Why We Reject Clients

Why We Reject Clients

Posted by Felicia on 21 November 2017

Kesempatan tidak datang dua kali, begitu kata pepatah. Tapi apakah setiap kesempatan yang muncul adalah selalu baik dan harus diambil? Kapankah sebuah agency perlu menolak sebuah project atau klien?

Kerjasama antara klien dan branding agency tentunya diawali dengan sebuah pertemuan. Pertemuan-pertemuan pertama antara brand owner dan representative dari agency ini akan menentukan apakah kerjasama akan berlanjut atau tidak. Pada awal pertemuan, banyak hal yang terjadi di balik layar. Kedua belah pihak akan menganalisa hal yang ditawarkan oleh pihak lainnya dan mulai memprediksi serta mempertimbangkan berbagai faktor yang akan dapat mempengaruhi masing-masing pihak ke depannya.

Dari sisi agency, FULLSTOP telah beberapa kali memutuskan untuk tidak bekerjasama dengan beberapa brand. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan dan perhitungan. Beberapa alasan utama yang mendorong agency mengambil keputusan ini atara lain hal-hal sebagai berikut:

  1. Visi dan misi brand yang bertentangan dengan values yang dijunjung agency

Perlu diingat bahwa sebuah agency juga adalah sebuah perusahaan yang memiliki visi, misi, dan budaya perusahaan di dalamnya. Branding agency juga adalah sebuah brand yang memiliki brand image. Setiap klien yang ditangani agency dan setiap project yang dikerjakan akan berkontribusi terhadap branding dari agency tersebut. Karena itulah, apabila sebuah brand datang dengan visi dan misi yang tidak sesuai dengan values perusahaan dari agency, akan terjadi ketidakcocokan yang mengakibatkan kerjasama sulit terjalin. Kalaupun dipaksakan, kerjasama akan banyak mengalami kendala dan mungkin akan berakhir dengan tidak baik.

  1. Ketidaksiapan human resource calon klien

Pada dasarnya, tujuan setiap perusahaan adalah profit dan setiap brand owner yang membutuhkan jasa branding agency umumnya memilki keinginan yang sama yaitu memaksimalkan profit. Profit atau keuntungan  diperoleh dengan dukungan dari banyak faktor.

Salah satunya adalah marketing, ranah di mana branding agency akan dapat membantu. Tapi di balik kegiatan marketing yang tampak, komponen-komponen lain dalam perusahaan juga memberikan pengaruh. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi sukses tidaknya sebuah brand adalah human resource atau tenaga manusia. Jasa branding akan mampu memaksimalkan sales. Tapi, tanpa didukung human resource yang mumpuni, kerja branding agency pun akan terhambat.

Calon klien/partner dengan human resource yang tidak siap terhadap perubahan yang akan dibawa oleh brand agency, baik dalam alur kerja ataupun strategi perusahaan, tidak akan dapat bekerjasama dengan agency.

  1. Ekspektasi brand yang tidak sesuai expertise agency

Dalam beberapa tahun terakhir jumlah branding agency di Surabaya meningkat dan pilihan semakin banyak. Branding agency yang ada memiliki budaya perusahaan dan expertise yang berbeda-beda. Pengetahuan ini seringkali tidak dipahami calon klien hingga bertemu tatap muka dan berdiskusi. Ada kalanya, sebuah brand menginginkan pengembangan ke arah tertentu yang penanganannya bukan merupakan expertise agency.

Jika menemui kendala pada kasus seperti ini, FULLSTOP akan berterus terang dan menyarankan untuk tidak melanjutkan ke tahap kerjasama karena pada akhirnya kami menjual jasa di bidang yang kami kuasai, bukan hanya ‘janji’.

  1. Tidak menemukan titik sepakat dalam hal biaya

Pada akhirnya semua akan kembali pada biaya, karena kita bergelut di dunia bisnis. Jika setelah melalui pertimbangan dan proses diskusi panjang, jasa yang ditawarkan tidak sebanding dengan harga yang diajukan, terang saja kerjasama tidak dapat terjadi. Kerjasama yang diawali dengan ketidaksepakatan tentunya tidak akan terjadi.

Because good branding is branding that works.

Back To List Blog