Brand Kamu Lagi Stuck? Jangan-Jangan Butuh Rebranding?
Siapa di sini yang pernah atau sedang mengalami fase di mana perkembangan brand sedang stuck? Entah kamu sebagai brand owner-nya atau sebagai tim branding agency-nya, kamu merasa sudah melakukan banyak branding strategy untuk brand kamu, seperti membuat konten, memanage social media mulai dari instagram, facebook, hingga tiktok, melakukan promosi / diskon besar-besaran di marketplace shopee maupun tokopedia, hingga strategi beriklan alias Ads management, tapi hasilnya masih belum memuaskan. Hmm, jangan-jangan brand kamu butuh melakukan Rebranding? Wah, apaan tuh? Kita bahas sama-sama aja, yuk.
Selain ‘branding’ itu sendiri, para penggiat branding agency pasti familier sekali dengan istilah ‘Rebranding’. Yap, Rebranding merupakan proses pergantian seluruh identitas serta imej dari sebuah brand. Mulai dari mengganti desain logo, desain packaging, design corporate identity, atau hingga ke model bisnis beserta branding strateginya. Singkat cerita, semuanya dilakukan untuk membuat brand tersebut hidup kembali. Hal ini tidak Hanya berlaku bagi pelaku family business indonesia, brand-brand besar di Dunia pun melakukannya, antara lain seperti Uber, Dunkin’ Donuts, Facebook & Warner Bros.
Lantas, tujuan dilakukannya Rebranding itu apa sih? Bukannya jika kita sedang membangun brand, salah satu fokus utamanya adalah berusaha agar nama brand tersebut dikenal masyarakat luas? Terus kenapa tiba-tiba diganti begitu saja? Sama saja tidak konsisten dong?
Eits, tunggu dulu. Rebranding ini ada tujuannya kok. Sebagai salah satu branding agency terkemuka di Indonesia yang berfocus pada family business, tim FULLSTOP Indonesia biasanya akan memberikan saran untuk Rebranding apabila sebuah brand sedang dalam kondisi yang serius. Alasan untuk dilakukan pergantian pun juga tidak main-main, seperti memang diperlukannya perubahan target demografis, munculnya pasar potensial yang baru, adaptasi ke teknologi yang lebih canggih, hingga karena terjadi kekeliruan pada strategi yang lama sehingga efek strategi branding-nya tidak berjalan maksimal.
Kalau begitu apakah semua brand yang stuck pasti butuh Rebranding? Jawabannya: tidak selalu. Berikut adalah kondisi-kondisi khusus ketika brand kamu mungkin butuh di-Rebranding.
Nama Brand Tidak Merepresentasikan Visi
Ini merupakan tanda yang paling jelas untuk melakukan Rebranding. Namun, di sisi lain, alasan ini juga yang paling bisa dimaklumi. Bagi generasi penerus dalam family business / Bisnis keluarga indonesia pasti bisa relate, nih. Mungkin nama brand yang dirancang oleh generasi sebelumnya di family business keluarga kamu sudah tidak lagi merepresentasikan brand-mu di masa sekarang. Bisa karena adanya perluasan lini bisnis atau dulu memang belum dipikirkan dengan matang.
Bagi sebagian orang barangkali ini terdengar sepele, toh hanya masalah nama saja. Namun, dari kacamata kami sebagai branding agency, nama adalah identitas pertama yang akan didengar oleh konsumen. Apabila nama brand tidak cukup menarik atau tidak bisa menunjukkan identitas brand yang sesungguhnya, maka risikonya adalah kamu akan menarik konsumen yang tidak sesuai dengan target market awalmu.
Tidak Punya Pembeda dengan Brand Lain
Sah-sah saja jika produk atau jasa yang ditawarkan oleh sebuah brand sama dengan brand yang lain. Namun, bagaimana jika feel dan experience yang didapatkan sama saja alias tidak berbeda? Padahal, tujuan utama dari proses branding yang dilengkapi dengan brand strategy itu sendiri adalah untuk membuat brand kamu bisa diferensiasi yang unik dibandingan dengan competitor. Akan tetapi pada kenyatannya banyak brand owner atau creative agency lain yang tidak mampu mengomunikasikan perbedaan-perbedaan tersebut. Alhasil, konsumen akan mengira brand-nya sama saja dengan brand-brand yang lain.
Apabila hal tersebut terjadi, maka bagian sales dan marketing akan berjuang setengah mati untuk memasarkan produknya. Bagaimana tidak? Mereka sendiri tidak mendapatkan pemahaman yang baik tentang kelebihan dan keunikan produk dan jasa yang ditawarkan, sehingga mereka pun kurang percaya diri saat memprospek konsumen. Oleh karena itu, Rebranding pada kasus ini dibutuhkan untuk bisa mengatur ulang poin-poin pembeda dari sebuah brand, serta menentukan strategi branding apa yang sesuai untuk di jalankan di kemudian Hari.
Adanya Perubahan Model & Strategi Bisnis
Buat kamu yang punya brand sendiri atau berkecimpung dalam business family pasti mengalami fase perubahan model atau strategi bisnis. Yap, tidak dapat dipungkiri bahwa sekali waktu kondisi dan tren pasar bisa berubah dengan cepat tanpa bisa diprediksi. Keadaan ini mau tidak mau membuat brand harus menyesuaikan kembali strateginya agar dapat bertahan di tengah gempuran kompetitor.
Yang perlu diperhatikan adalah strategi brand-nya juga harus berganti menyesuaikan dengan strategi bisnis. Trik yang bisa dipakai agar strategi brand-nya tetap berkesinambungan dengan strategi bisnis yaitu dengan menata ulang pondasinya. Sesuaikan strategi brand yang akan diperbarui ini dengan tujuan, nilai, visi, dan misi dari perusahan. Jangan sampai visual, konten, atau Bahasa yang ditampilkan melenceng dari itu semua. Contohnya jika bisnis Kamu mengubah strategi dengan menggencarkan online selling, maka brand kamu harus bisa lebih komunikatif di social media.
Ingin Menghilangkan Stigma Negatif
Siapa sih yang ingin bisnis atau brand-nya mendapatkan imej yang kurang baik di masyarakat? Semua brand owner pasti menginginkan yang sebaliknya. Namun, kadang kita secara sadar atau tidak sadar melakukan kesalahan yang akibatnya bisa fatal, mungkin contohnya seperti membiarkan barang sering out of stock, mengabaikan complain yang masuk, atau membuat iklan bombastis yang terlalu click bait. Ujung-ujungnya, alih-alih membuat brand persona / branding yang baik, anda justru membuat brand image yang kurang positif di mata konsumen anda.
Ingat, saat ini kita hidup di era sosial media di mana siapa pun bisa membagikan apa pun dengan bebas di internet. Kamu pasti tidak ingin hanya gara-gara kesalahan sepele, satu Indonesia bisa menilai buruk brand-mu. Oleh, karena itu kamu perlu berhati-hati dalam mengelola brand.
Namun, jika stigma konsumen mengenai brand-mu sudah terlanjur buruk, maka Rebranding merupakan solusinya terbijaknya. Daripada kamu mengeluarkan uang untuk mengembalikan citra yang sudah terlanjur buruk, akan lebih baik jika kamu memfokuskan dana dan tenaga untuk mengubah identias brand-mu menjadi baru, lalu memulai semuanya lagi dari awal.
Itu tadi yang bisa FULLSTOP Indonesia bahas pada entri blog kali ini. Semoga bisa menjadi solusi yang tepat untuk kegalauanmu saat ini ya. Tetap semangat dalam membangun brand!