Ranking 5 dengan Gerai Terbanyak? Intip Yuk, Strategi Sukses Mixue Berikut!
Siapa sih yang nggak kenal dengan brand satu ini?
Brand yang sedang ramai jadi perbincangan ini ternyata punya perjalanan panjang sejak 1997. Dalam membangun brandnya sendiri, Mixue juga melalui berbagai rintangan karena persaingannya dengan brand lain yang juga tinggi. Bermula dengan modal 4.000 yuan atau jika dirupiahkan senilai Rp9 juta, Zhang Hongchao (pendiri Mixue) mengatur strategi selama kurang lebih 25 tahun terakhir untuk membuka gerai sebanyak 20.000 dan tersebar di seluruh dunia. Wooowww, that’s definitely not easy yah temen-temen.
Sama halnya saat FULLSTOP merenungkan perjalanan 10 tahun terakhir membantu client-client yang membutuhkan branding strategy dan marketing strategy untuk bisnisnya. Kira-kira apa yah strategi yang ditempuh Mixue hingga bisa sesukses itu?
Ranking 5 dengan Gerai Terbanyak
Menjadi 5 besar dengan gerai terbanyak mungkin memang menjadi goals Mixue yang berhasil tercapai. Mengalahkan Dominos Pizza dan Burger King, Mixue berhasil berurutan setelah Starbucks, McDonalds, Subway dan KFC. Dilansir dari CerdasBelanja.id , Mixue telah berhasil bersanding dengan brand waralaba besar lainnya.
Bisnis waralaba memanglah menjadi salah satu jenis bisnis yang menjanjikan jika dijalankan dengan strategi marketing yang tepat. Bisnis waralaba merupakan bisnis yang menjual lisensi pada perseorangan untuk kemudian sistem bisnis, merk dagang dan jenis produk akan dijalankan dan merk dagang ini akan dibayar per tahunnya oleh pembeli (franchisee).
Indomaret dan Alfamart merupakan contoh yang bisa kamu lihat dari prakteknya bisnis waralaba yah, temen-temen. Tersebar di seluruh Indonesia juga menjadi keunggulan dari bisnis waralaba. Perjanjian bisnis waralaba cenderung mudah dilakukan karena hanya dengan bersedia menjalankan bisnis yang ada dan sepakat membayarnya, bisnismu mampu menambah jangkauan. Itulah mengapa Mixue juga termasuk cepat penyebaran cabangnya. Sampai-sampai masyarakat membuat tagline seperti ini, “Dimana ada ruko kosong, disitulah outlet Mixue yang baru akan hadir.”
Bayangin deh, temen-temen. Selain tinggi percepatannya karena bisnis waralaba, strategi marketingnya yang tepat pun sampai membuat audience punya tagline tersendiri untuk Mixue. Wowww the power of the right marketing strategy, it’s true!
Inilah Powerful Marketing Mixue
Selain 4P Marketing, pernahkah temen-temen mendengar 4C Marketing yang baru-baru ini jadi opsi untuk bisnismu?
Iya, sama halnya dengan mengenali target market, bisnismu juga harus mengikuti perkembangan teknologi saat ini. 4C Marketing merupakan bauran pemasaran yang dianjurkan oleh salah satu Digital Marketing Enthusiast bernama Nurdin Hoerrudin. Bauran pemasaran ini lebih berfokus pada era digital yang sekarang ini sangat membantu marketing segala jenis bisnis. Dan tentunya 4C Marketing ini punya perbedaan dari 4P Marketing. Apa aja sih 4C Marketing yang diterapkan oleh Mixue? Apakah semua poin 4C dipakai oleh Mixue? Yuk kita intip satu-satu di paragraf berikutnya!
Oke, poin pertama terdapat Customers/Co-Creation (Keinginan dan Kebutuhan Pelanggan). Dalam poin ini, Mixue memang mengukur bisnisnya berdasarkan keinginan dan kebutuhan pelanggan melalui cara menyebarkan outlet di dekat universitas dan beberapa company yang di dalamnya merupakan target market Mixue. So, semakin dekat dengan target market, maka kebutuhan akan ice cream di sekitarnya pun terpenuhi, kan?
Kedua, Currency (Menentukan Biaya berdasarkan Daya Beli). Gimana nih, maksudnya? Dengan menentukan biaya menyertakan daya beli, berarti kamu lebih memperhatikan range harga yang sesuai dengan kemampuan target market. So, inilah yang dilakukan Mixue. Mixue memasang rate harga yang cukup murah (mulai dari Rp8.000,-) saja, kamu sudah bisa menikmati ice cream yang nggak kalah enaknya dengan ice cream brand-brand ternama.
Ketiga, Conversation (Metode Marketing dengan Melibatkan Konsumen). Dengan adanya penentuan jenis bisnis dan adanya strategi buka outlet yang cukup cepat di Indonesia, Mixue telah melakukan “conversation” secara soft dengan target marketnya. Mixue sekejap jadi viral gara-gara percepatan persebaran outletnya. Dengan adanya viral marketing ini, Mixue memudahkan dan memberi kesempatan pada target marketnya untuk dapat berbisnis Mixue dimanapun mereka berada. Combo nggak tuh strategi conversation yang diaktivasi Mixue? Yaiyalah, berhasil buka cabang lebih banyak, Mixue malah semakin dekat melakukan ibaratnya “PDKT” dengan target marketnya melalui ajakan bisnis franchise bareng dan sangat mudah untuk diikuti.
Nah, poin keempat dari 4C Marketing yang diaplikasikan Mixue pada bisnisnya adalah, Convenience. Convenience merupakan kemudahan aksesibilitas target market pada bisnis yang sedang dijalankan. Selain kemudahan akses untuk customer alias end-user, Mixue juga memberikan kemudahan akses untuk entrepreneur yang ingin ambil franchise Mixue. Adanya tim regional, kelengkapan informasi franchise, dan berbagai faktor lainnya – semua disediakan oleh Mixue untuk menggiatkan B2B business supaya 3C marketing yang mengarah ke end-user bisa optimal.
Nggak heran kan kalau Mixue berhasil menempati ranking ke-5 yang berjajar bersamaan brand-brand besar karena gerainya yang sangat banyak? Marketing strategy dan branding strategy yang Mixue gunakan memang sengaja menyasar negara-negara dengan mayoritas kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah agar bisnisnya mampu diboost dalam waktu yang cukup singkat, salah satunya Indonesia.
Bagaimana Aplikasi dalam Bisnis Teman-Teman?
Nah, sekarang mari kita bergeser sudut pandang jika 4C dan apa yang Mixue lakukan, diterapkan pada bisnis temen-temen sekalian. Apa aja sih yang perlu diperhatikan?
Poin pertama dalam hal Co-Creation.
Dalam 4C Marketing, poin ini akan lebih potensial jika temen-temen menjual produk yang benar-benar asli karya temen-temen sendiri, alias business owner sebagai sole/main producer of that product. Tapiii, kalaupun hal itu tidak memungkinkan, tidak masalah kok. Buat temen-temen yang bisnis utamanya adalah reseller atau distributor, no problemo. Yang penting, jasa atau produk yang disediakan ini harus jelas dan di-marketing-kan dengan tepat sesuai kebutuhan target market. So, pentingnya research target market memang vital banget yaa.
Yang kedua, Currency.
Di poin ini, temen-temen perlu mengukur ada di economy class manakah target market bisnismu? Nah, jika sudah, temen-temen bisa breakdown lagi untuk mencari rata-rata pendapatan dan kemampuan target market dalam membeli produk dari bisnis temen-temen. Dari situlah kamu bisa menentukan buying power dari target market yang diinginkan.
Oke, masuk poin ketiga, Conversation.
Melakukan interaksi dengan target market memang penting. Apalagi, sekarang sudah ada social media alias digital marketing yang memudahkan kita selangkah lebih dekat dengan end user. Conversation ini harus dibangun secara rutin dan konsisten. Goal utamanya adalah, ada sebuah “komunitas” alias hardcore fanbase yang benar-benar peduli dan percaya dengan brand-mu. Nah, untuk mencapai goal ini, diperlukan digital marketing activation yang beragam. Mulai dari content-making (bisa di Instagram, TikTok, YouTube, dan lain sebagainya), Ads Management, hingga LIVE Campaign. Contoh yang terakhir ini sebenarnya yang paling manjur untuk membangun conversation lho, karena antara brand dan end-user benar-benar bisa berkomunikasi secara real-time. Maka tak heran apabila brand-brand rutin melakukan LIVE tiap bulannya.
Di poin terakhir, Convenience. Bagaimana cara brand bisa memudahkan customer untuk mencari informasi atau service/product brand? Nah, kalau zaman dulu, convenience bisa didapatkan dengan cara membuka toko offline – kalau bisa sebanyak-banyaknya, seperti yang Mixue lakukan. Namun, sekarang situasinya tidak lagi seperti itu. Brand bisa melakukan optimisation online store seperti Shopee dan Tokopedia. Apalagi, di platform e-commerce ini, brand pun bisa beriklan supaya jangkauan lebih luas. Convenience tidak hanya melulu soal store saja, tapi juga kemudahan akses lainnya seperti Delivery. Berbekal riset dan analisa data, brand / business owner harus bisa mencari tahu dimanakah potential market berdomisili. Apabila memang store tidak bisa dekat dengan potential market, lantas adakah opsi pengiriman (baik dari toko offline maupun online) yang bisa meyakinkan market untuk memilih brand? Nah, itulah strategi marketing yang harus dijalankan. Selain Mixue, ada contoh brand viral lain yang melakukan strategi Convenience dengan baik – yakni Wizzmie. Brand mie pedas kekinian bikinan FULLSTOP Branding Agency Indonesia ini sukses membuka 4 cabang dalam waktu kurang dari 6 bulan (and keeps growing!). Demand awalnya datang dari Surabaya. Lalu, seiring berjalannya waktu, demand dari Sidoarjo semakin membludak hingga akhirnya Wizzmie memutuskan membuka cabang baru di Sidoarjo untuk memberikan convenience pada potential market di sana. Kemudahan akses ini juga di-optimise melalui app ojol seperti GrabFood, GoFood, dan ShopeeFood. Dengan harga yang masih sangat murah dan partisipasi di kampanye-kampanye ojol, Wizzmie bisa menjangkau potential market yang bahkan domisilinya jauh dari gerai offline.
Sampai sini, sudah paham kan pengaplikasian 4C Marketing sebagai branding strategy dan marketing strategy?
Kalau sudah paham, pasti bisa dong menerapkan 4C marketing ini di bisnismu.
Mixue saja, walaupun sempat hampir bangkrut, bisa bangkit lagi (and even stronger than ever). Kamu juga pasti bisa dong, mengikuti jejak strategi sukses Mixue melalui 4C Marketing ini. Lesson-learned dari yang Mixue lakukan bisa temen-temen filter dan sesuaikan dengan bisnis yang akan atau sedang dijalankan yaa. Intinya berbisnis itu sama saja dengan trial-error, kalau kamu nggak pernah mencobanya justru malah semakin tertinggal. Karena bisnis saat ini memang harus beriringan dengan perkembangan teknologi. Seperti penerapan 4C Marketing yang menyesuaikan juga dengan era saat ini.
Sekian dulu artikel kali ini yaaa, semoga yang FULLSTOP share bisa bantu temen-temen untuk grow your brand and business di awal 2023 ini.
Good Luck!