Personal Branding untuk Agen Asuransi: Yuk Simak!
Absen dulu yang punya asuransi selain BPJS Kesehatan~
Di Indonesia, ada cukup banyak asuransi swasta yang memberikan beragam produk proteksi. Mulai dari produk asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan lain sebagainya. Banyak perusahaan asuransi, maka semakin banyak pula agen-agen asuransi. Coba deh tengok ke kanan dan kiri. Pasti paling tidak ada satu agen asuransi diantara orang-orang yang kita kenal.
Memang, prospek agen asuransi bisa dibilang cukup menggiurkan. Hanya bermodal pemahaman produk dan percaya diri saja, agen asuransi bisa meraup keuntungan yang besar dari komisi-komisi client-nya. Tapi, jangan salah… kenyataannya tidak semudah yang kita bayangkan. Hanya para agen atau orang-orang yang pernah jadi agen yang tahu betapa susahnya menjadi agen asuransi. Yap, susah banget! Karena ada banyak sekali agen asuransi di komunitas dan semuanya saling berlomba-lomba untuk menawarkan produk serupa. Ibaratnya, di pasar dengan demand yang sama, supplier alias para agen asuransi jumlahnya jauh berkali-kali lipat. Bagaimana tidak susah kalau begini caranya?
And that is why semua agen asuransi wajib memiliki personal branding. Supaya nggak terlihat seperti ribuan robot yang menawarkan produk asuransi tersebut.
Kalau kamu adalah seorang agen asuransi yang ingin melakukan personal brand activation, yuk simak beberapa tips personal brand activation dan digital marketing strategy ala FULLSTOP Branding Agency Indonesia.
Tentukan target audience
Ya, memang harapannya semua umur akan menjadi target market asuransi yang kamu tawarkan. Semua usaha, family business, UMKM pun demikian. Harapannya tentu saja semua kalangan masyarakat akan menjadi pelanggan setia brand. Tapi, ketika membuat pondasi branding strategy, semua creative agency pasti tidak menyarankan jawaban general dengan cakupan masyarakat yang luas. Dibutuhkan satu titik atau satu fokus yang akan menjadi target audience utama dalam semua kegiatan branding dan marketing activation. Begitu pula dengan personal brand activation untuk para agen, khususnya yang baru merintis karir. Kamu harus menentukan 1 target audience yang spesifik agar branding strategy dan semua marketing activation bisa di-customise sesuai dengan target audience tersebut.
Misalnya, target audience-mu adalah anak muda usia 22-25 tahun, belum menikah, dan tinggal di daerah perkotaan. Maka dari sini, kamu bisa membuat client profile yang lebih mendetail:
- Seberapa tinggi level pendidikan mereka?
- Seberapa besar pemasukan mereka?
- Bagaimana dengan purchasing power market ini?
- Apakah mereka sudah berkeluarga?
- Apa yang dicita-citakan oleh target audience?
- Apa yang ditakutkan oleh target audience?
- Hal apa saja yang dilakukan target audience untuk mencapai mimpi mereka?
- Apa saja yang menghambat audience dalam mencapai mimpi mereka?
Dari client profiling ini, maka kamu bisa membuat personal branding strategy yang cocok. Contoh simple-nya untuk target audience anak muda usia 22-25 tahun ya. Alih-alih menggunakan bahasa yang formal, kamu bisa menggunakan bahasa yang lebih santai, ibarat berbicara dengan teman sebaya. Alih-alih datang ke rumah client satu per satu, kamu bisa membangun reputasi di social media. Aktif memberikan tips-tips memilih asuransi, tips-tips investasi, edukasi tentang produk, dan lain sebagainya – itu adalah beberapa cara kamu bisa melakukan soft selling untuk target audience anak muda. Karena anak muda berusia 22-25 tahun cenderung lebih mudah percaya pada orang-orang dengan influence yang tinggi, maka kamu harus berusaha agar akun social media-mu memiliki banyak followers. Sambil pelan-pelan membangun identitas di media sosial, kamu pun bisa menjalankan Instagram advertisement. Menargetkan audience anak muda dengan ketertarikan pada asuransi atau investasi, iklan pun bisa bekerja secara otomatis untuk mencari client asuransi untukmu.
Tapi, kalau target audience-mu adalah ibu rumah tangga berusia 50-55 tahun, lain lagi branding strategy-nya. Di sini, kamu perlu menjadi sosok yang trustworthy dan menggiatkan traditional marketing activation alias door-to-door. Mau tidak mau, kamu harus mengatur jadwal tatap muka untuk menjelaskan secara detail produk yang kamu tawarkan – tidak bisa sekedar beriklan di media sosial saja. Bahkan, sebenarnya tidak perlu membuat Instagram advertisement pun juga tidak masalah, karena efektivitas iklan asuransi di media digital terbilang cukup rendah bagi target audience satu ini.
Sampai sini, paham kan pentingnya menentukan target audience yang spesifik?
Identifikasi karaktermu
Setelah menentukan target audience, berikutnya adalah menentukan karaktermu di dalam skenario ini. Karakter bagaimana maksudnya? Begini.. Kamu pasti memiliki nilai-nilai personal yang kamu pegang teguh dalam hidup. Atau apa yang kamu anggap penting deh. Keluarga, ambisi, kebersamaan, dan lain sebagainya. Apapun itu, tidak masalah, selama aspek tersebut memang betul cukup dominan dalam hidupmu. Nah, aspek inilah yang bisa kamu jadikan sebagai “karakter” personal branding. Mari kita ambil contoh brand asal Surabaya garapan creative agency handal FULLSTOP Indonesia ya. WIZZMIE, sebuah tempat nongkrong yang menjual mie pedas kekinian, mengidentifikasi brand sebagai karakter yang santai, gaul, asik. Karakter ini terefleksikan dalam design, baik logo maupun suasana tempat makan. Dan inilah yang membedakan WIZZMIE dengan restoran mie pedas atau tempat nongkrong lainnya.
Sebagai agen pun juga demikian. Nggak usah jauh-jauh jadi agen asuransi deh, pekerja kreatif di branding agency pun juga harus memiliki personal branding. In this day and age, everyone needs a good personal branding.
DISCLAIMER!
Personal branding yang dimaksud disini bukanlah persona seperti layaknya artis Korea Kwon Ji-yong yang membuat persona G-Dragon. Personal branding dalam konteks ini BUKAN ditujukan untuk membuat karakter yang bukan dirimu. Big NO. Karakter yang dimaksud dalam artikel ini adalah menonjolkan sisi dirimu yang autentik. Karakter yang benar-benar merefleksikan value, kepercayaan, passion, dan skill-mu.
“You want to find the special thing that is YOU and make your brand all about that. You can’t make it up, it has to be real (though it can and probably should be a little exaggerated).” – Pia Silva
Dan jangan lupa, karakter yang kamu buat sekarang harus kamu pegang teguh sepanjang karirmu menjadi agen asuransi ya!
Visibility strategy
Seperti WIZZMIE yang memperkenalkan dirinya dengan konten-konten viral di TikTok, dengan mengundang komunitas dan para influencer, agen asuransi pun harus mencari cara agar menjadi “visible” dan “available” di mata target audience. Misalnya, kamu adalah agen berusia 50 tahun yang memprioritaskan keluarga dengan target audience yang berusia sama. Maka, kamu bisa menggenjot personal brand activation dan visibility dengan cara menghubungi dan “temu kangen” dengan calon client. Lalu, kamu membangun personal branding dengan cara menceritakan kekocakan dan kejadian-kejadian di keluargamu, menanyakan kabar keluarga calon client, dan dari situ barulah dimulai pendekatan untuk prospek asuransi. Ibaratnya, goal utama personal branding dalam konteks ini adalah semua orang yang akan pensiun dan belum punya investasi akan mencari kamu untuk membantu menyusun keuangan untuk warisan keluarganya.
Contoh lainnya, misal kamu adalah agen berusia 20 tahun, masih memprioritaskan keluarga, dengan target audience 20-30 tahun. Menyesuaikan dengan marketing strategy untuk target audience yang lebih muda, kamu bisa menonjolkan karakter “family-centered” ini dengan menunjukkan momen-momen bersama dengan keluarga di media sosial (tidak harus menunjukkan wajah anggota keluargamu). Bisa juga dengan cara melakukan pendekatan ke calon client yang sedang merintis keluarga baru. Ibaratnya, goal utama personal branding di sini adalah semua orang yang newly-wed dan akan punya anak akan mencari kamu untuk membantu membuatkan asuransi keluarga barunya.
Intinya satu. Make yourself known to the market!
Content strategy
Kalau visibility adalah branding strategy yang bersifat “aktif” di pasar, maka content strategy adalah brand activation yang cenderung lebih “pasif”. Meski demikian, content strategy ada pentingnya juga, apalagi kalau dilakukan secara konsisten dan dengan tepat.
Ibaratnya begini. Kalau kamu terus-terusan membuat konten yang mempromosikan bagaimana kamu bisa membantu target audience, lama-lama mereka akan capek mendengar “advertisement”-mu ini kan? Oleh karena itu, untuk membangun personal branding yang efektif, kamu harus pandai-pandai membuat konten yang memang bisa membantu mereka. Contohnya konten tips mengatur keuangan bulanan, tips investasi, info soal bank mana yang aman, dan lain sebagainya. Nah, tergantung platform mana yang paling sering digunakan oleh target market-mu, kamu bisa mempublish konten-konten ini di media sosial, website blog, atau kanal media lainnya. Asalkan konten yang dibuat masih berkaitan dengan bidang yang kamu kuasai ya! Tidak harus berupa artikel kok. Bisa juga berupa ilustrasi dan video. Apapun yang bikin kamu nyaman bikinnya dan bisa mengomunikasikan pesan dengan jelas.
Eits… tapi ingat. Brand activation dengan content strategy ini adalah suatu marketing activation yang harus kamu lakukan terus-menerus secara konsisten. Jangan harap kamu bisa langsung mendapatkan conversion dari 1 konten saja. Tapi percayalah, dengan melakukan content strategy dengan tepat dan konsisten, kamu memupuk kredibilitas yang kuat untuk karirmu jangka panjang. And that’s what personal branding is for.
Transparan dan bangga atas produk yang dijual
Apapun bisnisnya, siapa pun target audience-nya, yang namanya kredibilitas itu komponen yang amat sangat krusial. Apalagi, sudah terlanjur ada stigma buruk di kalangan masyarakat tentang asuransi. Banyak sekali cerita-cerita orang tertipu oleh agen asuransi, dijebak klausa-klausa dengan istilah yang tidak mudah dipahami, uang asuransi yang susah cair, dan berbagai isu lainnya.
Oleh karena itu, kamu bisa dengan lebih cepat mendapatkan kepercayaan target audience apabila kamu bersikap transparan dan bangga atas produk yang kamu tawarkan. Tidak perlu menutup-tutupi atau malu dengan profesimu.
Buat apa malu kalau pekerjaannya halal?
Buat apa malu kalau produk asuransinya bagus dan bisa membantu banyak orang terhindar dari risiko keuangan?
Kalau malu, yang ada malah bad word of mouth menyebar kemana-mana. Percuma semua personal brand activation yang kamu lakukan selama ini kalau tidak didukung dengan percaya diri atas produk dan jasa yang diberikan.
Menjadi agen asuransi dengan personal branding yang kuat
Sebenarnya, kelima tips di atas tidak hanya berlaku untuk profesi agen asuransi saja kok. Landasannya sama dengan personal branding di bidang lain dan sama-sama bisa diterapkan untuk membuat personal branding menjadi lebih kuat.
Pesan terakhir dari FULLSTOP Indonesia sebelum kami mengakhiri diskusi kita hari ini:
Ingat, jadilah agen asuransi yang autentik, kredibel, dan konsisten.
Berbekal dengan ketiga prinsip ini, kami yakin apapun profesinya – baik agen asuransi, artis, atau brand family business – pasti bisa meraih kepercayaan dan kesuksesan dengan mudah.