Istilah Facebook & Instagram Ads yang Wajib Kamu Ketahui
Hayo, ngaku deh, siapa yang udah pernah utak-atik Ads Manager yang ada di Facebook (atau Meta) tapi masih bingung cara baca hasilnya?
Tenang, jangan malu. Kita semua pernah di posisi itu kok.
Supaya nggak bingung lagi, kali ini kita akan bahas sampai tuntas metriks-metriks apa saja yang harus kamu pahami artinya. Buat kalian yang sudah familiar dengan istilah-istilah ini, tetap baca artikel ini sampai selesai ya, supaya bisa lebih paham lagi masing-masing fungsi dan kegunaannya. Dengan begitu, kita bisa semakin ahli memutuskan strategi apa yang harus dilakukan.
Reach & Impression
Jumlah berapa banyak akun yang melihat konten iklanmu ini disebut dengan Reach.
Jumlah berapa kali konten iklanmu ini tayang, disebut dengan Impression.
Masih bingung? Gini deh, coba pake ilustrasi ya.
Misalnya ada 1 iklan yang ditayangkan ke 10 orang. Di antara kesepuluh orang ini, ada 7 yang menonton iklan sebanyak dua kali. Maka, jumlah Reach yang akan muncul di Ads Manager adalah 10, sedangkan jumlah Impression mencapai 17.
Sampai sini paham kan?
Nah, tujuan dari melihat metriks Reach dan Impression tentunya adalah untuk memperkenalkan brand-mu ini ke banyak orang, alias brand awareness.
Kalau ditanya apakah keduanya menilai hal yang sama, well, sebenarnya tidak. Reach bisa menjadi tujuan dari kampanye iklan mu apabila kamu ingin menjangkau pengguna yang luas serta pengguna baru, yang harapannya akan berbuah ke conversion atau sales. Jadi, jika kontenmu mendapat Reach yang tinggi namun tidak ada conversion, maka kamu bisa mengkaji ulang Call-to-action atau landing page dari iklan tersebut. Kalau kamu ingin berfokus pada konten yang diiklankan, maka ada baiknya melihat metriks Impression. Karena dengan impression, kamu bisa mengamati pergerakannya dari waktu ke waktu sehingga tahu di titik apakah penonton “capek” melihat iklan mu yang berujung pada turunnya nilai Impression.
Engagement
Jumlah interaksi yang dilakukan oleh pengguna dengan iklanmu disebut dengan Engagement. Interaksi yang dimaksud di sini adalah like, comment, share, save, video views, dan lain sebagainya. Pada intinya, pengguna melakukan suatu hal dengan iklanmu ini.
Di Ads Manager, ada beberapa opsi conversion location yang harus kamu pilih untuk menentukan di mana penilaian engagement akan dilakukan. Maksudnya bagaimana? Jadi, bila kamu memilih “Website” pada conversion location, maka Facebook akan mengoptimalkan budget untuk menarget orang-orang yang paling tinggi kemungkinan melakukan engagement pada situs jual belimu itu. Bila kamu memilih “On Your Ads”, maka Facebook akan mengoptimalkan penggunaan budget untuk menarik engagement sebanyak-banyaknya pada konten iklan yang kamu pasang.
Ada 1 tips nih dari FULLSTOP yang sudah pegang branding strategy dan social media management bertahun-tahun. Meta atau Facebook cenderung lebih suka penggunanya untuk berlama-lama menggunakan app mereka, baik itu Facebook atau Instagram (Osmundson, 2022). Oleh karena itu, konten berupa video paling efektif kalau dijadikan sebagai bahan ads engagement ini. Kok bisa gitu? Jawabannya, karena konten video mendorong pengguna untuk menonton paling tidak beberapa detik lebih lama daripada konten foto yang statis. Jadi, jangan heran kalau konten video bisa menghasilkan engagement rate yang lebih tinggi ya!
Cost per mille
Ini nih, singkatan yang membuat bingung sejuta umat ketika pertama kali bertemu dengan Ads Manager. CPM atau Cost per Mille merupakan sebuah ukuran yang menunjukkan harga iklan per 1,000 orang yang melihatnya. Kamu bakal sering banget berurusan dengan metriks CPM ini kalau tujuan dari kampanye iklan mu adalah Reach. Tujuannya apa? Ya untuk membandingkan biaya iklan dengan media lainnya yang memiliki goals yang sama. Tentunya, semakin rendah CPM adalah pertanda semakin bagus hasil iklanmu.
Mungkin, kamu bertanya.
Kok bisa CPM iklanku tinggi ya? Apa berarti iklanku jelek?
Nope, faktor yang mempengaruhi CPM tinggi bukan hanya konten saja ya. Iklan yang dijalankan oleh branding agency pun juga pasti beberapa kali mendapati CPM cukup tinggi. Salah satu faktor yang berdampak pada tinggi rendahnya nilai CPM adalah audience setting. Misalnya nih, kamu memiliki 2 Ad Set yang keduanya menargetkan audiens yang sama. Hal ini bisa berpengaruh pada nilai CPM karena iklanmu saling ”berkompetisi” satu sama lain. Kompetisi ini faktor yang cukup besar lho, jadi kalau pesaingmu juga memasang iklan dengan ad goals yang sama, maka besar kemungkinan CPM akan bertambah besar.
Cost per result
Metriks ini juga pasti sering kamu lihat di dashboard Ads Manager. Tergantung pada tujuan dari kampanye iklan, result yang dimaksud di sini dapat berupa engagement, traffic, dan lain sebagainya. CPR mengukur biaya yang dibutuhkan untuk menampilkan iklan mu tiap 1 hasil yang kamu inginkan. Misalnya, bila ad goals adalah engagement, maka CPR yang dimaksud adalah biaya tiap engagement yang dilakukan dengan ads. Kalau tujuannya adalah menghasilkan klik sebanyak-banyaknya, maka CPR yang dimaksud adalah biaya tiap klik. Sama seperti CPM, semakin rendah biaya CPR maka semakin efektif pula iklanmu. Hal ini memungkinkan iklanmu untuk lebih sering ditayangkan sehingga menghasilkan result yang lebih besar pula.
Click (all) vs. Link Click
Serupa tapi tak sama. Ada 2 metriks yang juga ada di tampilan Ads Manager yang terkadang membuat kita bingung. Click dan Link Click.
Link Click merujuk pada klik pada suatu link yang secara spesifik mengarahkan pengguna ke situs yang kita tetapkan, entah itu link website, link marketplace, link Instagram atau Facebook, lead forms, apa pun itu yang kita atur dari awal. Nah, untuk Clicks (all) melingkupi semua yang ada pada link click, ditambah dengan klik lainnya yang terjadi di ads itu sendiri seperti klik untuk meng-expand gambar, klik berbentuk like, dan lain sebagainya.
Kedua metriks ini sama pentingnya. Link Click tentunya memberitahu berapa banyak orang yang sudah masuk ke middle funnel alias sudah selangkah lebih dekat dengan conversion sesungguhnya. Nggak cukup data Link Click aja, kita juga butuh data Clicks (all). Data inilah yang menunjukkan jumlah orang yang “penasaran” dan “berinteraksi” dengan iklanmu. Dengan menghitung persentase Link Click terhadap Clicks (all), maka kamu bisa tahu apakah Call-to-action sudah efektif membawa audiens ke landing page yang kamu harapkan.
Itu dia beberapa metriks yang pasti sering “berurusan” dengan proses evaluasi dan analisa efektivitas iklan mu.
Perlu kamu ingat bahwa kita tidak bisa menilai semua iklan dengan 1 metriks yang sama. Beda tujuan, maka berbeda pula KPI (Key Performance Indicators) yang harus kamu perhatikan. Selain Reach, Engagement, dan Link Click, tentunya masih ada banyak lagi goals yang bisa kamu pilih pada Ads Manager, seperti Leads, App Promotion, dan Sales. Tentunya masing-masing memiliki ketentuan sendiri-sendiri, seperti bagaimana beberapa kampanye mengharuskan Page-mu untuk memiliki Meta Pixel. Intinya, tinggal disesuaikan saja dengan asset yang kita punya dan tujuan yang diinginkan.
Psstt.. Katanya Osmundson (2022) nih, penarikan Sales dan Traffic bisa lebih “mahal” daripada penarikan Engagement lho!
Jadi, kalau mau lebih cost-effective, pakai saja Engagement sebagai objektif kampanye iklanmu dan bermain dengan CTA yang tepat untuk mendorong audiens melakukan pembelian di landing page yang kamu tetapkan. Menguntungkan banget buat para pegiat UMKM dan pemilik family business, kan?
Satu tips lagi nih buat kalian, supaya bisa jalankan social media management dan digital marketing bak professional branding agency.
Sebelum memulai ads, tentukan tujuan dari iklanmu dulu ya. Misalnya, pada bulan ini, brand harus bisa mencapai sekian ratus ribu orang. Atau misalnya, pada bulan ini, family business-ku harus bisa menaikkan engagement pada Instagram. Adanya tujuan yang jelas seperti ini akan memudahkan kamu untuk tahu iklan seperti apa yang diperlukan dan objektif kampanye yang harus kamu pilih. Tak hanya itu saja, pada akhir bulan, kamu pun bisa mengevaluasi kinerja iklanmu dengan lebih baik, tidak hanya melulu dari CPM, CPR, dan sebangsanya.
Hampir semua brand, baik yang sudah berskala internasional, family business, sampai UMKM pun sekarang menyadari betapa pentingnya social media marketing di era digital ini. Baik pemilik bisnis maupun branding agency seperti FULLSTOP pun harus selalu belajar dan melakukan riset atas data yang dimiliki. Jika tidak, sama saja dengan percuma karena iklan tidak berjalan seefektif yang diinginkan.
Setelah mempelajari istilah-istilah yang ada di Ads Manager, sudah siapkah kamu untuk menjalankan iklan Facebook dan Instagram yang efektif?