Rahasia Bikin Storytelling, Konten Paling Rame di TikTok!

Rahasia Bikin Storytelling, Konten Paling Rame di TikTok!

Posted by Fullstop Indonesia on 20 July 2022

Siapa nih pembaca setianya blog FULLSTOP Indonesia yang jadi pengguna TikTok? Apakah kamu termasuk salah satunya? Di jaman sekarang ini sepertinya hampir semua anak muda punya akun TikTok deh. Kalau bukan jadi content creator-nya, minimal ya sering nonton berbagai macam video yang nongol di FYP. Eh, tapi pasti anak creative agency di Indonesia pada tahu nih, apalagi kalau kamu juga bisa untuk handle social media management, bahwa sebagian besar konten TikTok yang punya engagement tinggi itu adalah konten yang berkonsep storytelling. Hmm, penasaran? Dibahas bareng-bareng aja yuk kalau gitu.

Pertama-tama, bedain dulu yuk apa itu konten viral dan konten high-engagement. Konten viral simple-nya ya konten apa pun yang sedang ‘meledak’ dan mendapatkan atensi yang tinggi dari pemirsa di kurun waktu tertentu. Konten viral ini sifatnya random, jadi jangan heran kalau video joget-joget saja bisa ditonton oleh jutaan orang ya. Namun, satu hal yang perlu disadari, pembuat konten viral tersebut tidak punya jaminan bahwa konten-konten lain miliknya akan punya high-engagement juga ya. Makanya, untuk bisa menciptakan konten yang punya engagement tinggi secara konsisten, ternyata ada strateginya loh. Salah satu strateginya yaitu storytelling.

Apa sih Storytelling?

Menurut HubSpot, storytelling merupakan serangkaian proses menggabungkan fakta dan cerita untuk kemudian disampaikan kepada penonton, supaya mereka tertarik dan ikut ternyata dengan materi yang disampaikan. Dulunya, teknis storytelling ini banyak dilakukan dalam bentuk tulisan (ad copy). Kalau kamu bekerja sebagai copywriter di branding agency di Indonesia pasti udah sering bikin nih. Namun, semenjak TikTok ramai penggunanya, orang-orang lebih mudah melakukan storytelling lewat perantara video.

Kalau kamu pengguna TikTok, tentunya pernah dong menonton konten ala-ala ‘a day in my life’ yang lagi marak akhir-akhir ini? Atau konten ‘story time’ yang menceritakan kejadian-kejadian lucu, seram, maupun misterius yang dialami sang content creator? Atau bahkan video review makanan yang dibuat secara naratif dengan alur cerita yang rasanya sangat mengalir? Yap, semua itu merupakan pengaplikasian strategi storytelling dalam format video.

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa di dunia kreatif storytelling memiliki kelebihan tersendiri, seperti dapat mempermudah content creator untuk membangun koneksi positif dengan penonton di social media terutama TikTok, sarana untuk menyampaikan pesan secara akurat, hingga trik untuk meraih simpati dari banyak orang. Makanya tidak heran kalau strategi ini sering dipakai oleh para pekerja branding agency di Indonesia dalam menangani Social Media Management.

Nah, kalau kamu tertarik membuat konten storytelling, kira-kira elemen apa saja ya yang patut untuk diperhatikan?

Kenali Siapa Audiens mu

Storytelling merupakan teknik yang sangat bergantung pada penggunaan bahasa, jadi jangan sampai bahasa yang kamu pilih tidak dapat diterima dengan baik oleh audiens mu ya. Sebelum memilih bahasa, terlebih dulu kamu harus bisa menentukan siapakah audiens utamamu. Apakah anak sekolah dan mahasiswa? Apakah pekerja kantoran yang baru masuk fase dewasa muda? Ataukah para ibu rumah tangga?

Dengan menentukan siapa audiens mu, kamu juga bisa menganalisis karakter mereka. Misalnya, jika target audiens mu adalah anak sekolah dan mahasiswa, maka menggunakan bahasa-bahasa slang yang sedang trending, ciptakan pembawaan yang ceria, dan pilihlah kejadian-kejadian yang memang relate dengan kehidupan mereka untuk diceritakan. Dengan memfilter siapa yang kamu targetkan, maka kamu bisa fokus menyebarkan pesan kepada orang tertentu yang memang benar-benar tertarik dengan kontenmu.

Be Honest!

Yap, di era ketika siapa saja bisa membuat kontennya sendiri, content creator kerap kali dituduh membuat konten settingan. Padahal ya semua konten yang diupload pasti memiliki unsur kesengajaan, meskipun memang ada yang kejadiannya benar-benar unscripted.

Agar tidak dicap pembohong atau plagiator oleh audiens, maka pastikan hanya membagikan konten yang jujur ya. Konten orisinil di sini maksudnya adalah cerita yang benar-benar kamu alami atau dialami orang lain. Atau jika kamu membuat konten bercerita yang sifatnya fiksi, berikan statement yang jelas mengenai hal tersebut. Tentunya kamu tidak mau ambil risiko kehilangan penonton karena dianggap membohongi publik bukan?

Ciptakan Karakter Khasmu Sendiri

Kalau dipikir-pikir, ada banyak konten bertajuk ‘a day in my life’ yang berseliweran di TikTok, tapi kenapa kita tidak pernah bosan menontonnya ya? Itu karena setiap creator pasti punya karakternya  masing-masing dalam menyampaikan cerita. Ada yang lancar dan terstruktur, ada yang kalem dan estetik, ada pula yang menggebu-gebu sambil sesekali melempar candaan.

Yap, Kamu pun juga harus demikian. Temukan ciri khas dalam dirimu yang bisa membuatmu berbeda dari orang lain. Di dunia branding agency di Indonesia, ini disebut sebagai brand persona. Inti cerita boleh jadi sama, tapi cara penyampaian dan sudut pandangnya bisa banger berbeda dong. Betul nggak?

Jangan Sampai Blunder

Karena konten mu adalah konten bercerita, maka besar kemungkinan kamu tidak hanya akan menceritakan dirimu sendiri kan? Tetapi juga ‘pihak-pihak lain’ yang ada hubungannya dengan ceritamu. Di sini kamu harus ekstra hati-hati supaya tidak menyinggung orang lain ya. Sebab sudah ada banyak kejadian content creator TikTok yang tidak sengaja menyinggung pihak tertentu di videonya, sehingga berakhir harus meminta maaf di depan publik.

Selalu pastikan bahasa yang kamu pakai sopan serta tidak provokatif ya. Tempatkan dirimu pada posisi orang yang kamu ceritakan. Kalau kamu tersinggung saat mendengar  narasinya, berarti sebaiknya perbaiki pemilihan kata atau sekalian saja bahas topik lain yang tidak sensitif.

Itu tadi merupakan bahasan singkat mengenai konten storytelling di TikTok. Apakah kamu berminat untuk membuat konten storytelling-mu sendiri? Jangan lupa nanti tag FULLSTOP Indonesia ya!

Back To List Blog