The Branding Industry Pasca Pandemi - Part 2

The Branding Industry Pasca Pandemi - Part 2

Posted by Fullstop Indonesia on 29 October 2022

Kalau pada artikel sebelumnya kita telah membahas bagaimana dunia telah berubah setelah kehadiran pandemi covid-19 dan bagaimana kita bisa menguasai pasar dan situasi agar mendapatkan hasil yang maksimal, di blog kali ini kita akan membahas 2 hal lain yang tidak kalah penting bagi para pekerja creative industry / branding agency serta social media management agency.

Tidak hanya multinational company dan perusahaan skala national / family business yang telah turun temurun yang wajib beradaptasi. Dunia Pasca Pandemi mewajibkan seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali untuk beradaptasi dan menerima keadaan. Di sinilah respon kita menentukan perkembangan brand yang kita miliki, baik itu family business, enterpreneur muda, atau pun branding agency / social media / pekerja kreatif freelance (freelancer) kita semua dituntut untuk bertahan hidup. Bagaimana caranya?

Sama-sama gencarkan offline dan digital marketing activation

Angkat tangan yang tahun ini sudah pergi atau paling tidak membeli tiket untuk menghadiri event offline!

Nggak perlu malu-malu, akui saja bahwa kita semua adalah korban karantina yang sudah tidak sabar untuk berkumpul dan menikmati aktivitas-aktivitas secara normal. Di Surabaya aja misalnya, mulai awal tahun 2022, bisa dipastikan tiap bulan pasti ada event-event bazaar seperti Kepo Market. Dan event bazaar tidak pernah sepi pengunjung tiap kalinya. Mulai kuartal kedua tahun ini juga, semakin banyak artis-artis yang langsung keliling Indonesia atau dunia untuk bertemu para penggemarnya. Tidak hanya pekerja seni / pekerja creative industry yang terpikat, masyarakat umum pun sangat antusias menghadiri event-event seperti ini lagi. Memang, perlu diakui bahwa event offline tetap adalah tarikan massa yang kuat dalam konteks branding strategy dan marketing activation. Dari event offline-lah, sebuah brand bisa menempatkan dirinya lebih dekat dengan komunitas, berkomunikasi langsung dengan audience, dan membentuk loyalitas untuk jangka panjang. Ini adalah sesuatu hal yang sulit diraih dari social media marketing dan digital activation lainnya. Keunggulan offline event inilah yang perlu dipahami oleh pekerja brand / business owner dan creative agency untuk menghasilkan result yang efektif dalam kampanye pemasaran dan branding.

Meski demikian, aktivasi offline ini tetap harus diiringi dengan social media marketing yang kuat. Karena tidak dapat dipungkiri, peranan social media management yang tepat sangatlah penting untuk meningkatkan  awareness dan influence masyarakat zaman sekarang didorong oleh apa yang dilihatnya di media sosial. Ibaratnya begini. Tanpa dukungan dari digital activation, target audience tidak akan tahu apa-apa tentang brand-mu. Artinya, mereka juga tidak tahu kamu akan mengadakan event offline (kecuali kalau brand pasang billboard dimana-mana yang biaya per billboardnya dijamin mahal banget!). Dan… kalau tidak ada antusiasme terhadap event offline tersebut, maka hampir bisa dipastikan, jumlah pengunjung tidak semaksimal yang kita bayangkan. Sama saja gagal dong marketing strategy-nya kalau nggak ada yang datang!

Contohnya adalah event Kepo Market “City of Halloween” x FUKUMI yang diadakan tanggal 14-16 Oktober kemarin. Yes, sebagai branding agency dari Beras Porang FUKUMI, FULLSTOP Indonesia menyadari pentingnya membuat masyarakat Surabaya ini tahu keunggulan (Unique Selling Point) dan value dari brand yang kami ciptakan, FUKUMI. Maka bekerjasamalah FUKUMI dengan Kepo Market sebagai sarana offline marketing strategy. Aktivasi ini didukung dengan social media marketing strategy juga, seperti pemasangan iklan dan content build-up menuju hari-H event. Hasilnya? Berkat offline marketing, FUKUMI bisa menggaet komunitas-komunitas baru. Dan hal ini terefleksi juga pada rekam media digital - social media  (kenaikan followers, engagement, dan lain sebagainya).

Jadi, kedua strategi marketing baik offline dan online tetap harus berjalan beriringan. Mumpung nih, kita hidup di zaman digital yang menyediakan platform marketing murah di media sosial, ya kan? Kalau kamu tertarik berkecimpung di dunia kreatif / branding agency, FULLSTOP bisa jadi tempat yang tepat untuk kamu bertumbuh, klik link untuk tau lowongan kerja yang tersedia.

Adaptasi jawabannya

Kok FULLSTOP berani sih bagi-bagi rahasia branding seperti ini?

Well, semua orang, semua brand, semua creative agency, bisa membaca branding-marketing playbook yang sama. Tapi hanya orang-orang tertentu saja yang berani mengambil langkah untuk beradaptasi.

Brand tidak bisa mengandalkan strategi marketing yang dilakukan oleh pendiri-pendirinya 1 abad silam. Brand tidak bisa mengandalkan “nama brand kan sudah kuat, tidak mungkin audience beralih ke yang lain”. Big NO. Brand yang bisa bertahan untuk waktu yang lama adalah brand yang bisa beradaptasi. Menyesuaikan waktu. Menyesuaikan audience yang baru. Menyesuaikan perubahan trend. Brand yang tidak meratapi nasib tapi justru menggali potensi dari sebuah kejadian adalah brand yang bisa sukses secara konsisten.

“Dunia kreatif / creative industry berputar dengan cepat. Adaptasi jawabannya”, pesan yang sering disampaikan pada tim FULLSTOP oleh founder kami, Felicia Arista. Nggak usah jauh-jauh contohnya. Coba saja lihat sekelilingmu. Berapa banyak brand yang gulung tikar di masa awal pandemi? It’s saddening for us to day, dilansir dari CNBC Indonesia, ada lebih dari 30 juta UMKM yang bangkrut di tahun 2020 (Sembiring, 2021).

Memang, musibah ini bukan 100% karena kurangnya efektivitas branding dan marketing. Tapi poin dari apa yang ingin kami sampaikan di sini adalah, apabila masih ada kemungkinan untuk bangkit, brand harus berusaha sekeras mungkin untuk mempelajari situasi pasar yang baru dan beradaptasi mengikuti customer behaviour tersebut. Misalnya, brand yang awalnya hanya berfokus membuat konten katalog di Instagram, sekarang harus beradaptasi menunjukkan sisi lifestyle dari brand juga. Bisa dalam bentuk cuplikan lifestyle customer melalui reels atau TikTok. Bisa juga dengan merambah ke platform baru seperti TikTok Shop untuk meningkatkan sales. Semua ini hanya bisa dilakukan bila ada kemauan untuk beradaptasi dari brand dan creative agency yang bersangkutan. Seluk beluk dari platform Tik-tok hingga TikTok Shop menjadi tantangan tersendiri untuk creative / branding agency terus berkembang. Tidak mudah perjalanan tim FULLSTOP Branding Agency Indonesia hingga bisa dianugerahi label TikTok Shop Partner. Brand-brand yang ditangani oleh FULLSTOP pun demikian. Semua beradaptasi. Semua belajar dari nol lagi. Untuk apa? Ya supaya bisa mempertahan keberadaannya dalam jangka waktu yang panjang.

YES! It is the New Normal

Apakah dunia bisa kembali seperti semula sebelum ada pandemi?

Tampaknya, kita harus pelan-pelan mengakui bahwa dunia tidak akan kembali seperti dulu lagi. LEGOWO kalau kata orang jawa, menerima dengan lapang dada

The world will never be the same.

We will never be the same.

Kita adalah “spesies” yang sudah melalui badai pandemi dan oleh karenanya, kini bermetamorfosis menjadi “spesies baru” dengan kebiasaan baru, behaviour yang baru, interest yang baru, mimpi yang baru.

Oleh karena itu, menghadapi dunia pasca-pandemi ini, FULLSTOP Indonesia ingin mengingatkan teman-teman semua, family business owner, pegiat UMKM, creative agency, everyone, bahwa branding industry juga telah berubah. Dan untuk memasuki dunia branding dan marketing pasca pandemi ini, ada 3 hal yang diperlukan, yaitu:

  1. Menguasai situasi dan trend pasar
  2. Menggencarkan offline dan digital activation bersamaan
  3. Selalu beradaptasi

Berbekal ketiga poin di atas, niscaya branding strategy yang akan kamu lakukan di era New Normal pasca pandemi ini bisa meraup kesuksesan.

Semoga sukses selalu untuk kita semua!

Tertarik untuk bergabung dengan #superskwad untuk berkecimpung di creative agency ? klik link untuk tau posisi lowongan kerja yang tersedia.

Baca Part 1 di sini

Back To List Blog