How Coronavirus Affects Global Marketing
Isu mengenai Virus Corona telah mencuri perhatian dunia. Menurut laman portal berita online Kompas.com, hingga akhir bulan Februari kemarin, tercatat ada 13 negara yang telah mengonfirmasi adanya virus tersebut di negaranya, dengan total 2794 kasus yang terkonfirmasi. Dengan kondisi sedemikian rupa, tentu tidak mengherankan apabila wabah endemik asal Wuhan tersebut telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, terutama di bidang ekonomi dan marketing global.
Tidak perlu jauh-jauh, tengok saja apa yang sedang terjadi di Indonesia. Setelah beberapa saat yang lalu muncul berita bahwa ada WNI yang menjadi tersangka penderita Virus Corona, penjual masker dan hand sanitizer seolah tidak perlu lagi mengeluarkan biaya sepeser pun untuk mempromosikan produknya. Keduanya menjadi 'barang langka' yang susah ditemukan di toko maupun supermarket akibat reaksi kepanikan masyarakat. Ini hanya bagian kecilnya saja, lho. Nah, jika menilik lebih jauh lagi, apa saja sih dampak terjadinya Virus Corona, terutama bagi aktivitas marketing di Indonesia maupun secara global?
Penurunan pada industri pariwisata
Wabah Virus Corona membuat sebagian wilayah diisolasi. Dimulai dari pasar hewan laut di Wuhan yang diyakini sebagai sumber penyebaran virus pertama kali, kemudian berlanjut pada penutupan penerbangan untuk rute ke dan dari China, hingga penjagaan ketat di sejumlah wilayah pelabuhan. Hal ini pun langsung berimbas pada industri pariwisata. Sektor-sektor yang erat berkaitan dengan industri tersebut, seperti hotel, tempat wisata, toko-toko souvenir atau oleh-oleh mengalami penurunan omset yang drastis. Bahkan beberapa hotel di Batam dan Bali meminta karyawannya untuk cuti pada saat hotel dalam keadaan sepi pengunjung.
Pasokan bahan baku yang terbatas
Virus Corona tidak hanya menghambat perekonomian di China saja, tetapi juga di negara-negara lain yang memasok kebutuhan bahan baku dari sana. Pada saat ini, ketersediaan bahan baku dari China terhenti karena proses produksi yang belum normal. Selain itu, pelabuhan ekspor di China juga belum banyak yang beroperasi. Hal ini menyebabkan stok barang di pasaran menipis, sehingga menjadikan harganya melambung tinggi di pasaran.
Pengiklan lebih melirik platform online
Meluasnya dampak Virus Corona di berbagai negara membuat orang-orang cenderung enggan bepergian. Mereka lebih memilih beraktivitas di dalam rumah. Kondisi ini membuat mereka sadar atau tidak sadar menghabiskan lebih banyak waktu berkutat dengan gadget. Hal inilah yang kemudian mendorong para pengiklan memilih untuk mengeluarkan uangnya dengan memasang iklan di televisi, aplikasi mobile gaming, ataupun penyedia jasa layanan streaming. Sebaliknya, pengalokasian dana untuk pemasangan media iklan luar ruangan cenderung menurun.
Industri kreatif cenderung lebih bisa bertahan
Di lain sisi, industri kreatif dan agensi global diperkirakan lebih bisa bertahan menghadapi isu Virus Corona dengan dampak yang minimal. Andaikata pemerintah mengeluarkan imbauan untuk tidak keluar rumah, para pekerja di perusahaan tersebut masih bisa bekerja secara remote. Kegiatan rutin seperti meeting bisa dilakukan secara digital dengan media diskusi online maupun via video-conference. Hal ini malah dianggap hemat waktu karena mereka tidak perlu berpindah-pindah tempat untuk bertemu dengan satu per satu rekanan kerja. Bahkan dengan adanya pergeseran tren memasang iklan di platform digital alih-alih media luar ruangan, prospek di industri ini bisa lebih baik dibandingkan dengan lini industri yang lain.
Nah, FULLSTOPPERS, itu tadi sekilas gambaran mengenai wabah Virus Corona yang sedang menjangkiti banyak negeri, serta apa dampaknya bagi aktivitas marketing secara global. Bagi Anda pemilik usaha atau pemilik brand, apakah Anda sudah memikirkan apa strategi yang tepat untuk menghadapi kondisi tersebut? Apapun yang terjadi dan dampak apapun yang kamu rasakan, please stay safe and don’t panic!