Belajar Memahami Brand dari Sudut Pandang Milenial

Belajar Memahami Brand dari Sudut Pandang Milenial

Posted by Fullstop Indonesia on 10 December 2019

Perkembangan dunia branding di Indonesia sangatlah cepat. Para pemilik brand berkompetisi dalam menginovasikan brand-nya agar mampu mempertahankan eksistensinya. Tentunya eksistensi mereka juga tidak terlepas dari kemampuan brand dalam melihat tren melalui sudut pandang milenial. Mungkin terlintas di benak Anda, mengapa sebuah brand perlu memahami sudut pandang milenial?  Dan mengapa harus milenial?

Mari kita telusuri, menurut data resmi dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terdapat 63 juta milenial di Indonesia dengan usia yang produktif. Sederhananya, suatu brand tidak akan mampu mempertahankan eksistensinya, ketika mereka tidak dapat memahami sudut pandang milenial yang mampu mempengaruhi pergerakan tren berdasarkan orientasi mereka.

Pada saat ini, brand bukanlah sekadar produk dengan nama dan kualitas saja. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa setiap brand menawarkan produk dengan kualitas yang bervariasi sesuai dengan target konsumennya. Contohnya ketika saya menggunakan brand sepatu Vans, akan terasa lebih cocok dipakai untuk skateboarding karena material dasarnya adalah suede, dibandingkan Converse dengan material dasar canvas yang lebih cocok dipakai untuk hangout bersama teman. Kualitas yang berbeda tersebut, merupakan hal mendasar yang dimiliki oleh tiap brand. Akan tetapi sekarang ini, bagaimana cara milenial memandang suatu brand tidak cukup dari kualitas saja. Efektivitas branding di Indonesia yang mampu mewakili orientasi milenial dalam berekspresi ditentukan juga oleh empat faktor lain yaitu:

  1. Unique

Sebuah keunikan merupakan daya tarik tersendiri bagi kaum milenial untuk berekspresi. Milenial cenderung menginginkan keunikan dan eksklusivitas sebuah brand, agar mampu menunjukkan penampilan diri yang berbeda dengan orang lain. Kenapa? Karena ketika milenial mampu menunjukkan keunikan yang didapat dari sebuah brand, hal itu akan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Contohnya adalah banyak milenial yang menggunakan produk dari brand Miniso. Produk yang digunakan seperti earphone, tas, dan dompet sintesis, merupakan barang yang sering dijumpai bukan? Namun yang membuatnya unik adalah, Miniso mampu melakukan branding di Indonesia dengan metode yang unik terhadap barang-barang tersebut, yaitu dengan memberikan kesan yang berbeda seperti warna yang kontras atau kesan imut.

  1. Value

Setiap brand pasti menawarkan nilai yang berbeda, meskipun memiliki kesamaan produk yang ditawarkan. Milenial sadar akan nilai penting itu, yakni ketika mereka mengeluarkan uang untuk membeli suatu produk dengan harga yang cukup kompetitif, maka mereka akan mendapatkan barang dengan material yang bagus dan layak. Dibuktikan dengan banyaknya milenial yang membeli produk seperti baju, celana, dan jaket dengan brand semacam H&M, Uniqlo, dan Zara. Ketiga brand tersebut menawarkan produk yang sama, namun nilai akan kualitas yang mereka berikan terhadap produknya sangat sesuai dengan kebutuhan eksitensi milenial.

  1. Price

Pernahkah mendengar pepatah yang berkata “Ada harga ada barang”? Sama halnya dengan produk yang ditawarkan oleh sebuah brand. Milenial menginginkan kualitas yang mumpuni, dengan harga yang terjangkau untuk produk yang mereka gunakan. Milenial akan selektif dalam memilih brand, yang memiliki harga dan kualitas terjangkau. Ketika saya membutuhkan sepatu futsal dengan kualitas dan harga yang oke, saya akan memilih brand sepatu Specs. Karena terbukti brand Specs telah menjadi sponsor salah satu klub sepak bola lokal.

  1. Influence

Dunia branding tidak terlepas dari pengaruh popularitas figur yang terkenal, atau bisa disebut influencer. Kenapa? Karena milenial menganggap bahwa ketika suatu brand dikenakan oleh figur yang terkenal, maka brand tersebut memiliki nilai lebih akan produknya. Penjualan produk distro Greenlight mengalami peningkatan, ketika Ariel Noah mengenakan dan mempromosikan produk tersebut. Antusiasme milenial terhadap brand yang digunakan figur terkenal juga ditunjukkan ketika Presiden Jokowi mengenakan brand sepatu dari NAH Project, tepat sebelum kompetisi Asian Games 2018. Tidak lama setelah itu, NAH Project kebanjiran order sejumlah 1000 pcs dalam 10 menit. Bisa dikatakan, pengaruh figur terkenal cukup efektif untuk mempengaruhi milenial dalam branding di Indonesia.

Keempat hal tersebut: unique, value, price, dan influence merupakan faktor yang penting dalam memahami sudut pandang milenial terhadap brands. Jika memakai sudut pandang tersebut, maka hal ini menunjukkan bahwa milenial mampu menciptakan tren yang baru di dunia branding Indonesia. Bagaimana, FULLSTOPPERS? Apakah Anda punya pandangan yang sama atau berbeda?

Back To List Blog