Omzet Bulan Januari Turun? Coba Evaluasi 3 Hal Ini Deh

Omzet Bulan Januari Turun? Coba Evaluasi 3 Hal Ini Deh

Posted by Fullstop Indonesia on 14 January 2023

Di beberapa artikel terakhir, kita membahas tentang strategi bisnis dan brand activation untuk high season. Tapiii, sama seperti roda kehidupan, bisnis pun pasti ada pasang surutnya. Jadi, kali ini, kita akan specifically membahas strategi-strategi untuk evaluasi menurunnya omzet. Apalagi, kita sekarang memasuki transisi dari high season ke reguler yang mana sudah tidak ada liburan besar lagi.

Sooo… kalau bisnismu lagi di dalam fase ini juga, no worries.

Lakukan 3 evaluasi ini supaya bisa ditemukan akar masalah mengapa marketing tidak berjalan optimal dan solusi-solusinya untuk meningkatkan sales. Check it out!

In-Store Operation

Seperti yang FULLSTOP selalu bilang di awal ketika bekerja sama dengan client. Kalau mau brand activation dan sales-nya sukses besar, nggak bisa kalau mengandalkan 100% di branding strategy atau social media marketing saja. Usaha ini harus 50:50 antara pihak agency dan pihak client. We do the marketing, but you have to ensure that your business runs well.

Di sini, kita secara spesifik merujuk kepada OPERASIONAL.

Mau marketing-nya sebagus apapun, mau bakar uang untuk digital marketing sebanyak apapun, kalau operasional-nya jelek, apakah customer bakal mau untuk kembali?

Ibaratnya gini deh. Kita misalkan, business-nya adalah sebuah restoran ya.

Branding-nya sudah bagus banget, karena restoran memiliki value dan misi yang cocok dengan target market. Marketing-nya juga sudah oke banget, melihat betapa viralnya restoran saat launching dan antrian yang begitu panjang di hari-hari awal. Tapiiii, karena operasional-nya tidak siap melayani customer sebanyak itu, operasional juga tidak mumpuni untuk menangani complaint customer, nah akhirnya apa? Customer yang datang pun bakal jadi kecewa – entah karena pelayanan lama, tidak ramah, makanan tidak seenak yang diiklankan alias overclaim, dan lain sebagainya. Ini adalah contoh kasus operasional yang tidak matang. Dan hasilnya? Customer bakal ngomong ke orang-orang lain. Lebih parah lagi, kalau sampai nulis review-review jelek yang bisa dilihat oleh umum. Nah kan, marketing activation berikutnya pasti bakal susah angkat omzet kan?

Contoh kedua. WhatsApp Blast.

Terlihat insignificant, tapi sebenarnya sangat krusial.

Walaupun menggaet new audience itu penting khususnya di awal-awal bisnis, tapi… kamu para family business owner nggak boleh lupa dengan pentingnya mempertahankan existing customer. Karena merekalah yang akan menjadi loyal. Merekalah yang akan dengan bangga mempromosikan brand-mu ke teman-temannya, meskipun tidak dibayar sepeser pun. Merekalah yang most likely will buy more of your products.

Nah, oleh karena itu, sebagai family business owner yang wise, kamu harus memikirkan cara apapun untuk mempertahankan hubungan dengan existing customer ini. Salah satu caranya adalah WhatsApp Blast. Setiap kali di store ada promo, atau ketika campaign sedang meng-highlight suatu produk, di situlah staff operasional harus gencar berkomunikasi dengan database customer yang ada – untuk mengajak mereka kembali. Faktor-faktor operasional yang menjadi tanggung jawab in-store staff inilah yang perlu kamu evaluasi apabila omzet seketika menurun drastis.

Apakah staff operasional sudah memberikan service terbaik di store?

Apakah tim sudah giat melakukan up selling untuk boost product highlight?

Apakah admin rajin meng-update customer database dan menjaga hubungan erat dengan mereka?

Evaluasi dulu bagaimana bisnis-mu berjalan. Dari situ, kamu bisa dengan gampang menemukan akar masalah mengapa omzet kian turun.

Apakah kesalahan pasti dari tim operasional? Tentu saja tidak.

Tim marketing, social media agency, brand consultant, siapa pun itu yang terlibat dalam business, harus dievaluasi juga kinerjanya. Memang, bisa jadi marketing activation yang tidak tepat pun menjadi faktor masalahnya. Namun, sebelum kita pusing tujuh keliling memikirkan cara-cara marketing lainnya supaya omzet bisa naik, alangkah baiknya apabila kita evaluasi dulu kinerja operasional supaya brand activation dan social media marketing apapun yang dilakukan bisa berjalan dengan mulus.

4P Marketing

Ini nih, yang sering banget dilupakan oleh family business owner, khususnya yang baru saja terjun di dunia bisnis. Kadang, otak kita terpaku oleh promosi dan strategi marketing, sampai-sampai kita melewatkan step-step krusial sebelum masuk ke ranah pemasaran.

Yap. 4P Marketing.

Product. Price. Place. Promotion.

Ingat, promotion merupakan step paling akhir, bukan yang pertama. Mau serumit apapun strategi promotion yang dirancang, kalau 3P sebelumnya belum siap, ya sama saja! Your strategy won’t work.

Harus disiapkan dulu secara matang – apa produk yang ingin diberikan?

Jangan hanya asal pilih produk juga. Tapi perlu dipikirkan matang-matang unique selling point dari produk itu, siapa target market untuk produk itu, bagaimana produk itu akan terpajang (entah di offline atau online store). Every aspect. Psstt… termasuk berapa banyak produk yang perlu disiapkan, warehouse management, packaging yang user-friendly, sistem delivery, hingga legalisasi produk seperti sertifikasi BPOM, SNI, dan Halal MUI. Nah, baru dari situ, setelah mempertimbangkan bagaimana produk bisa sampai di tangan customer dari bahan “mentah”, kamu bisa menentukan Price. Baru dari situ, kamu bisa menentukan Place. Dan yang terakhir, last but not least, barulah kita masuk ke ranah Promotion.

Kalau persoalan produk saja belum matang, bagaimana poin-poin marketing bisa dijalankan dengan baik?

Jangankan creative agency deh. Business owner-nya pun bakal kebingungan mikirin strategi marketing-nya karena tidak ada landasan yang kuat tentang bisnis itu sendiri!

Digital Marketing

And finally, akhirnya kita sampai di poin ketiga yaah, temen-temen.

Hayooo kalau kamu mengalami penurunan omzet, periksa lagi deh. Apakah digital marketing-mu juga jalan?

Yes, Word-of-mouth Marketing itu strategi konvensional yang penting dan krusial.

Tapi… jangan lupa, digital marketing juga jangan ditinggal, yaah.

Apalagi, kita sekarang hidup di era yang semuanya serba digital. Butuh informasi tentang brand A? Tinggal search ada di social media. Mau tahu tentang produk B? Google search juga bisa, bahkan melihat review produknya langsung juga bisa melalui YouTube. Mau beli produknya? Gampang, bermodal jempol aja, kita bisa langsung melakukan transaksi di online marketplace.

Oleh karena itu, tidak peduli seberapa konvensional atau “merakyat” brand-mu, tetap diperlukan digital marketing yang efektif untuk terus mempertahankan brand presence. Lihat saja pegiat UMKM penjual cireng, basreng, dan sejenisnya yang aktif banget bikin konten dan Live-streaming di TikTok. Produk yang sebenarnya tradisional dan sudah ada market-nya tanpa perlu masuk ke ranah digital pun, bisa mendapatkan sales atau omzet berkali-kali lipat gara-gara digital activation yang optimal.

“Kalo pedagang bakso kaki lima? Masak butuh digital marketing juga?”

Yah… sebenarnya bukan kewajiban yang mutlak ya. Tapi bisnis bakso dijamin bakal berkembang lebih besar ketika menggunakan digital activation juga. Sebagai contoh, di Instagram, memang konten-kontennya tidak perlu aesthetic ala-ala Instagram milik cafe pada umumnya. Yang penting, baksonya terlihat menggiurkan aja sudah cukup. Di TikTok, si pedagang bakso bisa membuat konten-konten yang simple aja, tapi ada storyline atau dramanya, biar lebih viral untuk bikin orang-orang penasaran. Selain di social media, pedagang bakso pun bisa membuat Google Business Account untuk memasukkan nama brand-nya di Google Map. Pemilik kios bakso pun dengan cerdas menggerakkan pelanggan-pelanggannya untuk memberikan review setelah makan bakso di tempatnya. Hasilnya gimana? Tentu saja, kios bakso itu akan lebih sering muncul di pencarian Google, membuat orang-orang sekitar bahkan dari luar kota pun mempertimbangkan untuk datang mencoba bakso yang “recommended” ini.

Sekarang paham kan mengapa digital activation ini penting banget?

Psstt.. Sedikit bocoran dari tim FULLSTOP sebagai creative agency dengan 10+ tahun pengalaman. Jangan asal melakukan digital marketing ya! Harus dipikirkan dulu platform manakah yang paling tepat, paling efektif untuk menggaet target market bisnismu.

Apakah kamu siap naikkan omzet bisnismu?

Setelah mengevaluasi 3 hal di atas, seharusnya kamu sudah bisa menemukan jawaban mengapa omzet bisa sampai menurun. Karena secara logika aja, nggak mungkin kan tiba-tiba bisnismu sepi kalau sebelumnya fine-fine aja? Nah, daripada saling menyalahkan, lebih baik masing-masing dari business stakeholder saling introspeksi diri.

Tenang aja, FULLSTOP Indonesia pun, walau sudah cukup “experienced” di dunia creative, masih sering introspeksi kok. Itulah gunanya kita menganalisa data, rutin meeting dengan client, dan mencari cara supaya bisa sama-sama berkembang.

Kalau kamu gimana nih? Apakah evaluasi sudah dilakukan secara menyeluruh?

Dan apakah kamu sudah menemukan solusinya?

Back To List Blog