Konglomerasi: Bisnis Keluarga Atau Bukan?
PT HM Sampoerna, Tbk.
PT Indofood Sukses Makmur
Walmart Inc.
Walt Disney Co
Keempat nama di atas bak “a tip of iceberg” dari ratusan bahkan ribuan perusahaan raksasa di dunia.
Tapi… tahukah kamu bahwa beberapa giant company yang nilainya triliunan ini sebenarnya adalah bisnis keluarga?
Nah, sebelum kita masuk ke detailnya, alangkah baiknya bila kita mendefinisikan terlebih dahulu apa itu bisnis keluarga dan apa saja yang melingkupinya.
Bisnis keluarga atau family business adalah bisnis yang mana keputusan terkait kepemilikan dan manajemen dipengaruhi oleh anggota keluarga. Menurut survey yang diselenggarakan oleh Pricewaterhouse Coopers pada tahun 2014 menunjukkan lebih dari 95% bisnis di Indonesia dimiliki keluarga (Irawan et al, 2019).
Apa sih tandanya bahwa sebuah badan usaha adalah bisnis keluarga?
Well, ciri-ciri utamanya adalah permodalan pembangunan usaha berada di tangan satu orang atau satu keluarga pemilik, yang mana anggota keluarga lainnya terlibat dalam manajemen operasional. Intinya, perusahaan ada dalam kendali satu keluarga. Mayoritas bisnis keluarga adalah usaha mikro, kecil, dan menengah, karena skala usaha belum begitu besar sehingga semuanya dapat dikendalikan oleh satu atau beberapa orang saja. Ada pula UMKM yang merupakan hasil “kerja sama” dari satu keluarga dengan keluarga yang lain (sebagai contoh, asas pertemanan). Bisnis keluarga erat kaitannya dengan suksesi juga. Ketika generasi pendiri sudah berumur, bisa dikatakan hampir semua bisnis keluarga akan jatuh ke anak atau anggota keluarganya yang mampu, disebut sebagai generasi kedua. In short, ketika skala perusahaan masih tergolong “kecil”, asalkan dikendalikan sendiri oleh keluarga, dimodali sendiri oleh keluarga, dan lain sebagainya, maka usaha tersebut adalah family business.
Lantas, bagaimana kalau ada orang lain yang bukan keluarga pemilik ikut membantu memodali usaha tersebut?
Lain lagi ceritanya.
Konsepnya hampir sama. Yang membedakan adalah adanya minimum persentase kepemilikan (share ownership). Untuk family business skala UMKM, maka kepemilikan yang harus dimiliki oleh keluarga tersebut adalah minimal 50% dari total share ownership (Kusuma, 2018). Sedangkan untuk sebuah bisnis berskala besar, khususnya perusahaan terbuka (Tbk), anggota keluarga harus memiliki 20% share ownership. Di bawah itu, maka sebenarnya sebuah bisnis tidak dapat dikatakan sebagai family business lagi.
Case Study 1
Mari kita ambil contoh Walmart Inc.
Beberapa dari kalian mungkin pernah mendengar brand Walmart dari film-film barat. Walmart adalah perusahaan retail multinasional. Ibarat versi Amerika dari Alfamart atau Indomaret gitu ya. Yes, sebegitu banyaknya outlet Walmart di negeri Paman Sam. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1969 oleh Sam Walton sebagai chairman dan CEO Walmart. Setelah lebih dari 2 dekade, Walmart diturunkan pada anaknya, Rob Walton yang menjabat sebagai Chairman. Dan kini, menantu dari Rob Walton-lah yang menempati posisi utama di perusahaan raksasa ini. Bagaimana dengan posisi CEO? Well, sejak turunnya Sam Walton sebagai Chairman & CEO, tidak pernah sekalipun anggota keluarga Walton memegang posisi ini. Lantas, apakah Walmart bisa disebut sebagai bisnis keluarga?
Apa pendapatmu? Yes or no?
Jawabannya adalah, yes. Chairman adalah posisi paling tinggi dalam sebuah perusahaan, yang mana orang tersebut mengepalai Board of Directors. Sedangkan CEO adalah posisi tertinggi dalam hierarki operasional sebuah perusahaan. Jadi, bila seluruh susunan organisasi ini dijadikan satu, Chairman-lah yang menempati kursi paling tinggi. Anggapannya, tanpa perlu bekerja dan pusing mikirin operasional pun, uang akan terus masuk ke kantor Chairman. Namun, tentu saja, Chairman bersama dengan Board of Directors memiliki tugas untuk memutuskan arah perusahaan kedepannya. Walton Family juga demikian. Keluarganya hingga kini masih menjadi figur yang paling influential dalam Walmart Inc, walaupun tidak terjun 100% dalam operasional kerja. Selain itu, Walton Family juga memenuhi syarat minimum 20% share ownership (seperti yang ditulis di awal artikel ini). Ada Walton Enterprise LLC yang memegang 35% dan Walton Family Holdings Trust yang memiliki 15% saham (Johnston, 2020). Rob Walton sendiri juga memiliki saham Walmart sebesar 0.09%. Sudah lebih dari 50% share Walmart berada di tangan keluarga Walton. Maka, tak pelak bila Walmart disebut sebagai salah satu bisnis keluarga terkaya di dunia, bukan?
Case Study 2
Kalau tadi kita bahas perusahaan yang berbasis di Amerika, sekarang kita akan bahas bisnis keluarga asal Indonesia.
Tahu Sinar Mas?
Sinar Mas merupakan sebuah brand perusahaan yang bergerak di berbagai sektor, seperti pulp dan kertas, agribisnis, jasa keuangan, real estate, telekomunikasi, energi dan infrastruktur, hingga kesehatan dan pendidikan. Didirikan sejak tahun 1938 oleh Eka Tjipta Widjaja, Sinar Mas telah melebarkan sayapnya ke berbagai sektor dan menoreh kesuksesan. Ada naik, ada turun, Sinar Mas juga sempat terkena masalah, seperti konflik keluarga yang 2 tahun lalu menimpa konglomerasi ini (Jatmiko, 2020).
Beda dengan Walmart yang mana keluarga pendiri tidak lagi menjabat sebagai CEO, Sinar Mas Group menunjuk generasi ketiganya, Michael Widjaja, sebagai pimpinan perusahaan. Komisaris yang mengepalai Sinar Mas juga merupakan anggota keluarga Sinar Mas. Meski diberitakan pengajuan gugatan telah dilayangkan, pada laman Sinar Mas Agro Resources Technology (2022), masih tertulis Franky Oesman Widjaja, anak dari Eka Tjipta Widjaja, sebagai Komisaris Utama konglomerasi ini.
Apakah Sinar Mas masih pantas disebut sebagai bisnis keluarga?
Bukankah pemegang saham terbesar Sinar Mas adalah PT. Purimas Sasmita, bukan sebuah instansi atas nama keluarga Widjaja?
Eits… jangan salah. Mari kita telusuri PT. Purimas Sasmita.
Menurut Bloomberg (2022), Franky Oesman Widjaja berada dalam jajaran Board of Directors PT. Purimas Sasmita. Jika ditelaah lebih dalam, PT. Purimas Sasmita sebenarnya adalah anak perusahaan dari Golden Agri Resources – perusahaan minyak kelapa sawit asal Singapura (GAR, n.d). Siapakah komisaris dari GAR? Tidak lain tidak bukan, adalah Franky Oesman Widjaja dan saudaranya. Tapi, karena Golden Agri Resources ini adalah sebuah perseroan terbuka, maka publik pun bisa memiliki saham di dalamnya. Lantas, siapa pemegang saham GAR terbesar? Well, lebih dari 50% saham GAR dimiliki oleh The Widjaja Family Master Trust melalui Flambo International Ltd. Dan, sebagai penutup manis rantai ini, Flambo International Ltd adalah anak perusahaan dari…. YES! Sinar Mas.
Pasti bingung pusing tujuh keliling, kan?
Biar gampang, nih kita rangkumkan hasil penelusuran kita ya.
Sinar Mas → 92% sahamnya dipegang oleh PT. Purimas Sasmita
PT. Purimas Sasmita → anak perusahaan dari Golden Agri Resources
Golden Agri Resources → lebih dari 50% sahamnya dimiliki oleh The Widjaja Family Master Trust, melalui Flambo International Ltd
Flambo International Ltd → perusahaan investasi di bawah Sinar Mas
Jadi, apakah Sinar Mas memenuhi syarat kepemilikan share di atas 20%?
Sepertinya, jawabannya adalah iya.
Case Study 3
Contoh terakhir masih dari keluarga konglomerat Indonesia, keluarga Sampoerna. Pasti kita semua pernah membaca atau mendengar berita keluarga ini. Apalagi arek-arek Suroboyo yang tiap hari lewat area Merr & Rungkut ya, hehe, pasti familiar banget sama nama Sampoerna.
Yap, perusahaan rokok terbesar di Indonesia ini dirintis lebih dari 1 abad yang lalu oleh Liem Seeng Tee dan istrinya Tjiang Nio. Walaupun awalnya banyak cobaan, tetapi usaha mereka melihat secercah harapan di era 1940 an ketika PT HM Sampoerna ini tumbuh pesat. Beberapa waktu kemudian, perusahaan diturunkan ke kedua putri Liem Seeng Tee, tapi sayangnya, keduanya tidak membawa kesuksesan. Bisnis pun diteruskan oleh sang putra kedua, Aga Sampoerna, kemudian dilanjutkan oleh Putera Sampoerna. Di periode inilah bisnis Sampoerna menjadi perusahaan terbuka. Saat ini, Putera Sampoerna masih menjabat sebagai Presiden Komisaris, dan anaknya memegang posisi Presiden Direktur. Beberapa sanak saudara Sampoerna lainnya juga masih terlibat, entah sebagai komisaris, wakil presiden komisaris, dan lain sebagainya.
Sejak beberapa tahun silam, PT. Philip Morris Indonesia mengakuisisi 90% lebih saham Sampoerna. Sisanya? Saham dijual dan dimiliki oleh publik. Masih belum diketahui apakah mirip dengan Sinar Mas, keluarga Sampoerna juga memegang saham di dalam PT. Philip Morris Indonesia. Yang jelas, pemegang saham terbesar di Sampoerna ini merupakan anak perusahaan dari Philip Morris International, yang mana dikepalai oleh orang dari Polandia dan saham terbesarnya dipegang oleh perusahaan investasi The Vanguard Group Inc.
Menurutmu, apakah PT HM Sampoerna Tbk masih terkualifikasi untuk disebut sebagai bisnis keluarga Indonesia?
Branding Strategy untuk Konglomerasi
Nah, itu dia ketiga contoh perusahaan raksasa di sekitar kita yang terdapat nilai-nilai bisnis keluarga.
Apakah perusahaan sebesar mereka masih butuh brand activation? Masih perlu ya!
Brand activation masih bisa memberikan dampak yang positif bagi perusahaan terbuka berskala nasional yang ingin melebarkan sayapnya ke kancah internasional. Dibutuhkan identitas branding yang kuat, branding strategy, dan social media activation agar perusahaan bisa menembus pasar baru yang belum pernah dijajaki sebelumnya. Kalaupun perusahaan sudah terkenal sedunia, brand activation tetap penting. Namun, tujuan brand activation bukan lagi untuk awareness. Branding strategy yang diperlukan adalah untuk mempertahankan citra baik masing-masing brand agar selalu dipercaya oleh partner maupun customer.
“A brand for a company is like a reputation for a person. You earn reputation by trying to do hard things well.” – Jeff Bezos