Bikin Sales Dan Social Media Activation Melesat Pesat Dengan 3 Strategi Jitu No Tipu-Tipu

Bikin Sales Dan Social Media Activation Melesat Pesat Dengan 3 Strategi Jitu No Tipu-Tipu

Posted by Fullstop Indonesia on 28 September 2022

Sesuai janji di artikel kemarin, kali ini kita akan kupas sampai tuntas strategi social media activation supaya insight dan sales sama-sama berlari kencang. Family business owner, pengusaha UMKM, digital marketer, branding agency, yuk simak!

Content pillar

Content pillar adalah panduan yang akan menjadi patokan sebagaimana konten media sosial akan dirumuskan dan dirancang.

Fungsinya? Well, tentu saja untuk membuat social media activation menjadi lebih terarah.

Apakah bulan ini kamu akan fokus ke hardsell produk A?

Ataukah bulan ini kamu ingin memperbanyak product knowledge atas produk B?

Atau mungkin, kamu ingin lebih connect dengan audience-mu melalui konten lifestyle?

Goal social media activation ini akan menjadi pondasi branding agency atau digital marketer dalam membuat konten. Ada berbagai macam kategori, masing-masing memiliki tujuan social media activation yang berbeda.

Berikut beberapa contohnya.

  1. Product knowledge yang berfungsi untuk memperkenalkan produk dan menonjolkan manfaat dari produk. Kategori ini biasanya dapat berupa grafik, trivia, ataupun video yang menunjukkan produk secara detail. Karena konten berfokus pada “aku” alias si Brand, maka product knowledge bisa dibilang content pillar untuk menaikkan “sales”.
  1. Hard Sell Promotion. Sesuai namanya, konten ini terang-terangan mendorong audience untuk melakukan purchase. Hard Sell Promotion biasa dibarengi dengan CTA (Call-To-Action) pada gambar. Pada brand-brand yang memiliki social media activation yang bagus, biasanya konten seperti ini cukup jarang dilihat kecuali pada saat ada suatu event besar – seperti mega sale, promo tanggal kembar, atau launching.
  1. Content pillar satu ini bertolak belakang dengan hard sell promotion. Tidak lagi mendorong orang-orang untuk membeli, tapi Lifestyle menonjolkan cerita atau experience dari produk atau brand. Beberapa contoh konten lifestyle adalah tips memasak, rekomendasi aktivitas, ide jualan, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengalaman FULLSTOP Branding Agency Indonesia, konten seperti inilah yang disukai oleh target audience karena akun brand tampak lebih “manusiawi” dan bisa membangun koneksi dengan audience. Alhasil, social media insight pun naik.
  1. Interaction berfungsi untuk meningkatkan engagement antara audience dengan brand. Biasanya, konten interaction dapat berupa quiz, games, ataupun story pada Instagram yang memiliki banyak fitur interaksi.

Kalau ditanya, berapa jumlah konten product knowledge, konten promotion, atau konten lifestyle yang harus di-post tiap bulan?

Well, tidak ada rumus content pillar yang paling tepat. Apa yang efektif di bulan pertama belum tentu terulang kembali di bulan kedua. Oleh karena itu, pada mulanya pasti TRIAL & ERROR.

Sebagai contoh, di industri makanan, puncak keramaian sebuah bakery biasanya di bulan natal atau lebaran. Dan bulan paling sepi biasanya di September dan Oktober. Branding agency yang baik akan membuat konten yang mengakomodasi gejolak pasar ini. Content planner bisa mengevaluasi konten Lifestyle selama 7-10 hari. Apakah insight tetap bagus? Apakah sales di offline atau online store meningkat atau menurun? Apabila semuanya bagus, maka strategi social media yang sama bisa dilanjutkan. Apabila insight menurun, maka perlu memperbanyak konten Interaction. Kalau sales yang menurun, maka diperlukan konten Hard Sell atau Product Knowledge yang banyak. Selang beberapa waktu, content planner akan mengevaluasi lagi dampak pergantiannya. Begitu terus berikutnya.

Contoh lainnya, nih, untuk brand barang kebutuhan sehari-hari. Alih-alih fokus Hard Sell di awal bulan, brand akan menggiatkan kampanye lifestyle agar membangun interaksi dan koneksi dengan audience. Hal ini digaungkan terus-menerus agar pada saat tanggal muda alias gajian, audience bisa mengingat dan memilih brand yang memiliki impresi paling baik. Tahu darimana kalau strategi ini pasti efektif? Well, karena sudah ada banyak digital marketer yang telah membuktikan cara ini berhasil. Dari TRIAL & ERROR ini, kita akhirnya bisa menilai konten seperti apa yang paling membawa dampak paling bagus untuk brand agar insight maupun sales seimbang.

Sudahkah kamu membuat content pillar untuk media sosial brand-mu?

Gunakan fitur iklan

Jangan asal beriklan! Iklan pun ada strateginya.

Tidak dapat dipungkiri, strategi iklan yang dipasang akan sangat mempengaruhi angka penjualan maupun social media insight dari brand. Khususnya apabila iklan tersebut dipasang melalui Facebook atau Instagram – yang notabene merupakan platform media sosial yang saat ini masih menjadi platform utama semua brand untuk berkomunikasi dengan audience.

FACT!

  1. Memasang iklan dengan tujuan Awareness pada Meta Ads Manager dengan landing page ke link Instagram akan meningkatkan angka Reach pada insight Instagram secara pesat. Apabila iklan Awareness dimodifikasi dengan frequency capping lebih intens, maka angka Impression pada insight Instagram secara eksponensial akan naik drastis pula.
  2. Kampanye iklan Engagement yang dipasang dari sebuah komputer dan smartphone memiliki tingkat efektivitas yang berbeda cukup signifikan. Tebak mana yang lebih efektif? Kalau kamu jawab dari smartphone, 100 untukmu! Update sistem iklan pada Meta Ads Manager di tablet atau PC mengakibatkan beberapa engagement pada iklan, khususnya berupa video, hanya terhitung pada iklan itu saja – bukan pada insight Engagement Instagram secara general.
  3. Iklan Traffic terbukti sangat efektif untuk meningkatkan consideration audience untuk membeli brand atau produkmu. Terbukti, CTR pada Traffic jauh lebih tinggi ketimbang CTR pada iklan-iklan lainnya. Apalagi kalau dipasang pada tanggal muda dengan audience yang tepat.
  4. Boost post di platform Instagram efektif untuk menaikkan angka profile visit dan secara tidak langsung berdampak pada kenaikan angka followers. Tapi sayangnya, biaya CPR alias cost per result boost post lebih mahal daripada iklan Traffic pada umumnya.
  5. Pernah dengar CPAS alias Collaborative Performance Advertising Solution? Yap, CPAS sangat efektif untuk menaikkan angka penjualan, ASALKAN brand sudah berskala nasional dan tertancap di benak masyarakat. Ibarat AQUA atau WARDAH. Tapi, kalau brand-mu belum memiliki brand awareness sebesar itu, dijamin CPR untuk CPAS akan teramat sangat mahal!

Itulah beberapa fakta beriklan di platform Meta berdasarkan pengalaman FULLSTOP sebagai branding agency Indonesia yang juga menangani digital marketing & advertising. Awalnya, FULLSTOP juga melakukan trial and error. Karena konsistensi dalam beriklan inilah, akhirnya kami bisa melihat bagaimana masing-masing iklan membawa manfaat yang berbeda-beda.

Sama seperti content pillar, pemilihan konten iklan pun harus disesuaikan dengan apa tujuan yang ingin dicapai oleh brand pada bulan tersebut. Kalau kita membahas marketing funnel secara general, idealnya adalah sebagai berikut.

  1. Iklan Awareness di awal sampai menjelang tanggal muda dengan pemilihan audience yang luas (tanpa atau minim detailed targeting) untuk memperkenalkan brand ke orang-orang baru sebanyak mungkin. Efektivitas iklan Awareness berbeda-beda tiap brand, jadi harus disesuaikan manakah yang lebih efektif: Foto atau video, Product knowledge atau lifestyle, dan lain-lain.
  2. Iklan Consideration menjelang tanggal muda dengan pemilihan audience yang lebih detil untuk mendorong orang-orang mempertimbangkan memilih brand-mu daripada brand lain. Konten yang cocok biasanya berupa lifestyle, karena audience bisa melihat pengaplikasian brand pada kehidupan nyata sehingga lebih terdorong untuk melakukan suatu aksi pada iklan.
  3. Iklan Sales atau Conversion pada tanggal muda. Advertiser dapat membuat Remarketing List dengan menggunakan data audience yang telah melihat atau berinteraksi dengan akun atau iklan brand selama 30-90 hari terakhir. Karena hanya orang-orang yang benar-benar menunjukkan antusiasme pada brand-lah yang kemungkinan besar akan melakukan pembelian langsung dari iklan tersebut.

Namun, seperti yang kita ketahui, tidak semua brand bisa melihat hasil yang gemilang dari iklan CPAS. Oleh karena itu, tidak masalah apabila kombinasi iklan tidak sesuai dengan advertising playbook pada umumnya. Lagipula, tidak semua iklan bertujuan untuk meningkatkan sales. So, strategi digital marketing yang paling tepat adalah dengan rutin melihat dan mengevaluasi efektivitas iklan pada insight dan sales. Ada kalanya kita harus memasang iklan Engagement supaya lebih banyak orang berinteraksi dan membangun koneksi dengan brand pada social media. Ada kalanya kita harus memasang iklan boost post agar orang-orang awam penasaran untuk melihat akun brand dan mempelajari siapa brand itu. It all depends on the situation.

Bangun koneksi

Last but not least, jangan lupa. Tujuan utama media sosial itu sebenarnya untuk apa?

YES! Untuk membangun RELASI dengan komunitas. BUKAN JADI LAPAK.

Oleh karena itu, brand yang berhasil membangun koneksi-lah yang akan menjadi sukses dalam jangka panjang. Bayangin aja, kalau brand selalu melakukan hard sell, audience akan capai mendengar hal yang sama dikumandangkan nonstop. Benar, kan?

Kalau kamu merasa brand-mu lama-kelamaan makin mirip dengan tante-tante Pasar Atom yang promo terus, yuk ikutin beberapa tips ala FULLSTOP Branding Agency di bawah ini!

  1. Ikuti trend-trend baru yang disukai oleh target audience, misalnya dengan membahas isu-isu terkini, bisa politik, sosial, keuangan, lingkungan, atau selebritas. Bisa juga dengan menggunakan konten meme, reels lagu yang lagi viral, atau trend lain seperti Woo Young-woo Kimbap yang sempat hits beberapa minggu lalu. Jangan hanya menunjukkan product knowledge saja ya!
  1. Bangunlah cerita atau experience. Coba posisikan dirimu sebagai seorang calon customer. Gambar A adalah foto sebuah sosis dengan tulisan “Cocok untuk Pesta BBQ”. Gambar B adalah foto sekumpulan anak-anak muda sedang melakukan BBQ Party – ada yang makan, ada yang sedang di panggangan, ada yang tertawa. Manakah yang lebih menggugah selera? Mayoritas akan menjawab gambar B. Kalau kata Matthew (2021), “sell the sizzle, not the sausage.”
  1. Ingat, followers bukan segalanya. Memiliki banyak followers tidak sama dengan angka penjualan yang tinggi. Namun, kalau engagement rate pada media sosial tinggi, itu artinya kamu telah berhasil membuat target audience suka dan nyaman dengan apa yang brand-mu. Dan hal ini akan berimbas pada kesetiaan brand untuk selalu memilih brand-mu ketimbang brand lain untuk long term-nya. Seorang digital creator Hariyanto Chung (2022) membuktikan bahwa murid-muridnya pernah atau sering membeli Starbucks tapi tidak ada satupun yang memfollow akun media sosial Starbucks!

Yup, media sosial pada dasarnya adalah TOUCHPOINT. Instagram bukanlah satu-satunya marketing activation. Even if your brand does not have any offline store, followers Instagram tetap bukanlah matriks penjualan. Sooo, jangan terlalu pusing dengan angka followers. Mulailah menghitung seberapa erat koneksi dan interaksi yang erat dengan target audience-mu!

What is the best social media marketing strategy?

Menurut FULLSTOP, the best social media marketing strategy adalah ketika orang yang melakukannya paham apa yang dia lakukan.

Paham strength, weakness, opportunity, dan threat (SWOT) dari brand.

Paham manfaat fitur-fitur social media dan menggunakannya secara tepat.

Paham bagaimana cara mendekatkan diri dengan target audience.

Kalau hal-hal ini dipahami dengan betul, well, that’s your best social media marketing strategy. Karena pada dasarnya, efektivitas digital activation selalu berubah-ubah. Tergantung trend. Tergantung waktu. Tergantung situasi pasar. Dari sebegitu banyaknya variabel yang berubah, yang tetap konstan hanyalah satu, yaitu kepahamanmu dalam melakukan social media marketing. Oleh karena itu, your understanding is your best weapon indeed!

Nah, sekarang sudah paham kan bagaimana membuat strategi social media activation yang efektif untuk insight dan sales? Yuk diaplikasikan segera ke akun media sosial brand-mu!

Back To List Blog