The Branding Industry Pasca Pandemi

The Branding Industry Pasca Pandemi

Posted by Fullstop Indonesia on 26 October 2022

Nggak kerasa ya udah hampir 3 tahun kita hidup di tengah-tengah pandemi.

Bayi yang lahir di tahun 2020, kemungkinan besar sekarang sudah bisa bicara lancar. Mereka yang lahir di tahun 2020, kemungkinan besar menganggap memakai masker di luar rumah adalah hal yang lumrah, senormal memakai baju atau alas kaki ketika bepergian. Kita pun yang dulunya terbiasa jalan kemana-mana tanpa masker, sekarang merasa ada yang janggal kalau tidak ada penutup di wajah.

Selain kebiasaan baru dalam “berpakaian”, semenjak merajalelanya virus COVID-19, kita juga semakin terbiasa mengonsumsi konten-konten digital. Gimana nggak, selama PPKM, PSBB, dan apalah itu istilahnya, kita hanya berdiam diri di rumah dan hiburna satu-satunya adalah apa yang kita tonton di digital. Tengok aja ke kanan dan kiri.. hampir semua orang pasti berlangganan layanan streaming seperti Netflix, Disney+, atau VIU.

Intinya satu.

Gara-gara pandemi, kita jadi makin terbiasa melihat atau menerima apapun secara digital.

Perubahan yang terjadi di dunia mengakibatkan perubahan signifikan pada habit, interest, dan behaviour masyarakatnya. Hal ini merupakan pertanda bahwa branding strategy dan marketing activation yang selama ini kita ketahui harus berubah juga menyesuaikan dengan “perkembangan” atau “perubahan” di masyarakat. Maka dari itu, brand atau branding agency harus pintar-pintar membaca situasi dan beradaptasi.

FULLSTOP Branding Agency Indonesia dapat dibilang beruntung karena tim kami bisa dengan cepat beradaptasi dan melihat potensi pasar dari terjadinya musibah pandemi ini. Syukurlah, berkat analisa dan kemauan untuk belajar, brand-brand client kami semuanya berhasil melalui COVID-19 bahkan meraup kesuksesan tinggi akibat meningkatnya konsumsi digital.

Now that the pandemic is “over”, apakah kita bisa kembali ke strategi marketing yang lama?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, yuk simak hal-hal yang harus kamu lakukan untuk menggiatkan branding strategy dan marketing activation yang tepat pasca pandemi.

Menguasai situasi dan trend pasar

We can’t say it enough.

Semua branding strategy yang bagus dimulai dari market research yang tepat.

Kok bisa tahu sih kalau ada perubahan trend? Hmm, sebenarnya melihat atau forecasting trend ini bukan suatu hal yang butuh kekuatan gaib ya.. walaupun banyak banget yang tanya ke Founder & Director FULLSTOP Branding Agency Indonesia, Felicia Arista, apakah rumor bisa menebak masa depan adalah superpower-nya~

Perlu kita ingat bahwa kita sendiri adalah bagian masyarakat. Perubahan perilaku atau kebiasaan yang kita lalui, kemungkinan besar orang lain dengan tipe demografi yang sama akan mengalaminya juga. Begitu pula halnya dengan kepekaan terhadap digital consumption selama pandemi. Di masa-masa awal COVID-19, semua orang, tim FULLSTOP tak terkecuali, tiba-tiba jadi lengket banget sama handphone, sama laptop, sama aplikasi-aplikasi digital. Waktu yang kita lalui scrolling di Instagram makin hari makin panjang. Apalagi TikTok tiba-tiba gempar dan menawarkan segudang fitur-fitur baru yang membuat kita makin betah berlama-lama di aplikasi tersebut.

Nah, begitu pula sekarang.

Hampir 3 tahun setelah pandemi, sekarang kita khususnya generasi Millenial dan Gen Z memiliki kebiasaan scroll up atau swipe up setelah selesai melihat sebuah konten. Kalau sudah buka aplikasi TikTok, Instagram, atau Twitter, sudah deh.. Mata sekaan-akan nggak bisa berhenti untuk mengonsumsi konten-konten lainnya. Intensitas scroll pun makin hari makin banyak. Percaya deh, kita nggak akan bisa menghitung tepatnya berapa kali jempol kita melakukan aktivitas itu. Menurut Databoks, Indonesia menempati peringkat ke-10 sebagai negara yang penduduknya menghabiskan waktu paling lama di media sosial (Dihni, 2022). Angkanya mencapai 197 menit atau 3,2 jam per hari! Cukup gila dan mind-blowing, kan? Selain soal lamanya waktu di media sosial, manusia zaman now juga mengidap “penyakit” nggak bisa fokus lama-lama. Sebuah riset oleh Microsoft menyatakan bahwa attention span manusia sekarang telah turun drastis menjadi 8 detik saja (Ranieri & Co, 2021). Contohnya aja, meski pada caption sudah tertulis informasi detail produk dan cara pemesanannya, tapi pasti ada yang masih tanya hal-hal yang sebenarnya mereka baca sendiri. Contoh lainnya, ketika membaca berita, mata pasti akan langsung tertuju pada headline clickbait saja tanpa keinginan untuk membaca detailnya lebih lanjut. Berita menarik tersebut langsung kita sebarkan ke teman A, B, C. Dan semuanya juga termakan clickbait sehingga membagikan berita itu lagi ke circle-nya masing-masing. Alhasil, interpretasi dari headline clickbait ini jadi semakin cepat menyebar – entah interpretasinya betul atau salah. Contoh terakhir nih ya, ketika kita sedang scrolling di TikTok atau Instagram, kalau dalam beberapa detik pertama kontennya “kurang menarik”, jempol nggak akan segan-segan untuk langsung scroll up. “Next content!”, begitu ujarnya.

So, apa yang perlu brand dan branding agency ataupun pekerja kreatif pelajari dari semua hal ini?

Inti dari perubahan trend dan situasi pasar ini adalah:

  1. Konsumsi digital tinggi dan akan terus meningkat
  2. Rata-rata attention span target audience rendah dan butuh sesuatu yang attention-grabbing
  3. Informasi di media digital cepat sekali menyebar

Setelah memahami market behaviour manusia pasca-pandemi ini, maka berikutnya tugas brand dan branding agency adalah menyesuaikan branding strategy. Sebagai contoh, mengingat attention span yang rendah, maka konten atau iklan video dirancang agar pesan utama (seperti nama brand, program promo, atau product highlight) harus muncul sesegera mungkin dalam 2-3 detik pertama. Contoh lainnya, alih-alih menuliskan manfaat produk panjang lebar di konten, content creator dari branding agency bisa memanfaatkan skill copywriting agar pesan bisa dirangkum dalam 1-3 kata singkat, mengena, dan style “clickbait” alias yang bikin orang penasaran dan mau membaca lebih lanjut di caption. Dan masih ada banyak contoh-contoh lain yang bisa dilakukan oleh tim marketing brand atau creative agency untuk merespon customer behaviour pasca pandemi.

Ada 2 hal penting lainnya yang tidak boleh dilupakan oleh para pekerja kreatif yang berkecimpung di dunia branding agency / social media management serta para business owner, kira-kira apa ya? Simak dalam konten The Branding Industry Pasca Pandemi Part 2

Back To List Blog