Mengubah Logo Brand - Strategi Branding yang Benar Atau Salah?

Mengubah Logo Brand - Strategi Branding yang Benar Atau Salah?

Posted by Fullstop Indonesia on 27 April 2022

Adakah di antara kalian yang masih ingat bagaimana bentuk logo Google 10 tahun yang lalu?

Atau bahkan, kalian ingat tampilan Google waktu diakses dari komputer jadul era 90an?

Yap, Google, yang didirikan pada tahun 1998, telah mengalami peremajaan logo sebanyak 7 kali. Bermula dari logo bertuliskan “Google!” dengan tambahan efek emboss dan shadow, logo perusahaan search engine raksasa dunia ini terus berevolusi sesuai perkembangan zaman, hingga berpenampilan minimalis seperti sekarang ini (Jones, 2020).

Begitu pula dengan Microsoft yang telah berdiri hampir 50 tahun lamanya. Di era ketika disko sangatlah populer, logo Microsoft mengikuti disco trend juga, yang mana font yang digunakan mirip seperti Aki Lines Font (Fabrik Brands, n.d). Masih tetap monochrome, logo Microsoft berevolusi di dekade berikutnya, dengan tampak yang lebih terkesan tajam dan agresif seperti logo band Metallica. Masih ada beberapa evolusi bentuk logo pada tahun-tahun berikutnya yang tentu saja disertai dengan upaya brand activation yang giat. Hingga kini, kita mengenal Microsoft dengan logonya yang terdiri dari kombinasi 4 persegi dengan warna merah, hijau, biru, dan kuning, disertai dengan tulisan Microsoft yang terkesan jauh lebih lembut daripada font sebelumnya.

Coca-Cola pun juga demikian (Coca-Cola, n.d). Apalagi, perusahaan minuman bersoda ini sudah ada sejak abad ke-19. Sangat tidak masuk akal kalau logo Coca-Cola tidak mengalami evolusi logo sama sekali dalam kurun waktu hampir 2 abad, bukan? Bagaimana Coca-Cola dapat melakukan brand activation dengan baik apabila logonya sendiri ketinggalan zaman?

Berdasarkan ketiga ilustrasi di atas, kita bisa simpulkan bahwa evolusi logo merupakan suatu hal yang lumrah dan tidak bisa dielakkan. Pergantian logo tidak membuang sia-sia brand activation yang sudah kamu lakukan, namun justru membuatnya lebih baik. Mengapa demikian? Berikut beberapa faktor di balik peremajaan logo yang perlu kamu ketahui.

1. Perkembangan zaman

Tuntutan ini merupakan faktor paling utama dan bisa dikatakan pasti terjadi pada seluruh kegiatan usaha, baik itu perusahaan global atau family business. Apa yang menjadi trend saat ini, belum tentu masih populer 10 tahun yang akan datang. Kita sudah memahami hal ini betul-betul ketika kita melihat perubahan trend di industri musik, busana, dan industri kreatif lainnya, termasuk branding agency dan segala komponen di dalamnya. Tanpa adanya evolusi, sangat besar kemungkinan sebuah logo meninggalkan kesan “ketinggalan zaman” di mata masyarakat. Bayangkan saja, bagaimana jadinya bila Coca-Cola masih menggunakan logo dari tahun 1886? Tidak harus branding agency, orang awam pun pasti akan menyarankan Coca-Cola untuk meremajakan logonya! Ketiga contoh perusahaan raksasa di atas (Google, Microsoft, dan Coca-Cola) adalah beberapa contoh dari peremajaan logo yang disebabkan oleh perkembangan zaman. Tentu, masih ada banyak lagi perusahaan lain yang logonya berevolusi seiring berjalannya waktu. Coba tebak, brand apalagi yang mengubah logonya karena tuntutan zaman?

2. Unit usaha yang semakin berkembang

Seperti halnya waktu terus berubah, sebuah unit usaha pun tentu mengalami perubahan juga, mulai dari produk atau jasa yang dijual, sistem kerja, hingga daya tariknya. Bagaimana family business-mu bisa memiliki logo yang menggambarkan kemajuan usahamu tanpa mengubah logo itu sendiri? Perlu kita ingat, bahwa sebuah logo merupakan identitas brand. Maka dari itu, tanpa peremajaan ini, logo yang lama tidak lagi memenuhi kewajibannya sebagai brand identity usaha tersebut. Untuk menjelaskan lebih rinci, mari kita pelajari evolusi logo Samsung. Di era 1930an, Samsung memiliki logo dengan aksara Hanja (Mandarin) dan Hangul (Korea) karena produk yang dihasilkan, yakni nasi, mie, dan ikan kering banyak diekspor dari Korea ke Cina (Logo My Way, n.d). Logo berikutnya, yang menampilkan ikon 3 bintang (Sam = 3; Sung = bintang) dan seuntai padi, menggambarkan ekspansi perusahaan ke dunia real estate dan asuransi, namun tetap mengingat akar agrikulturanya. Dampak dari perang dunia kedua mengakibatkan Samsung merambah ke dunia elektronik yang menuai kesuksesan. Tentu saja, Samsung ingin merefleksikan keberhasilan ini dalam logonya sehingga dibuatlah logo baru yang dapat meninggalkan kesan modern. Aksara Hanja dan Hangul pun dihilangkan dan diganti dengan tulisan “Samsung” agar lebih mudah diucapkan oleh pengguna internasional.

3. Perubahan internal perusahaan

Selain faktor eksternal, pergantian kepemimpinan ataupun visi dan misi perusahaan terkadang berimbas pada logo pula. Salah satu contoh perubahan internal perusahaan adalah merger dengan perusahaan lain. Hal-hal ini biasanya ditindaklanjuti dengan perubahan logo agar lebih menggambarkan citra baru yang sesuai dengan perubahan internal besar-besaran yang dilakukan. Sebagai contoh, sejak Google mengakuisisi Motorola pada tahun 2011, tulisan “Motorola” yang semula berhuruf kapital dengan ikon “M” dominan warna merah pun berubah (Fathya, 2014). Tetap menonjolkan ikon “M” yang sudah familiar di mata masyarakat, Google melakukan perubahan pada warna ikon agar menjadi lebih terkesan minimalis dengan komposisi warna lebih beragam. Tulisan “Motorola” pun sekarang ditulis dengan huruf kecil. Selain itu, ada penambahan tagline berbunyi “A Google Company” untuk mensosialisasikan fakta bahwa Motorola adalah bagian dari Google sekarang.

4. Target pasar berubah

Seiring dengan berkembangnya unit usaha dan minat masyarakat, maka tidak menutup kemungkinan, target pasar sebuah bisnis pun turut berubah. Tentunya, agar produk atau jasa yang dijual dapat terus menarik minat konsumen, diperlukan evolusi logo agar brand tersebut lebih dapat dikenal dan diterima oleh target pasar yang dimaksud. Salah satu contohnya adalah McDonald’s. Mungkin, sebagian besar dari kita masih mengira bahwa target pasar dari franchise makanan siap saji ini hanyalah anak-anak. Tapi, tahukah kamu bahwa kawula muda dan orang dewasa juga merupakan target pasar McDonald’s? Lebih tepatnya, semua yang berusia 8 hingga 45 tahun dan berpenghasilan menengah ke bawah (Dudovskiy, 2016). Tidak lagi menjadi magical place untuk anak-anak, McDonald’s mem-branding-kan bisnisnya sebagai tempat makan yang lezat dengan harga terjangkau untuk semua. Hal ini terbukti dari adanya penambahan menu sehat dan McCafe. Oleh sebab itu, logo McDonald’s pun mengalami peremajaan menjadi lebih tampak minimalis, dengan tetap mempertahankan ikon “M” yang sudah dikenal khalayak luas. Dengan adanya perubahan ini, McDonald’s berupaya untuk menghilangkan image kekanak-kanakkan agar brand pun tetap tampak menarik di mata orang dewasa.

Tentu, ada alasan-alasan lain mengapa sebuah perusahaan melalui peremajaan logo, seperti ekspansi ke kancah internasional, penambahan makna pada logo, dan pertimbangan apakah logo tampak bagus di platform digital yang notabene baru saja dieksplorasi. Apa pun itu sebabnya, kunci utamanya adalah keempat faktor di atas, yaitu perubahan atau perkembangan waktu, unit usaha, organisasi itu sendiri, dan target konsumen.

Oleh karena itu, bila dirasa logo family business-mu perlu dikembangkan, jangan ada rasa ragu sedikitpun karena logo memang butuh melalui proses evolusi. Eits, tapi tentu saja jangan tergesa-gesa dan sembrono, ya. Entah hal ini akan dilakukan melalui branding agency ataupun independen, kamu harus tetap menelusuri seluruh kajian dan implikasinya agar peremajaan logo mencapai tujuan yang diharapkan.

Back To List Blog