Pandemi Berdampak pada Makanan? Don't Worry, Ini Peluang Baru untuk Bisnis F&B!
Sejak awal pandemi, berbagai kebiasaan mulai berubah total, termasuk persoalan memilih makanan. Orang-orang beralih mencari alternatif makanan tertentu karena alasan kesehatan. Apakah kondisi ini lantas bisa jadi peluang besar untuk industri F&B?
Kita pasti sepakat bahwa pandemi COVID-19 ini telah mengubah banyak hal. Mulai dari hal esensial seperti kebijakan pemerintah, sampai hal yang kesannya remeh seperti kebiasaan makan.
Well, tidak percaya? Coba saya tanya: apakah Anda sudah jarang dine in di luar? Apakah Anda sudah terbiasa menyemprot plastik pembungkus makanan dengan disinfektan? Apakah Anda tertarik mengonsumsi makanan yang bisa menaikkan imunitas? Kalau jawabannya ‘iya’, that’s okay. It’s perfectly normal! Karena sama halnya seperti Anda, pandemi juga turut mengubah perspektif dan kebiasaan saya terhadap makanan.
Menariknya, perubahan perspektif ini ditanggapi secara cepat oleh industri. Mulai dari restoran yang memberlakukan sistem cashless payment, aplikasi pesan-antar makanan yang menyediakan opsi contactless delivery, hingga tercetusnya gimmick kreatif seperti ‘bundling paket isoman’—semata untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar saat ini.
Disadari maupun tidak, tren mengonsumsi makanan sudah berganti, kebiasaan makan sudah bergeser, dan kesadaran masyarakat dalam memilih makanan yang lebih sehat sudah semakin tinggi. Situasi ini membuat saya penasaran: kira-kira seperti apa ya perkembangan makanan di masa depan setelah pandemi usai nanti?
Berdasarkan pengamatan serta hasil ulik berbagai informasi, saya menemukan beberapa hal menarik berikut ini:
- Plant-Based Food Akan Semakin Populer
Sebagai orang yang berkecimpung di dunia branding agency di Indonesia, perubahan perilaku konsumen menjadi salah satu perhatian saya. Beberapa bulan lalu, ketika Burger King mengeluarkan menu Plant-Based Whopper Junior, saya merasa excited dengan manuver ini. Bayangkan saja, restoran cepat saji dengan citra produk ‘makanan rendah gizi’, berinovasi menciptakan produk yang lebih sehat. Artinya apa, sih? Artinya, pangsa pasar healthy lifestyle consumer terus bertumbuh dan sedang dilirik.
Opini saya ini beriringan dengan data yang dirilis oleh sebuah perusahaan riset pasar, YouGov, yang menyebutkan bahwa lebih dari 30% masyarakat Amerika kini ingin beralih mengonsumsi plant-based food karena alasan kesehatan. Saya juga menemukan studi senada yang menyebutkan bahwa lebih dari 12% konsumen di Inggris lebih tertarik pada makanan vegan.
Ini bisa menjadi sebuah gambaran bahwa di masa depan nanti kesadaran hidup sehat semakin tinggi, sehingga pemilihan makanan pun menjadi lebih selektif. Situasi ini juga lah yang nantinya ikut mendongkrak popularitas plant-based food.
- Masyarakat Telah Sadar Pentingnya Menjaga Imun Tubuh
I believe that there’s always a bright side in everything. Termasuk perkara pandemi ini. Meski pandemi membuat situasi jadi serba repot, tetapi pandemi juga sekaligus mengajarkan banyak hal. Salah satunya membuat masyarakat tergerak mencari informasi tentang bagaimana caranya menjaga imunitas tubuh.
Dampaknya langsung terasa, lho. Konsumsi sayur dan buah-buahan meningkat, stok vitamin dan suplemen sempat langka, hingga dimulainya perburuan produk probiotik seperti yogurt atau teh kombucha di marketplace.
Menurut saya, ini masih awal dari sebuah permulaan. Melihat kampanye hidup sehat yang sedang trending di mana-mana, tidak heran jika di masa yang akan datang makanan bukan hanya dianggap sekadar sumber energi, tetapi juga sumber nutrisi serta penentu kualitas hidup.
- Hadirnya Etalase di Dalam Layar
Saya paham mengapa saat ini orang-orang lebih memilih berbelanja bahan makanan lewat layar smartphone ketimbang menyusuri pasar atau lorong supermarket. Bagi sebagian dari kita, keluar rumah di masa pandemi terasa seperti sedang mempertaruhkan nyawa. Imbasnya, aktivitas transaksi online pun kian meningkat pesat.
Kini berbelanja kebutuhan pokok terasa sama instannya dengan memasak mie instan. Jenis produk makanan yang tersedia di ecommerce pun makin beragam, dengan fitur yang juga semakin memudahkan konsumen saat berbelanja. Ibarat kata, sudah instan ada yang masakin pula. Kurang nikmat apa coba?
Anyway, saya menyadari satu hal yang turut terjadi pada era belanja online ini, yaitu perilaku planned buying yang mulai berubah jadi impulsive buying. Alasannya simpel, apa lagi kalau bukan karena saking mudahnya kita saat berbelanja? Tinggal pilih, sentuh, transfer, dan voila! Pesanan bisa tiba dalam hitungan hari, bahkan jam!
Bagi saya, perkembangan makanan beserta industrinya di masa depan merupakan topik yang sangat menarik untuk dibahas. Sebagai konsumen, kita dituntut untuk adaptif. Kondisi lingkungan sudah tidak seramah 10-20 tahun yang lalu. Jika kita tidak pintar-pintar menebalkan lapisan proteksi diri, bukan tak mungkin kita bisa tumbang kapan saja.
Nah, di lain sisi, ada kabar baik untuk Anda para pelaku bisnis F&B: it’s the chance to grow your brand!
Beberapa kali FULLSTOP Indonesia telah berkolaborasi dengan brand-brand healthy food unggulan. Dan jujur saja, melalui project-project ini saya dibuat takjub dengan animo positif dari masyarakat. Segmen penggiat gaya hidup sehat merupakan segmen yang sedang sangat menggeliat.
Namun, masih ada banyak tantangan yang perlu diselesaikan. Konsumen mendambakan kualitas makanan yang lebih baik, sistem transaksi yang lebih efisien, pengiriman yang lebih cepat, serta harga yang lebih bersaing. Ini artinya, masih ada banyak ruang bagi bisnis Anda untuk hadir sebagai jawaban atas kebutuhan mereka.
Boleh jadi ini adalah peluang besar bagi bisnis Anda ke depannya. Setuju?