BA Artis Korea, Apa Masih Efektif?
Tiap ada baliho di jalan, selalu ada wajah orang Korea.
Tiap nonton iklan di TV, ada aja wajah artis Korea yang muncul.
Buka media sosial, eh ketemu iklan yang ada wajah Korea-nya.
Yap, sekarang lagi ada banyak banget brand asli Indonesia yang menggandeng artis Korea papan atas sebagai brand ambassador.
Bangga?
Tentunya, dong. Hal ini membawa arti bahwa produk buatan anak bangsa sebenarnya memiliki kualitas yang oke. Nggak mungkin dong artis Korea sembarangan pilih brand yang mutunya nggak terjamin.
Apalagi, tampaknya hubungan antara Korea Selatan dengan Indonesia semakin erat karena tahu betapa besarnya pecinta K-Content di nusantara. LIhat saja SM Entertainment, yang nggak tanggung-tanggung, membuka kantor regional di Indonesia agar memudahkan komunikasi antara artis SM dengan fans dan brand yang ingin berkolaborasi dengan artisnya. Tidak heran, pasar pecinta Korea besar sekali di Indonesia. Menurut sebuah survei yang diambil dari jumlah viewers video dengan konten K-Pop di YouTube, Indonesia berada di peringkat 2 dengan kontribusi view terbanyak (Gumelar et al, 2021). Menurut laporan resmi K-Pop Twitter pada tahun 2020, Indonesia juga disebut sebagai negara dengan tweet tentang K-Pop terbanyak dari 20 negara yang ada di daftar (Reditya, 2021).
Kaget?
Hmm.. nggak juga sih. Dengan begitu banyaknya fans Korea di sekitar kita, seberapa sering lagu-lagu Korea diputar, maka sudah tidak heran lagi kalau negara kita konsumen terbesar dari K-Content.
Melihat market interest ini, brand lokal pun kini banyak yang berpaling hati. Yang semulanya direpresentasikan oleh selebriti Indonesia, kini beberapa brand memilih artis Korea. Mulai dari brand kecantikan, consumer goods, sampai e-commerce. Semuanya berlomba-lomba untuk menampilkan artis Korea yang sedang naik daun dan digandrungi oleh pasarnya.
Kalau kalian adalah family business owner, khususnya yang ingin melakukan brand activation dan social media marketing skala besar-besaran, pikiran untuk menggaet artis Korea pasti pernah sesekali terlintas.
Untuk menjawab keraguan kalian, kami sebagai branding agency akan membahas apakah memilih brand ambassador Korea untuk brand masih efektif sekarang ini.
Siapa segmentasi pasar yang ingin ditarget?
Mau bahas soal social media marketing, brand activation, merchandising, apa saja topiknya, hal yang paling dasar adalah memahami segmentasi pasar. Siapa sebenarnya orang-orang yang ingin ditarget? Siapa yang seharusnya menjadi konsumen dari produkmu ini?
Dengan menjawab pertanyaan ini, maka kita bisa lebih mudah melakukan seleksi artis-artis siapa saja yang sekiranya sesuai untuk merepresentasikan brand.
Misalnya, kamu memiliki family business di bidang skincare wanita.
Dari sini, perlu dianalisa detailnya, di usia berapakah wanita mulai melakukan skincare. Anggap saja umur 20an ke atas.
Lalu, perlu dipikirkan juga harga dari produk skincare yang akan dijual.
Timbullah pertanyaan, status ekonomi atau status sosial dari pasar yang ingin ditargetkan itu seperti apa?
Dengan memahami karakteristik secara mendalam, maka kamu bisa mendapatkan analisa behaviour dan bagaimana segmentasi pasar memiliki kecenderungan dalam membeli suatu barang. Apakah mereka mudah terpengaruh oleh artis Korea? Apakah mereka tidak memedulikan siapa BA dari brand? Apakah mereka rela beli produk skincare sebanyak mungkin untuk mendapatkan photocard dari artis Korea yang disukainya? Semua itu akan terjawab ketika market analysis telah dilakukan.
Hal ini ada hubungannya dengan proses pemilihan brand ambassador juga, lho!
Kok bisa?
Well, artis Korea tampaknya memiliki “pasar” tersendiri di Indonesia.
Contohnya, bagaimana semua orang, tua muda, laki-laki perempuan, pasti tahu siapa itu Lee Min-ho dan Choi Si-won. Jadi, bila produkmu ingin menargetkan general public, alangkah baiknya bila menggunakan brand ambassador yang dikenal dan dipercaya oleh semua khalayak juga. Contoh produk yang cocok menggunakan BA sejenis Lee Min-ho atau Choi Si-won adalah produk kebutuhan sehari-hari seperti air minum, mie instan, dan lain sebagainya. Maka, tak salah bila Mie Sedaap dan Sasa menggandeng Choi Si-won sebagai brand ambassador-nya.
Selain mereka, ada juga artis yang memiliki pasar lebih niche, yaitu di kalangan perempuan usia belasan hingga 20-30an. Artis yang dimaksud contohnya adalah EXO atau bisa juga aktor Korea seperti Kim Seon-ho. General public yang tidak terlalu mengikuti K-Content belum tentu mengenal mereka. Laki-laki berusia muda yang jadi fans artis-artis ini juga jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan. Maka dari itu, brand yang produknya diminati oleh perempuan “Zillenial”-lah yang paling tepat menggunakan artis seperti EXO dan Kim Seon-ho.
Ada juga artis yang pasarnya jauh lebih muda lagi, yaitu remaja yang masih usia belasan. Contohnya seperti NCT, Treasure, dan lain sebagainya. Karena usia anggota band yang terbilang cukup muda, maka audiens mereka pun juga muda-muda yang mayoritas adalah Gen Z. Lantas, brand apa yang seharusnya menggunakan BA artis-artis sekaliber mereka ini? Kalau kamu berkecimpung di dunia family business fashion atau kecantikan lainnya, sepertinya penggunaan BA artis Korea dengan pasar seperti mereka ini patut dicoba.
Apakah produkmu memiliki resonasi dengan artis Korea yang dipilih?
Nah, selain memilah artis siapa saja yang sekiranya sesuai dengan target pasar brand-mu, kita juga tidak bisa semena-mena melakukan brand ambassadorship begitu saja. Bakal lebih afdol kalau ada resonasi antara brand dengan ambassador-nya.
Maksudnya gimana nih?
Mari kita ambil contoh Mie Sedaap yang nggak kerasa sudah 3 tahun kerjasama dengan Choi Si-won.
Pada tahun 2019, kampanye Mie Sedaap x Choi Si-won booming dan pastinya sales meningkat pesat. Hal ini dikarenakan Mie Sedaap memperkenalkan lini produk mereka yaitu Korean Spicy Soup dan Korean Spicy Chicken. Menu ini sebelumnya tidak ada dan diolah sendiri oleh Mie Sedaap untuk memerangi trend mie instan Korea. Maka dari itu, digandenglah Choi Si-won untuk memimpin kampanye ini di Indonesia. Brand activation ini bisa boooming karena ada “hubungan” antara brand ambassador dengan produk yang dikeluarkan sehingga kampanye pun memiliki impact yang lebih besar. Pesan yang diberikan pun jelas. Ini lini produk mie rasa Korea, maka artisnya Korea juga. Choi Si-won tidak “memberikan wajah” untuk produk Mie Sedaap lainnya karena di luar lini produk Korean Selection ini, sudah tidak ada resonasi lagi antara brand ambassador dengan produknya.
Sampai sini, paham kan?
Untuk produk skincare, tampaknya masih lebih “mudah” dan tidak terlalu spesifik kasusnya seperti Mie Sedaap. Hal ini dikarenakan adanya persepsi skincare identik dengan Korea. Maraknya “Korean skincare” dan artis-artis Korea yang memiliki kulit “putih dan glowing” idaman perempuan Indonesia adalah alasan mengapa banyak produk kecantikan lokal yang berlomba-lomba menggunakan brand ambassador Korea.
In short, produk yang dipromosikan oleh si BA harus merupakan sesuatu yang menunjukkan ciri khas atau sesuatu yang didukungnya juga. Kalau sembarang produk pakai BA artis Korea tanpa ada resonasi sama sekali, sama saja kita memanfaatkan BA sebagai endorser biasa kan? Bedanya, di-”endorse” oleh artis Korea bisa membawa lebih banyak exposure dan profit saja ketimbang endorser atau influencer biasa.
Hati-hati, Jangan Sampai Terjebak!
Melihat kompetitor atau brand lain yang mendapat kesempatan bekerja sama dengan artis Korea memang kadang membuat kita iri hati. Namun, sebelum terjebak dengan keinginan menggebu-gebu untuk menggandeng artis Korea, alangkah baiknya bila kita analisa persepsi masyarakat terhadap trend ambassadorship artis Korea terlebih dahulu.
Tahun ini sendiri, sudah ada lebih dari 10 artis Korea yang menjadi duta produk Indonesia (Chrismonica, 2022). Dimana-mana wajah artis Korea terpampang.
Nah, apakah audiensmu masih akan menerima produkmu bila diwajahi oleh artis Korea juga?
Ataukah mereka sudah bosan dengan begitu banyaknya BA artis Korea?
Apakah audiens masih akan tergiur untuk membeli produkmu ataukah justru merasa brand-mu memanfaatkan BA Korea untuk mendapat profit sebanyak-banyaknya?
Hal-hal ini yang perlu dipikirkan kembali.
Lihatlah kompetitormu dan bagaimana progress mereka sejauh ini.
Misalnya, untuk brand kecantikan, karena sudah banyak sekali brand dengan BA artis Korea, maka sepertinya sudah tidak terlalu efektif lagi bila menggandeng BA artis Korea dengan kaliber yang sama seperti yang digunakan oleh kompetitor. Kecuali kamu siap merogoh kocek lebih dalam untuk artis yang lebih “papan atas” daripada yang sudah ada sekarang, maka kampanye akan sulit menorehkan hasil segemilang yang kita bayangkan.
Apalagi, mulai muncul banyak protes dari warganet karena kulit artis Korea jelas berbeda dengan kulit orang Indonesia yang sawo matang ini. Memang, selama K-Content masih ramah diperbincangkan, maka akan terus ada fans yang rela membeli produk hanya karena diwajahi oleh artis favoritnya. Tapi buktinya, brand tanpa BA artis Korea pun bisa tetap sukses. Seperti Wardah. Brand ini menonjolkan produknya yang halal dan cocok untuk kulit orang Indonesia. Maka, tanpa BA artis Korea pun, Wardah tidak kalah saing dengan kompetitornya. Tentu kampanye Wardah tetap dikuatkan dengan brand activation dan social media marketing yang mumpuni.
Pakai BA Artis Korea Atau Nggak Ya?
Ini dia, the million-dollar question.
Kalau kamu adalah family business owner, market analyst, atau branding agency sebuah brand, maka jawabannya adalah kamu sendiri yang tahu.
There is no one-size-fits-all.
Kamu sendiri yang tahu produk seperti apa yang kamu jual dan apakah sesuai dengan pasar fans K-Content.
Kamu sendiri yang tahu bagaimana persepsi audiens terhadap K-Content, apakah welcome atau tidak.
Kamu sendiri yang tahu how your competitors are doing dengan atau tanpa BA artis Korea.
Kamu sendiri yang tahu apakah akan ada resonasi antara brand dengan si ambassador.
Kamu sendiri yang tahu apakah ada budget yang cukup, tidak hanya untuk membayar ambassadorship fee, tapi juga untuk produksi massal dan kebutuhan social media marketing lainnya.
Kamu sendiri yang tahu apakah sebenarnya ada opsi lain yang sekiranya lebih “efektif” untuk menggiatkan brand awareness dan sales di luar sana.
Kalau kamu yakin BA artis Korea adalah jawabannya,
Kalau tidak ada keraguan sedikit pun bahwa dengan adanya artis Korea akan membawa positive impact, bukan sekedar endorsement biasa,
Maka tidak ada salahnya kamu menjajaki kolaborasi dengan selebriti negeri ginseng ini.
Namun, jika masih ada keraguan, alangkah baiknya bila kamu analisa kembali pergerakan trend dan persepsi audiens terhadap hal-hal berbau Korea, agar menghindari unexpected things terjadi ketika kampanye sudah dimulai. Sudah keluarin banyak uang, eh tapi dampaknya tidak sesuai ekspektasi kita. Mending bayar endorser 10-100x deh!
So, before you jump on this bandwagon, pertimbangkan dulu ketiga poin di atas ya!