Belajar Beriklan Di Google Ads Ala Branding Agency: 5-Minute Read
Google.
Search engine alias mesin pencari paling besar sedunia.
Didirikan pada tahun 1998.
Tahun 2021, ada 3,300,000,000 alias 3.3 milyar pengguna Google.
Terdapat 81,000 pencarian di Google tiap detik.
Melihat tingginya traffic ini, tidak salah apabila cukup banyak business owner dan advertiser yang ingin beriklan di platform Google.
So, without further ado, hari ini kita akan bahas fitur-fitur yang ada pada Google Ads. Kita akan bahas secara padat, singkat, dan jelas bagaimana kamu, para advertiser, family business owner, pengusaha UMKM, atau branding agency bisa beriklan di search engine raksasa dunia.
Search Ads
Ketika kamu mencari suatu topik di Google dan muncul beberapa hasil pencarian dengan tulisan [Ad] di sampingnya, itulah iklan Google Search.
Bukan semata-mata untuk awareness, iklan Search sebenarnya lebih bermanfaat untuk family business brand yang ingin meningkatkan consideration ketika audience sudah menunjukkan interest terhadap keyword terkait. Logikanya, ketika orang search Google “tisu wajah” misalnya, motif dibaliknya pasti adalah untuk mencari tahu tentang tisu wajah atau membeli tisu wajah. Benar, bukan? Nah, karena hakikat pada Google Search adalah pencarinya sudah menunjukkan interest, maka Search Ads bisa dipasang dengan menggunakan campaign goal Leads atau Website Traffic. Google akan menayangkan iklan Search Ads di waktu yang relevan dan ke orang-orang yang tepat agar audience bisa mengklik iklan tersebut.
Ada beberapa KPI yang bisa dipilih untuk kategori search ads, yaitu:
- Mengatur bidding untuk Cost per Mille (CPM) atau harga iklan per 1,000 impresi. Biasanya, CPM yang ideal untuk iklan di Indonesia berkisar antara Rp10,000-Rp15,000.
- Mengatur bidding Cost per Click (CPC) atau harga per klik. Angka pada bid ini adalah angka maksimum yang kamu mau bayarkan sehingga Google akan mengatur strateginya berdasarkan budget tersebut. Metode ini cocok untuk para advertiser dan family business owner yang memiliki budget Google Ads tidak terlalu banyak.
- Maximise Conversion untuk memaksimalkan konversi berupa klik. KPI ini berusaha untuk mendapatkan klik sebanyak-banyaknya, tidak peduli CPC mahal atau murah. KPI ini cocok untuk advertiser yang budgetnya lebih longgar dan memfokuskan pada hasil.
Sedikit INSIDER TIPS!
Untuk Search Ads, Google menyediakan beberapa opsi untuk menuliskan Header dan Description. Maksimalkan penggunaan Header dan Description tersebut sampai tidak ada sisa agar iklan Search Ads bisa berjalan lebih efektif.
YouTube Ads
Seperti yang kita ketahui dan alami sebagai pengguna, ada beberapa tipe YouTube Ads.
1. YouTube Skippable Ads
Adalah iklan yang bisa di-skip setelah 5 detik tayang. Tanpa perlu basa-basi, beberapa tips ala FULLSTOP Branding Agency Indonesia untuk iklan YouTube Skippable Ads adalah gunakan video berdurasi 15-30 detik! Berdasarkan pengalaman para advertiser di Google, rentang video berdurasi 15-30 detik memiliki hasil impresi dan konversi yang paling bagus daripada video lain-lainnya. Dan… dalam 5 detik pertama, kamu harus menunjukkan nama brand dengan jelas, baik secara visual maupun audio.
2. YouTube Non-Skippable Ads
Yap, ini iklan yang harus ditonton sampai habis. Walaupun durasinya bisa mencapai 30 detik, tapi kami sarankan sebaiknya jangan ya! Kita sebagai penonton sering sebal kalau iklan non-skippable terlalu lama, kan? Sooo, keep it short and simple! Perbanyak frame shot dalam beberapa detik supaya video terasa lebih cepat. Berdasarkan data dari Google, iklan dengan style editing seperti inilah yang memiliki hasil efektif untuk non-skippable ads.
3. YouTube Bumper Ads
FAKTA: 6-second non-skippable Bumper Ads memiliki Cost per Mille Impression (CPM) paling murah!
Google telah membuktikan bahwa YouTube Bumper Ads memiliki dampak signifikan pada Ad Recall. Artinya, penonton lebih mudah ingat brand yang menayangkan Bumper Ads ketimbang iklan YouTube lainnya. Namun, untuk meningkatkan efektivitas iklan, kami sarankan untuk memasang iklan Bumper Ads dan Skippable Ads sekaligus. Bumper Ads sebagai teaser atau summary dari kampanye, sedangkan Skippable Ads untuk menunjukkan detail kampanye dengan storytelling yang lebih menarik. Dijamin, brand akan mendapatkan awareness yang lebih tinggi!
4. YouTube Masthead
Pernah lihat ada sebuah billboard besar di homepage YouTube?
Well, that’s Masthead. Iklan YouTube satu ini sangat cocok untuk digunakan brand atau advertiser yang sedang mengadakan sebuah event dengan target audience yang teramat sangat luas. KPI untuk YouTube Masthead bisa berupa CPM atau CPD (Cost per Day). Selama 24 jam, iklan bak billboard di New York Times Square ini akan diperlihatkan pada 60 juta pengguna. Tentu saja, harga per impresinya lebih mahal daripada video YouTube biasa. Namun tidak dapat dipungkiri, reach dan awareness yang dihasilkannya juga begitu massive.
Tergantung dari objektif advertising-nya, YouTube bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan awareness dan mendorong brand consideration. Di awal pemasangan iklan, pada campaign goal, pilih saja yang mana yang lebih sesuai untuk brand atau client-mu, ya.
Display Ads
Mencari fleksibilitas dan ingin awareness yang massive? Pakailah Display Ads!
Dengan tipe iklan Display, kamu bisa menayangkan konten iklan ke jutaan network partner di Google seperti mobile app dan news sites. Selain di network partner, iklanmu juga akan muncul di Google Search dan YouTube apabila memiliki asset yang tepat. Jadi, kamu tidak perlu lagi memikirkan dimana saja iklan perlu dipasang. Cukup upload berbagai macam variasi asset, mulai dari foto, video, dan text. Google akan merangkai sendiri asset-asset ini untuk dijadikan iklan yang efektif. Fitur ini disebut dengan Responsive Display Ads.
INSIDER TIPS!
Memang, kamu bisa memasukkan link marketplace seperti Shopee atau Tokopedia sebagai landing page Display Ads. Namun, karena Google mengutamakan user experience, maka disarankan landing page iklan adalah sebuah halaman web – yang mana audience bisa membaca keunggulan produk dan mengklik tombol pembelian pada satu tempat yang sama. Misalnya, apabila kamu memiliki sebuah website, buatlah 1 page yang memberikan penjelasan singkat tentang Unique Selling Point brand dan tambahkan tombol “Shop Now” untuk diarahkan ke marketplace. Karena informasi pada landing page lengkap, Google seakan-akan lebih mendorong iklan untuk tayang sebanyak mungkin. Efek perbedaan landing page ini bisa kamu lihat dari Click-through Rate atau Cost per Click. Yuk coba dan buktikan sendiri bahwa cara ini membawa hasil yang lebih maksimal!
Shopping Ads
Ingin menarik sales conversion agar orang langsung berbelanja ketika melihat iklan? Shopping ads adalah tipe iklan yang cocok sekali untuk tujuan satu ini.
Iklan shopping bisa dilakukan oleh advertiser yang memiliki Google Merchant Center. Intip beberapa persyaratan dan tips menjalankan Shopping Ads ala FULLSTOP Branding Agency.
- Nama produk harus jelas. Gunakan format: Brand + Product Type + Attributes. Tapi jangan panjang-panjang. Cukup 150 karakter saja – padat dan singkat.
- Pastikan pada landing page terdapat informasi kontak brand. Bisa berupa nomor telepon, alamat email, alamat kantor, atau nama akun media sosial. Catatan kecil untuk branding agency: apabila ada missing information dari landing page brand client, silakan langsung hubungi pihak client untuk melengkapi data yang kurang ya. Karena hal-hal kecil seperti ini bisa mengganggu strategi kampanye iklan.
- Return policy. Ini satu faktor yang paling sering bikin shopping ads para advertiser kurang berjalan maksimal. Yap, Google lebih prefer iklan Shopping Ads yang mana terdapat Return Policy yang jelas di laman landing page. Tidak apa-apa kok kalau family business-mu atau client-mu tidak mengizinkan penukaran produk. Cantumkan saja informasi bahwa “barang yang sudah dibeli tidak diperbolehkan untuk dikembalikan”… and DONE! Se-simple itu perubahan yang perlu dilakukan, tapi hasil iklannya akan lebih bagus berkali-kali lipat.
- Of course, pastikan bahwa metode pembayaran yang akan dilalui oleh pengguna Google semuanya aman dan lengkap. Beberapa payment gateway yang bisa didaftarkan melalui Google Merchant Center adalah WooCommerce dan Shopify.
Lantas, bagaimana dengan brand, family business, atau UMKM yang tidak memiliki website sendiri? No problem!
Tidak ada website, tidak masalah kok. Alternatif lainnya, brand atau advertiser yang memiliki akun Shopee bisa menghubungi Account Manager masing-masing. Mereka akan memandu step by step bagaimana caranya untuk menghubungkan marketplace dengan Google Ads Account.
App Ads
FAKTA: 61% orang men-download sebuah aplikasi karena menemukannya dari “digital source”. Digital source yang dimaksud, 83% adalah iklan.
Mempromosikan aplikasi. Itulah dasar dari iklan App Ads. Namun, sebagai branding agency yang baik, tentunya kita tidak boleh gegabah dalam memasang Google App Ads. Seperti layaknya social media activation pada umumnya, diperlukan analisis situasi terlebih dahulu. Dalam konteks ini, analisis yang diperlukan adalah: di tahap manakah aplikasi yang ingin diiklankan ini?
Untuk memudahkan kita semua dalam memahami pengaplikasian Google App Ads, mari kita ilustrasikan dengan contoh.
1. Aplikasi baru saja aktif dan launching!
Dalam hal ini, yang biasanya menjadi objektif business owner dan advertiser adalah mendapatkan user-user baru sebanyak mungkin. Aplikasi di tahap ini launching atau pre-launching membutuhkan angka install yang tinggi. Jadi, untuk digital advertising activation, gunakan CPI alias Cost Per Install sebagai KPI kampanye iklan.
Rumus CPI = Biaya iklan / Total install yang diharapkan
2. Aplikasi sedang tumbuh dan berkembang!
Ketika dalam fase ini, install tetap saja dibutuhkan. Tapi, fokus utamanya adalah bagaimana mendorong orang-orang yang install untuk melakukan suatu aksi pada aplikasi agar membangun in-app revenue.
Memang bisa diubah settingnya?
YES, YOU CAN!
Pada Google Ads, tetap tujuan kampanye yang dipilih ada App Install. Namun, pada bagian budget and bidding, pastikan kamu pilih “In-app action” sebagai fokus dari bidding strategy. Sehingga Google akan menayangkan iklan ke orang-orang yang paling besar kemungkinannya melakukan install aplikasi baru dan langsung melakukan aksi atau aktivitas di app tersebut.
3. Aplikasi sudah matang dan well-established!
Jumlah install sudah lebih dari 250,000. Cukup bagus, tapi masalahnya, hanya sedikit aktivitas pada app alias aplikasi menjadi dorman walau banyak penggunanya. Nah, ini saatnya brand atau advertiser menggunakan Google Ads dengan pemilihan tujuan kampanye App Engagement. Iklan ini akan jalan sangat efektif apabila dijalankan dengan Custom Audience dari database customer. Untuk apa? Agar iklan yang tepat ditayangkan ke orang-orang yang memang sudah memiliki aplikasi tersebut untuk kembali menggunakan app. Ibarat sebuah reminder – entah untuk check out, untuk menyelesaikan misi, atau untuk mendapatkan bonus dari referral.
Mulai beriklan di Google!
Singkatnya, ada 5 fitur Google Ads yang bisa kamu gunakan.
Search. YouTube. Display. Shopping. App.
Daripada menerka iklan jenis apa yang cocok untuk brand-mu atau brand client, kami sarankan langsung saja mencoba menjalankan digital advertisement di platform Google. Lakukan trial and error sendiri. Dijamin bakal lebih paham seluk-beluk Google Ads deh~
Okay, sampai di sini dulu diskusi kita tentang Google Ads.
Apabila dibutuhkan bantuan atau konsultasi tentang pemakaian Google Ads, jangan segan-segan untuk kontak FULLSTOP Branding Agency Indonesia di sini ya. Sampai jumpa!