G20 Bali Builds a Better Brand Image for Indonesia

G20 Bali Builds a Better Brand Image for Indonesia

Posted by Fullstop Indonesia on 03 December 2022

Industri kreatif dan pariwisata Indonesia tampaknya memasuki masa-masa gemilang. World SuperBike awal November kemarin, KTT G20 yang beberapa minggu lalu diadakan di Bali, hingga IdeaFest yang baru saja selesai hari Minggu kemarin (27/11). Begitu banyak mega program yang membuat perhatian seluruh dunia mengarah ke negara kita tercinta ini. Dilansir menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (2022), faktanya adalah:

  1. KTT G20 meningkatkan okupansi hotel di kawasan Nusa Dua sebesar 70%
  2. Sebanyak 33.000 lapangan kerja terserap untuk terselenggaranya G20 di Bali
  3. WSBK Mandalika tembus 51.629 pengunjung, memecahkan rekor penonton terbanyak
  4. Menggaet lebih dari 200 UMKM di Sumbawa Lombok Fair
  5. Bangga Buatan Indonesia, produk helm lokal JPX menjadi support helm official Marshal WSBK
  6. Sebanyak 8 global opinion leaders mengikuti Spouse Program untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan berwisata #DiIndonesiaAja
  7. Peserta IdeaFest 2022 hadirkan ​​180 pelaku kreatif, lebih dari 30 komika, dan lebih dari 30 tenant kuliner

Dan…Menteri Parekraf Sandiaga Uno memprediksi berkah G20 diproyeksi bisa berkontribusi sebesar Rp7,4 triliun pada PDB tanah air!

Selain membawa segudang nilai positif untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, mega event ini tentunya adalah senjata branding strategy bagi masa depan negara juga. Kira-kira, apa saja ya dampak KTT G20 untuk brand activation Indonesia? Yuk simak!

Negara ASEAN satu-satunya di KTT G20

Tahukah kamu bahwa Indonesia adalah satu-satunya perwakilan Asia Tenggara di G20 Bali kemarin? (Humas EBTKE, 2022).

Hal ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa, bisa disandingkan bersama negara-negara adidaya lainnya. Peran Indonesia sebagai “host” sekaligus perwakilan ASEAN menunjukkan kepada dunia bahwa Asia Tenggara bukanlah area 3rd-world country seperti yang sering mereka bayangkan. Ketika kamu pergi ke Eropa, Amerika, atau bahkan Korea Selatan aja, kalau kamu bilang dari Indonesia aja, persepsi mereka adalah Indonesia third world country. Populasi padat, serba murah. Mungkin satu-satunya kota yang mereka tahu hanyalah Bali saja. Apalagi selama ini, negara ASEAN jarang menjadi “key decision-maker” dalam kerjasama global. Tapi dengan partisipasi Indonesia di G20 yang disorot oleh seluruh orang di dunia, negara kita bisa membangun brand image yang baru. Brand image yang lebih terpercaya. Brand image bahwa Indonesia dan negara ASEAN bukan negara terbelakang. Brand image bahwa Indonesia memiliki potensi dan visi untuk masa depan yang lebih baik.

Jadi, semua gambaran tentang Indonesia yang berkonotasi negatif akan tersingkirkan dengan brand Indonesia baru yang maju, ekonominya kuat, dan lebih hijau. Branding strategy inilah yang sukses dicapai oleh Indonesia dari event G20 ini.

Negara cinta damai

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengemban misi mendamaikan Ukraina dan Rusia melalui G20 di Bali. Apakah misi ini sukses?

Well, sejumlah pengamat menilai misi Jokowi dapat tergolong sukses. Pengamat Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) Waffa Kharisma mengatakan bahwa Jokowi sukses mendatangkan banyak negara dengan agenda yang beragam di tengah-tengah polarisasi politik yang terjadi. Tapi, yang perlu diingat oleh kita di sini adalah, G20 adalah ajang untuk membahas pembangunan ekonomi. BUKAN sebuah acara politik. Dan hal inilah yang sukses dijalankan oleh Jokowi. Di tengah-tengah konflik yang ada, Jokowi sebagai perwakilan Indonesia tidak memihak salah satu pihak, tidak menyulut minyak ke dalam api juga. Tapi Indonesia berdiri sebagai negara cinta damai yang hanya ingin membangun dunia lebih baik lagi melalui pembangunan ekonomi.

"Perang hanya akan menyengsarakan rakyat, pemulihan ekonomi dunia tidak akan terjadi jika situasi tidak membaik," kata Jokowi saat membuka sesi ketiga KTT G20 hari kedua (CNN Indonesia, 2022).

Brand image Indonesia yang cinta damai di sini dapat terlihat. Bukan sebagai penengah yang tambah memperbanyak masalah. Bukan sebagai negara penjunjung damai dengan cara “membabat” Moscow seperti yang dilakukan oleh negara barat. Tapi Indonesia sebagai negara yang membuka ruang dialog untuk memfasilitasi perdamaian keduanya. Branding strategi ini mungkin tidak memiliki dampak yang signifikan dan tangible, tapi apabila dipupuk secara konsisten, brand image Indonesia sebagai negara cinta damai akan teringat terus di mata dunia.

Negara dengan sejuta keindahan

Siapa sih yang nggak terkagum-kagum melihat G20 di Bali kemarin? Netizen dari Indonesia maupun mancanegara tidak berhenti membicarakan megahnya event global ini.

Selain presidensi G20 yang terkesan sederhana, mewah, tapi khas Nusantara, Indonesia juga menggiatkan Spouse Program. Menargetkan pasangan-pasangan pemimpin G20, Spouse Program berhasil memamerkan budaya Indonesia. Mulai dari hasil kerajinan, makanan khas Indonesia, alat musik gamelan dari bambu ramah lingkungan, mengikuti workshop kerajinan tangan, dan lain sebagainya. Memperkenalkan cultural heritage di masa-masa ini adalah sebuah branding strategy yang tepat. Kok bisa tepat? Well, pertama-tama, momen G20 ini sangat dekat dengan musim liburan. Kedua, kini Gen Z dan Milenial khususnya dari negara barat cenderung lebih menyukai Cultural Tourism – alias travel ke negara orang bak seorang lokal. Dan Spouse Program adalah brand activation yang tepat untuk mendapatkan digital exposure dan social media marketing yang luas untuk mempromosikan keindahan budaya Indonesia.

Negara batik

Indonesia beruntung. Brand activation yang awalnya hanyalah soft-selling Batik, justru menjadi topik pembicaraan netizen seluruh dunia hingga viral. Yap! Berkat tweet seorang influencer dari Inggris, Batik Indonesia mendapatkan digital exposure yang amat sangat luar biasa. Tentunya, untuk kesuksesan brand activation satu ini, Indonesia harus berterima kasih pada warganet yang langsung bersatu membuat “tameng pertahanan” untuk warisan budaya satu ini.

Berkat social media dispute ini, warganet khususnya netizen dari barat teringatkan bahwa Batik adalah milik Indonesia. Batik adalah Indonesia.

Kejadian ini adalah bukti nyata bahwa viral marketing terkadang bisa membawa manfaat untuk brand activation.

Nation branding untuk Indonesia

Dan itulah beberapa dampak kesuksesan G20 Bali terhadap nation branding Indonesia. Perlu diingat bahwa brand activation yang dilakukan ini tidak hanya berdampak pada angka kunjungan wisatawan saja, tapi juga dari persepsi warga dunia terhadap Indonesia. Meski tak dapat dinilai, visi branding strategy inilah yang sebenarnya dibangun secara konsisten oleh negara kita sejak merdeka.

Bagaimana?

Apakah kamu juga ingin berkontribusi membangun brand image Indonesia di mata dunia?

Back To List Blog