Segera Bangun Karir Sebelum Usia 30! Atau….
How to define our work-life dynamics nowadays? Sebagai praktisi di dunia branding agency indonesia, kalau menurut saya: semakin muda generasinya semakin tinggi pula standar pencapaiannya, betul tidak? Kalau dulu kebanyakan dari orang tua kita mungkin bekerja hingga bisa membesarkan dan menyekolahkan anak, maka tidak demikian dengan anak jaman sekarang. Bekerja di the big company, punya gaji dua digit, sampai naik jabatan ke level manajer pada usia tertentu merupakan beberapa contoh target mereka.
Hmm, kalau ekspektasinya setinggi itu, berarti harus pintar dalam memilih jenjang karier yang tepat dong, ya. Memangnya bisa memilih dan menata karier supaya mapan sejak usia muda? Bisa dong. Buat kamu yang ingin mengembangkan karier di bidang creative agency, social media management agency, branding agency, atau bahkan di bidang lainnya, pastikan kamu membaca entri ini sampai selesai, ya!
Bekerja Itu Tidak Sama dengan Berkarir
Sebelum membahas lebih lanjut soal berkarier, mari kita samakan persepsi terlebih dulu. Yap, ini memang perkara mindset. Namun, kalau kamu berniat membangun karier yang mapan, maka belajarlah membedakan antara bekerja dan berkarier.
Bekerja adalah sesuatu yang kita semua lakukan agar memperoleh uang. That’s all. Sampai di situ saja motifnya. Sementara berkarier adalah sebuah proses yang lebih kompleks. Ketika seseorang memutuskan untuk berkarier, maka dia sedang berada di dalam proses panjang menuju kesuksesan. Proses panjang ini membutuhkan kerja keras setiap hari, ilmu yang harus terus diperbarui, adanya peningkatan kompetensi, serta pengalaman profesional yang cukup.
Nah, tipe pekerja yang manakah kamu? Tipe yang hanya sekadar bekerja atau yang ingin berkarier? Jika kamu termasuk tipe kedua, berikut ini beberapa tips dari saya yang applicable agar dapat membantumu meraih sustainable career atau karir yang mapan. Here are those!
Mulailah dengan Perencanaan yang Matang
Sebelum keburu bekerja dengan semangat menggebu-gebu, susun career plan versimu dulu, yuk. Career plan ini bisa berisi target jangka panjang yang ingin kamu raih, serta target jangka pendek yang sifatnya untuk memperkaya kompetensimu. Target jangka pendek ini bisa berupa hal-hal yang lebih mudah dicapai, seperti belajar ads management atau mencoba software baru.
Dengan berbekal perencanaan yang jelas dan matang, kamu tidak salah fokus. Selain itu, memiliki rencana juga bisa menyelamatkanmu dari fase ‘quarter life crisis’ lho, yaitu fase ‘galau’ yang kerap menghampiri orang-orang pada usia dewasa awal yang tahunya apa yang tidak dimau tanpa tahu apa yang dimau.
Harus Punya Growth Mindset!
Saya sudah beberapa kali menyebutkan tentang growth mindset ini di entri-entri blog sebelumnya. Tidak bisa dipungkiri memang mindset ini yang harus jadi pondasimu saat memulai berkarier. Ketika seseorang sudah punya growth mindset, artinya dia paham dan percaya bahwa kompetensi dan talenta yang ada pada dirinya (atau orang lain) adalah sesuatu yang didapat dari hasil kerja keras serta dedikasi.
Orang-orang dengan growth mindset ini sering saya temui ada pada lingkungan family business, Growth mindset diikuti Thriving attitude ( salah satu value penting #superskwad di Branding Agency kami ) akan membuatmu melihat rintangan yang muncul bukan sebagai halangan, melainkan tantangan. Karena pada dasarnya segala pencapaian di dunia ini bisa didapatkan dengan usaha yang konsisten, bukannya serta-merta diturunkan atau diwariskan begitu saja.
Cari Tahu Value dalam Dirimu
Kamu pernah khawatir tidak jika suatu saat nanti pekerjaanmu menjadi terasa monoton, lalu kamu kehilangan gairah bekerja? Kekhawatiran seperti itu wajar dan malah menandakan bahwa kamu sebetulnya peduli dengan pengembangan dirimu di tempat kerja.
Supaya kamu bisa lebih mengeksplorasi diri di tempat kerja, kamu harus mencari tahu value dalam dirimu. Value yang dimaksud ini bisa berupa bakat, hobi, atau minat yang tentunya ada kaitannya dengan bidang pekerjaanmu. Saat perusahaan mengetahui value-mu dan berpikir kalau kamu layak untuk dipertahankan, kamu akan mendapatkan kebebasan untuk mengeksplorasi diri secara lebih dalam lagi di tempat kerja.
Selektif dalam Memilih Tempat Kerja
Situasi saat ini memang bisa dikatakan sulit. Saking sulitnya, saya sering mendengar gumaman semacam: “Ah, kamu dapat kerjaan tetap saja harusnya sudah syukur.” Terasa menenteramkan, tapi tunggu dulu! Bagi career seeker, ungkapan ini bisa jadi boomerang yang malah melenakan tujuanmu awalnya untuk berkarier loh.
Yap, kadang kala para pekerja muda sering mengabaikan pilihan perusahaan tempatnya bekerja. Padahal bagaimana track record perusahaan tersebut, suasana kerjanya, dan budaya organisasinya merupakan hal-hal krusial yang patut dipertimbangkan. Pertama-tama, kamu harus memastikan bahwa tempatmu bekerja memiliki jenjang karier yang jelas. Apabila ternyata belum ada, kamu bisa mendiskusikan hal tersebut dengan atasan atau divisi terkait. Tenang, kalau kamu memang punya etos kerja yang bagus, pihak perusahaan pasti akan dengan senang hati mendengarkan pendapatmu.
Kedua, pastikan lingkungan kerjamu mendukungmu untuk berkarier. Sebaiknya hindari bergaul dengan rekan kerja yang toxic dan menghambat produktivasmu dalam bekerja. Sebaliknya, pilih teman yang selalu memotivasimu untuk terus ber-progress ke depan.
Itu tadi yang bisa saya sampaikan di topik blog kali ini. Bagi kamu generasi muda yang membaca tulisan ini, saya berharap kamu selalu punya semangat untuk berkarier cemerlang sejak dini dan tidak membuang-buang waktumu. See you on top!