Viral Itu Pilihan!

Viral Itu Pilihan!

Posted by Fullstop Indonesia on 18 November 2021

Menjadi viral barangkali menjadi impian setiap pemasar. Puncak popularitas kadang Kala harus didaki dengan susah payah dan waktu yang panjang. Dengan menjadi viral, puncak popularitas itu bila diraih sekejap mata. Begitu menjadi viral, hampir semua orang membicarakan brand kita dan membagikan ulang ke orang lain. Beberapa brand menikmati penjualan yang meroket juga berkat strategy branding ”going viral” ini. Hebat banget ya, si viral? Yuk kenalan dulu.

Tapi, apakah menjadi viral selamanya mendatangkan keuntungan bagi brand? Salah Satu Branding Strategy "going viral” memang bisa dilakukan, tapi kembali lagi pada kinerja Branding Agency /Branding Teamnya, semua itu tergantung kontennya. Contoh untuk menggambarkannya adalah viralnya Dalgona dan Nescafe. Ketika pandemi memaksa orang untuk tinggal di rumah, kopi dalgona menjadi viral. Dalam konten pembuatan dalgona, bahan yang dibutuhkan adalah 1 sachet Nescafe. Mendadak Nescafe sachet menjadi most wanted item saat itu. Begitu juga yang terjadi dengan susu bear brand yang menjadi rebutan karena viral dianggap susu sehat yang meningkatkan imun

Apa yang terjadi bila konten buruk yang viral? Kita bisa flash back pada kasus brand Eiger. Sebuah teguran aneh datang dari oknum legal Eider kepada youtuber yang mereview positif produk Eiger. Youtuber yang sebenarnya fans berat Eiger tersebut curhat dan ditanggapi netizen dengan ramai- ramai mengungkapkan kekecewaan pada Eiger. Meski awarenessnya menjadi sangat tinggi, orang- orang yang tidak tahu Eiger mencari tahu tentang brand ini, tapi reputasinya anjlok. Berbagai brand ramai-ramai memanfaatkan kericuhan ini dengan membuat "surat tandingan”. Branding Strategi Viral yang ini bisa berdampak kurang baik.

Pertanyaannya, apakah konten brand yang viral adalah sesuatu yang direncanakan atau terjadi secara natural? Memang ada yang terjadi secara natural, tapi tentu saja kebanyakan merupakan sebuah strategi. IniIah yang disebut Branding Agency Indonesia dengan viral marketing. Dalam strategi pemasaran yang satu ini, brand menjadi viral dengan mengandalkan audiens Sebagai corongnya.

Audiens menjadi brand promotor yang menyebarkan ke audiens Iain secara tanpa disuruh maupun dipaksa. Bisa melalui word of mouth ataupun social media. Kok bisa? Bagaimana caranya? berikut ini best practice menjadi viral yang berhasil dilakukan oleh brand.

Menyentuh Sisi Emosional Audiens

Perbuatan kita seringkali dikendalikan oleh emosi. Ketika melihat video di media sosial tentang ceweK yang sedang jengkel ditanya-tanya keluarga besar soal jodoh dan gaji, jempol netizen yang merasa senasib langsung bergerak ke tombol share dan menambahkan ungkapan kegeramannya sendiri. Begitulah sebuah konten bekerja menyentuh hati audiens. Audiens merasa terhubung dengan konten dan brand.

Kita bisa menyentuh emosi gembira seperti yang dilakukan Ramayana di iklan lebaran "rice cooker”. kita bisa menyentuh emosi kesedihan seperti yang dilakukan iklan asuransi asal Thailand tentang perjuangan seorang ayah. Gunakanlah sentimen-sentimen yang bisa dirasakan oleh mayoritas orang.

Memberikan Tantangan yang Bisa Dibanggakan

Contoh tantangan paling viral yang pernah ada adalah Ice bucket challenge dari A.L.S.A. Tujuan awal tantangan ini adalah untuk berdonasi, tapi A.L.S.A tidak berusaha melibatkan unsur belas kasihan sama sekali. Dengan ice bucket challenge, peserta ditantang mengguyur dirinya dengan air es dan menantang orang lain

Back To List Blog