Ogah Jadi Budak Korporat? Ubah Mindsetmu dengan Baca Ini

Ogah Jadi Budak Korporat? Ubah Mindsetmu dengan Baca Ini

Posted by Fullstop Indonesia on 30 April 2022

‘Budak Korporat’. Disadari maupun tidak, istilah baru ini kerap malang-melintang—khususnya pada obrolan anak-anak muda millennial dan zillennial jaman sekarang. Banyak yang merasa tersanjung dengan titel ini, tapi tidak sedikit pula yang merasa terbebani. Waduh, kamu tim yang mana nih? Menurutmu menjadi budak korporat itu membanggakan atau melelahkan? Mari kita bahas!

Sebagian dari kamu mungkin berpikir kalau istilah ‘budak korporat’ sebetulnya tidak lebih dari sekadar buat gaya-gayaan saja. Yap, tidak heran sih karena istilah ini viral setelah banyak pekerja muda atau family business owner yang membuat video flexing di sosial media sambil melabeli diri dengan sebutan ‘Budak Korporat’. Bermula dari sana, kemudian istilah tersebut mulai dimaknai secara beragam oleh para netizen. Ada yang mengasosiasikannya dengan segala pencapaian yang berhasil diraih sebagai seorang pekerja, ada pula yang mengaitkannya dengan perasaandieksploitasi oleh perusahaan.

Nah, yang harus diwaspadai adalah kondisi kedua, yakni pemikiran bahwa kamu hanya dieksploitasi oleh perusahaan saja. Ingat, mindset dalam bekerja itu sangatlah penting. Apalagi jika kamu bekerja di industri creative seperti di branding agency untuk brand activation. Apabila mindset kamu negatif, bagaimana bisa kamu berharap bisa menikmati proses selama bekerja dan mengejar karir?

Pertama-tama, kamu harus mencari tahu realita yang terjadi dengan seobyektif dan sejujur mungkin. Apa saja faktor yang menyebabkan perusahaan tidak menjadi tempat yang nyaman untukmu, sehingga muncul pemikiran bahwa kamu hanya diperbudak oleh perusahaan saja. Untuk memermudah, kamu bisa coba mencoba menjawab beberapa pertanyaan berikut.

Apakah Kamu Menerima Hak-Hak yang Dijanjikan Oleh Perusahaan?

Apakah kamu selalu mendapatkan gaji sesuai kontrak kerja setiap bulannya? Apakah kamu mendapatkan jatah libur per minggunya? Apakah kamu mendapat jam istirahat setiap harinya? Apakah kamu merasakan fasilitas-fasilitas penunjang yang disediakan kantor? Jika iya, berarti di kondisi ini kantormu sudah memberikan hak-hak yang sewajarnya kepadamu. Tapi... jangan-jangan kamu masih merasa ada yang kurang?

Coba bedakan antara menerima hak yang sesuai dengan kesepakatan dan menerima hak sesuai dengan ekspektasimu. Jangan sampai salah kaprah ya. Jangan-jangan perusahaan sudah memenuhi haknya, tetapi kamu menganggap tidak sesuai karena merasa hak yang diterima oleh teman kamu di perusahaan lain lebih banyak? Jika kamu menginginkan hak yang didapatkan oleh manajer, tentunya kamu juga harus punya kompetensi dan kinerja setara manajer juga dong.

Apakah Kamu Mendapatkan Beban Pekerjaan yang Terlalu Berat?

Beban pekerjaan setiap pekerja pasti akan berbeda-beda berdasarkan posisi atau tanggung jawabnya. Pekerja branding agency dan brand activation tentu punya porsi yang berbeda dengan pekerja di bank. Namun, beban kerja yang terlalu banyak bisa mengacaukan keseimbangan hidupmu. So, pastikan kamu mendapat beban kerja yang proporsional ya. Tidak terlalu sedikit maupun tidak terlalu banyak. Untuk ini kamu bisa mendiskusikannya dengan pihak manajemen maupun HRD.

Ada kalanya kamu merasa sangat kewalahan, padahal beban kerja yang diberikan sebenarnya sudah sesuai dengan posisi atau jabatan. Kalau begini, kamu harus mencoba untuk mengevaluasi diri nih. Apakah kamu sering menunda-nunda pekerjaan? Apakah kamu sudah memanfaatkan waktu kerjamu sebaik mungkin? Apakah kamu mengerjakan tugas tepat sesuai instruksi? Jangan sampai kamu merasa selalu mendapatkan pekerjaan segunung tiap kali ngantor, padahal faktanya manajemen waktumu saja yang masih berantakan.

Apakah Lingkungan Kerjamu Tidak Memberikan Dampak Positif?

Membayangkan kata ‘budak’ sebenarnya sudah langsung akan memberikan impresi negatif terhadap sebagian besar orang. Saat membacanya, saya membayangkan berada di sebuah lingkungan yang tidak ramah dan penuh dengan tekanan. Jadi apakah benar begitu yang dirasakan oleh orang-orang yang menyebut dirinya sebagai budak korporat?

Well, faktanya faktor lingkungan kerja memang bisa berpengaruh terhadap kondisi psikis dan psikologi seseorang. Lingkungan kerja yang harus dihindari adalah lingkungan yang tidak memotivasi agar lebih maju serta mendukungmu untuk berkarir. Nah, kalau ternyata saat ini kamu sedang berada di lingkungan yang positif, bersama teman-teman yang suportif, dan pekerjaan yang normal seperti kebanyakan orang, apakah kamu benar-benar sedang diperbudak?

Jangan Sampai Terjebak dalam Mindset Budak Korporat

Awalnya cuma istilah iseng saja, lama-lama jadi mindset dalam kepala. Waduh, bahaya tuh. Apalagi di era perkembangan sosial media seperti sekarang ini di mana banyak orang sedang trend membuat konten pamer di laman sosial medianya. Peluang untuk tergoda dan berkhayal tentang ‘pekerjaan impian’ menjadi semakin tinggi setelah melihat postingan orang lain. Misalnya ada seorang teman yang suka posting bekerja di branding agency dan brand activation dengan kantor yang super keren. Ujung-ujungnya itu malah akan bikin kamu stres dan cenderung tidak menikmati pekerjaanmu, lho.

Apalagi jika kamu tergabung dalam family business. Jangan sampai salah fokus yang menyebabkan performa tidak maksimal ya. Daripada mengeluh jadi budak korporat, lebih baik lakukan tindakan yang lebih progresif saja yuk. Misalnya jika kamu tidak puas dengan posisimu sekarang, tanyakan kepada pihak manajemen apakah ada peluang untuk naik jabatan? Jika ada, cari tahu persyaratannya. Atau jika kamu memang benar-benar sudah tidak betah dan ingin resign dari tempat kerja yang sekarang, lalukan refleksi diri dan tanyakah apakah kompetensimu sudah cukup mumpuni untuk melamar di tempat yang lebih ideal menurutmu? Semoga kamu tidak terjebak dengan mindset budak korporat sehingga menyebabkanmu tidak akan bisa ke mana-mana. Tetap semangat!

Back To List Blog