Worth It Nggak Sih Bayar Brand Ambassador? Ini Jawabannya!

Worth It Nggak Sih Bayar Brand Ambassador? Ini Jawabannya!

Posted by Fullstop Indonesia on 01 November 2021

Cara kerja dunia marketing kini sudah banyak berubah. Di tengah persaingan ketat, brand owner dan creative worker di creative agency sama-sama peras otak untuk menarik hati calon pembeli. Mulai dari pasang promo, membuat marketing campaign kekinian, hingga rela bayar mahal public figure untuk dijadikan brand ambassador-nya. Nah, strategi yang terakhir inilah yang akan saya bahas pada artikel ini. Sudah tahu rate-nya mahal, tapi kok tetap dipakai, ya? Memangnya worth it?

Sebagai pekerja branding agency, setiap seminggu sekali saya dan tim FULLSTOP Indonesia rutin mengadakan meeting untuk membahas campaign progress. Bahasannya banyak; salah satunya yaitu me-review performance key opinion leader atau endorser. Yap, tim kami menggunakan jasa mereka untuk membantu meningkatkan awareness brand, dan secara statistik hasilnya memang positif, dengan meningkatnya jumlah followers dan impressions pada akun brand yang kami tangani.

Kerja sama yang kami lakukan skalanya memang masih kecil—hanya level endorser saja, belum sampai jadi brand ambassador. Meski begitu, jujur saja, ada momen beberapa momen ketika saya dan tim terlibat diskusi panjang jika ada endorser yang tidak menghasilkan efek sesuai ekspektasi. Why? Simply because we have paid them with certain amount of money.

Nah, inilah yang lantas membuat saya berpikir mengenai efektivitas brand ambassador. Apakah worth membayar lebih untuk jasa mereka? Terlebih jika apesnya si brand ambassador terkena krisis, seperti yang dialami seorang aktor Korea bernama Kim Seon-Ho baru-baru ini.

Brand Ambassador Adalah Wajah dari Brand

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Kim Soen-Ho, saya akan mengulas sedikit perihal brand ambassador atau yang umum disingkat BA. Di dunia branding agency, brand ambassador adalah marketing tools yang wajar digunakan. Jika Anda melihat seorang public figure sedang mempromosikan brand, bisa jadi dia adalah brand ambassador yang dibayar untuk mengenalkan suatu produk.

Berbeda dengan endorser atau influencer, brand ambassador bersifat lebih eksklusif. Ambil contoh Anggun C. Sasmi yang sudah melekat dengan brand Pantene, Maudy Ayunda dengan brand L’oreal, atau Afgan dengan brand Vivo. Wajah-wajah mereka malang melintang di TVC, postingan sosial media, baliho, hingga selebaran masing-masing brand.

Brand membutuhkan ‘wajah’ yang tepat untuk merepresentasikan karakteristiknya. ‘Wajah’ ini harus dimiliki oleh seseorang yang punya citra positif di masyarakat, memiliki karakter sesuai value brand, mempunyai kemampuan untuk memengaruhi khalayak luas, serta bisa mengomunikasikan brand secara tepat. Jika seorang brand ambassador memiliki seluruh kualifikasi tersebut, saya yakin dia dan brand-nya akan bisa saling bersinergi dengan sangat baik.

Brand Ambassador Bagai Dua Sisi Mata Koin

Let’s back to Kim Seon-Ho. Aktor muda yang satu ini sedang ramai diperbincangkan netizen. Namun, sebelum rumor mengenai skandalnya meledak ke publik, saya lebih dulu tahu Kim Seon-Ho sebagai salah satu icon brand Everwhite. Brand skincare dan kosmetik ini melakukan positioning pada produknya dengan memberikan titel ‘Pilihan Kim Soen-Hoo’, beberapa minggu sebelumnya kasus Kim Seon-Ho viral.

Setelah pemberitaan mengenai Kim Seon-Ho menjadi buah bibir media, saya membaca beberapa artikel yang menyebutkan bahwa kontrak film, iklan, dan shooting Kim Seon-Ho serentak dibatalkan. Meskipun Everwhite tampaknya tidak melakukan hal yang sama pada konten Kim Seon-Ho, tetapi kasus tersebut membuat saya berpikir. Apakah brand-brand yang sudah menjalin kerja sama dengan Kim Seon-Ho juga ikut terdampak oleh kasus ini, mengingat bisa dibilang citra baik sang aktor sedang tercoreng?

Dari situ saya menyimpulkan bahwa bekerja sama dengan brand ambassador sama halnya seperti melempar koin dengan dua sisi. Ketika brand memutuskan bekerja sama dengan public figure dan menjadikannya sebagai brand ambassador, maka brand owner sedang berinvestasi. Dari sudut pandang brand, brand owner tidak hanya membayar mahal untuk memanfaatkan citra positif dari sang brand ambassador saat ini, tetapi juga bertaruh mengenai citra brand ambassador di masa mendatang.

Apabila di masa depan si brand ambassador ini makin populer, disukai, atau bahkan meraih penghargaan, maka citra positifnya juga akan ikut dirasakan oleh brand. Sebaliknya, jika sang brand ambassador turun reputasinya, terkena kasus, atau terjerat hukum, citra brand juga akan ikut terkena dampaknya—kendati secara tidak langsung.

Public Figure Juga Bergantung pada Brand

Pasti sudah jadi rahasia umum kalau kisaran rate public figure di era sosial media ini cukup tinggi, hingga bisa memangkas banyak anggaran promosi brand Anda. Namun, jangan khawatir karena sebetulnya brand Anda juga punya bargaining position, loh. Ingat bahwa bukan hanya brand yang bisa besar karena jasa brand ambassador, tetapi brand ambassador juga akan besar jika brand yang ditangani sukses.

Pada dasarnya, brand adalah merk milik sebuah perusahaan yang akan terus berkembang. Dengan kata lain, keberhasilan brand juga akan berdampak pada perjalanan karir sang brand ambassador.

Jika Anda seorang brand owner, entah di perusahaan milik sendiri atau di perusahaan bisnis keluarga (family business), memahami hal ini akan membuat Anda sadar bahwa bukan Anda saja yang patut mempertimbangkan calon brand ambassador untuk diajak bekerja sama, tetapi mereka juga patut mempertimbangkan brand Anda. Semakin positif brand Anda di mata konsumen, maka akan semakin banyak public figure yang bersedia diajak berkolaborasi dengan brand Anda.

Bagaimana? Sudah punya gambaran yang lebih jelas mengenai brand ambassador? Untuk Di postingan berikutnya saya akan melanjutkan pembahasan ini

Berkolaborasilah dengan Brand Ambassador yang Tepat

Seorang klien pernah bertanya pada saya: “Apakah kalau kita bekerja sama dengan public figure bakalan worth it?” Jawaban realistisnya: Kita tidak akan bisa yakin 100% mengenai hal tersebut. Namun, dengan kontrak kerja yang jelas dan strategi yang tepat, brand ambassador bisa punya peran yang sangat signifikan untuk perkembangan brand Anda.

Well, seberapa signifikan? Saya bisa bilang cukup signifikan. Menurut Digital Marketing Institute, sebanyak 74% audiens memercayai komentar/testimoni orang di jejaring sosialnya sebelum mengambil keputusan pembelian. Di sinilah potensi brand ambassador masuk sebagai pihak yang mempersuasi. Tinggal nanti bagaimana Anda sebagai campaigner merancang supaya konten yang dibuat tidak terkesan terlalu hardselling.

Nah, supaya bisa mendapatkan hasil maksimal ketika bekerja sama dengan brand ambassador, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, calon brand ambassador harus memiliki kemampuan dalam membuat konten di setiap jenis sosial media yang brand Anda gunakan. Jika mereka mampu menguasai ini, saya rasa Anda tidak perlu lagi mempertanyakan apakah followers dan interaksi yang berlangsung di akun sosial media miliknya bersifat organik atau sebaliknya.

Kedua, brand ambassador harus memiliki kesamaan value, cara pandang, dan karakteristik pribadi dengan brand Anda. Apabila hal-hal tersebut saling berseberangan satu sama lain, risikonya para audiens atau konsumen akan kesulitan mempercayai apa yang disampaikan oleh brand ambassador. Misalnya, jika produk Anda adalah katering sehat, maka carilah brand ambassador yang memang menerapkan gaya hidup sehat, bukannya baru sok hidup sehat setelah menjadi brand ambassador dari brand Anda.

Terakhir, track record itu penting. Kita tidak bisa meramalkan bagaimana jalannya karier si calon brand ambassador ini ke depannya. Namun, kita bisa memprediksinya dari track record atau portfolio. Pilih brand ambassador yang terbukti profesional dan mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

So, kembali ke pertanyaan awal. Worth it tidak sih pakai brand ambassador? Sangat worth it kalau Anda bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki si public figure dengan baik. Jadi pastkan Anda membarenginya dengan menerapkan strategi branding yang tepat supaya hasilnya maksimal, ya!

Back To List Blog