A Step Closer to Understanding The Millenial’s Consumer Behaviour
Merasa familier dengan istilah ‘generasi milenial?’ Ketika membahas mengenai generasi milenial, tidak bisa dipungkiri bahwa generasi ini tergolong sebagai pelanggan potensial terbesar pada era sekarang. Sebanyak 2 miliar (atau sekitar 27% dari total penduduk dunia) tergolong sebagai generasi milenial. Alhasil, tidak hanya bisnis besar maupun kecil saja yang perlu memperhatikan perubahan ini, tetapi FULLSTOP sebagai branding agency di Indonesia pun dituntut untuk selalu peka, sehingga mampu mendorong brand agar semakin dekat dan relate dengan kebutuhan dan keinginan generasi milenial.
Namun, sebelum membahas lebih jauh lagi, kita harus mengerti dulu: siapa sih generasi milenial itu?
Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pada rentang tahun 1980 hingga 2000. Namun, banyak penelitian lain juga menyebutkan bahwa kaum #anakjamannow ini ikut tumbuh seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Dengan berkembangnya teknologi, maka persebaran informasi juga lebih cepat, yakni melalui platform sosial media seperti Instagram, Facebook, dan lainnya. Di saat yang sama, generasi ini digadang-gadang memiliki kesempatan untuk menciptakan bidang pekerjaan yang baru dan berbeda melalui adanya sosial media tersebut. Sisi buruknya, mereka jadi lebih mudah tertarik untuk membeli karena banyaknya pilihan yang ditawarkan (konsumtif).
Lalu, bagaimana hal-hal ini bisa membentuk preferensi mereka dalam berbelanja? Pertanyaan itu mungkin terjawab dalam studi yang dilakukan oleh Forbes tahun 2018. Ada beberapa aspek penting yang bisa dilakukan untuk dapat mengerti perilaku konsumerisme, seperti:
Satisfaction first, necessities second
Generasi milenial akan lebih mencari brand dengan personality yang cocok dengan kepribadian mereka. Baik secara langsung maupun tidak langsung, para milenial akan memilih brand yang sesuai dengan ketertarikan mereka.
Experiences over things
Meski generasi milenial tergolong konsumtif, sebenarnya mereka bukan golongan yang terbilang materialistis. Mendapatkan pengalaman dari mencoba sesuatu yang baru adalah hal yang utama bagi mereka, sehingga brand-brand bisa bereksperimen dengan mengadakan acara yang terbilang 'kreatif' untuk menarik mereka agar menarik minat para milenial.
The habit of over-sharing
Dampak besar dari keberadaan sosial media sebagai sarana komunikasi yakni membuat kaum milenial lebih sering mengemukakan opini mereka secara publik. Mulai dari hal yang sepele hingga isu-isu penting sekalipun. Brand harus mengetahui seberapa besar popularitas mereka, dan seberapa relate konten mereka dengan isu yang sedang viral sekarang untuk bisa berkembang lebih baik.
Loyalty need to be gained, not earned
Brand loyalty pada kaum milenial bisa terbilang sangat rendah dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka menginginkan brand yang bisa memenuhi semua kebutuhan dan keinginan mereka. Untuk itu, brand owner harus mengetahui apa yang bisa dilakukan untuk 'menarik' mereka bukan 'mendapatkan' mereka.
Trust-worthy influencers
Tentu metode strategi pemasaran tersebut sudah tidak asing lagi bagi FULLSTOP sebagai branding agency di Indonesia. Tak hanya itu, strategi ini begitu familier bagi para milenial. Para influencer memiliki peranan yang bisa memengaruhi pemikiran mereka secara baik maupun buruk. Brand-brand harus memaksimalkan kualitas produk maupun jasa mereka tidak pada para influencer saja, namun bagi semua orang yang punya pengaruh.
Nah, bagaimana FULLSTOPPERS? Perilaku konsumen akan selalu berganti tergantung dengan generasi mana yang sedang kita hadapi. FULLSTOP sebagai branding agency di Indonesia sudah siap mengantisipasi hal ini. Apakah Anda sudah siap juga?