik loyal customer agar tetap tertarik meskipun Valentine’s Day berakhir. Keduanya hanyalah soal memainkan momentum saja kok, teman-teman. Ada masanya teman-teman melakukan Push Marketing untuk menarik jangkauan marketing yang lebih luas saat mempromosikan promo Valentine’s Day. Sedangkan lakukan Pull Marketing untuk melanggengkan hubungan dengan loyal customer.
Last, but not least…
Tapi, jangan sampai salah kaprah mengira semua bisnis harus melakukan aktivasi besar-besaran dan membuat campaign khusus di Valentine’s Day ya. Big NO. Karena belum tentu produk/jasa yang disediakan oleh bisnismu pantas untuk diikutkan campaign Valentine. Belum tentu juga daerah tempatmu berbisnis memiliki antusiasme terhadap Valentine yang sama seperti kota-kota lainnya. So, semua faktor-faktor business & brand value serta target market analysis ini perlu dipertimbangkan secara matang-matang sebelum ikut-ikutan trend Valentine’s Day ya!
But anyway, kalau memang cocok dan momentum-nya tepat, why not?!
Valentine’s Day justru bisa bikin bisnis makin subur.
Sekarang, teman-teman mengerti kan bagaimana cara memanfaatkan Valentine’s Day untuk bisnis dan branding?